Share

Part 5 : Sabotase

Teruslah bertingkah seperti korban. Tuhan lebih tahu siapa yang mengubur lebih banyak luka.

-Carabella-

Bel pulang sekolah berbunyi. Siswa-siswi SMA Cakrawala berhamburan keluar kelas menuju parkiran sekolah. Sebagian juga ada yang masih nongkrong di koridor depan kelas masing-masing.

“Gue boleh nebeng pulang gak, Ra? Mobil gue di bengk--”

“Gak bisa gue ada urusan.” Ara menaiki mobilnya terburu-buru dan melaju begitu saja.

Ara tidak berbohong, ia memang akan pergi ke suatu tempat. Nada mendengus pelan dengan sorot mata meredup. 

**** 

Siang berganti malam. Sinar matahari terganti dengan sinar terang rembulan. Gadis tengah tertidur pulas itu terusik oleh cahaya bulan yang masuk lewat jendela kamar terbuka.

Bulu mata lentiknya mulai mengerjap beberapa kali. Menyesuaikan cahaya yang mulai masuk ke retina mata birunya. Hal pertama kali Ara tangkap adalah suasana kamar yang gelap seperti hidupnya saat ini.

Selepas pulang dari suatu tempat tadi, Ara langsung tidur. Buktinya baju seragam masih melekat di badannya. 

Ara melihat ke arah jam dinding, menunjukkan pukul 9 malam. Matanya melotot, selama itukah ia tertidur?

Ting

Suara notifikasi membuyarkan keterkejutan Ara. Ia mengambil ponsel di atas nakas, terdapat sebuah pesan dari seseorang.

Ara langsung bangkit bergegas ke kamar mandi. Tidak butuh waktu lama Ara sudah siap dengan pakaian serba hitam tak lupa membawa topi dan masker.

Saat menuruni tangga lampu sudah mati semua. Pasti bibi sudah tidur, pikirnya. Tiba di garasi ia tersenyum tipis. Sudah lama ia tidak mengendarai motor sport kesayangannya itu. 

**** 

Di Arena balap malam ini terlihat sangat ramai dari biasanya. Kabar bahwa ketua Griffins akan adu balapan dengan ketua Black Jack tersebar luas. 

Sudah jelas, mereka tidak ingin melewatkan pertunjukan ini.

Banyak geng lain yang ikut menonton malam ini. Tidak terkecuali geng Hells Angels. Geng itu kini tengah menjadi pusat perhatian. Pasalnya, geng yang terkenal setelah Griffins itu jarang menampakkan diri.

Kabarnya, Hells Angels memiliki seorang ketua dengan jiwa psikopat. Tapi tidak ada yang pernah melihat bagaimana rupanya.

“Lo yakin Al nerima taruhan ini?” Nathan mulai cemas. Karena balapan kali ini menggunakan motor yang sudah di sediakan oleh panitia.

“Iya bener. Kan lo tau sendiri Al kalo Leon itu licik,” Zeno menimpali, diangguki anggota yang lain.

“Gak ada alasan kan gue nolak taruhan ini.”

“Tapi lo harus tetap hati-hati Al.”

“Pasti.” 

Panggilan menginterupsi kedua belah pihak segera menaiki motor yang telah siap. Suara riuh menyambut kedatangan Al di garis start. Terutama para kaum hawa sudah seperti orang kesurupan.

Ahh cakep banget anjir.

Ketua Griffins emang gak ada lawan.

Cowok gue itu!

Mana mau Al sama cabe kaya lo!

“Malah pada berantem geuleuh pisan ningalina.” Zino bergidik ngeri melihat dua cewek itu saling menjambak.

“Semangat Bro.” Nathan menepuk pundak Al sekali.

“Semoga menang pak ketua.”

“Fighting bebeb Al, dedek selalu padamu.” Zino berteriak heboh dengan jari membentuk love ala-ala Korea.

Anggota Griffins yang lain lantas pergi meninggalkan Zino. Mau ditaruh di mana muka mereka. Image kejam dari geng Griffins seakan musnah karena ulah Zino.

Merasa diperhatikan, Al menoleh ke belakang tapi tidak menemukan siapa pun.

“Kenapa lo? Takut?” Leon tersenyum meremehkan.

“Cih, gada kata takut dalam kamus gue.”

Datang seorang perempuan dengan pakaian seksi berdiri di tengah keduanya.

One ....

Two ....

Three ....

Go.

Kedua motor melaju kencang saat bendera dijatuhkan. Tidak ada yang mau mengalah di antara kedua orang tersebut. Saling menatap sengit dan menyalip satu sama lain.

Beberapa menit berlalu, belum ada tanda-tanda kemunculan dua orang tersebut. Banyak hal mengganggu pikiran para sahabat Al.

Tak lama kemudian terlihat dua motor yang mendekati garis finish. Mereka yang berada di sana mendadak heran. Bukannya tadi motor Al berwarna merah? 

Pengendara motor berwarna hitam menambah kecepatannya hingga sampai di garis finish lebih dulu, disusul pemotor berwarna hijau.

Sorakan riuh dari para penonton untuk Reiga Almeer Xzander, pemenang balapan malam ini. Al turun dari motor menghampiri Leon dengan tangan mengepal.

Bugh

“BANGSAT LO! MAKSUD LO APA SABOTASE MOTOR GUE HAH?!”

Al memukuli Leon dengan membabi buta. 

“AL, UDAH ANJING BISA MATI ANAK ORANG.” Nathan menarik tubuh Al menjauh dari Leon.

Dengan wajah babak belur, Leon dibawa pergi oleh anak buahnya. Napas Al masih menderu, kemarahannya belum reda.

Flashback on.

Seorang gadis bersembunyi di balik pohon saat Al menoleh ke belakang. Merasa janggal dengan motor milik Al, gadis itu menatap intens motor berwarna merah itu. Matanya seketika membola.

“Hah, mainnya sabotase.”

Gadis tadi mengetikan sesuatu pada ponselnya. Dibalas anggukan dari seorang cowok yang berada jauh di depannya.

Al melajukan motornya dengan kencang. Saat akan mengerem di tikungan ternyata rem blong.

“Shit!”

Al jatuh terguling di atas rerumputan. Motornya hancur karena menabrak pohon.

“Terima aja kekalahan lo, haha,” ejek Leon berhenti di depan Al.

“BANCI LO CARA LO SAMPAH!”

Saat Al akan berdiri ada sebuah motor mendatanginya. Terdapat sticker pada plat motornya bergambar sayap dengan tanduk iblis di atasnya, Hells Angels.

“Pake motor gue cepet. Siapa yang berlaku curang tidak akan pernah menang, Ayo buktikan.” Cowok dengan motor itu menyemangati Al.

Tanpa babibu lagi Al langsung menaiki motor itu bersiap. “Thanks.”

“Sans Bro.”

Motornya melesat kembali ke jalanan. Leon sempat terkejut melihat Al di belakangnya. Senyum miring tercetak di balik helm full face Al. Dengan menambah laju motor sekarang posisi Al yang memimpin.

Dan ....

Dirinyalah pemenang.

Flashback off.

“Cuih, caranya sampah kayak mukanya.” Zeno emosi setelah mendengar cerita Al.

“Lo gak papa kan atau ada yang luka?”

“Utututu Nathan perhatian banget sih kan gue jadi buaper.” Zino menangkup pipinya sendiri berlagak tersipu malu.

“Jijik Asu,” Ucapan sarkas Al mengundang gelak tawa yang lain. 

“Jadi ini motor anak Hells Angels?”

“Hmm,” gumamnya.

Belum sempat mengembalikan motor, anggota Hells Angels sudah berjalan ke arahnya.

“Selamat Bro.”

“Thanks sekali lagi.”

“No prob, gue cuma jalanin perintah doang.”

“Perintah?” tanya serempak anggota Griffins.

“Hmm.” Anggota Hells Angels pergi meninggalkan tanda tanya bagi seluruh anggota Griffins.

“Gila dingin banget kayak Al sama Nathan,” ucapan Zino mendapat tatapan tajam dari Al dan Nathan.

“MAU MATI!” 

**** 

Dalam perjalanan pulang ke rumah, Ara merasa ada yang mengikuti. Ia berbelok memasuki gang sempit untuk bersembunyi. Firasatnya benar ada dua motor yang saat ini sedang celingak-celinguk mencari keberadaannya.

Ara berusaha melihat lambang dari jaket yang mereka pakai. Matanya melebar saat tahu pemilik dari lambang jaket itu.

“Mereka kan ....”

“Ngapain mereka ngikutin gue?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status