Share

Chapter 5

Ara menatap pria dengan jas mahalnya itu melangkah masuk ke dalam kamar ini. Belva langsung membungkukkan badannya hormat dan melangkah mundur.

Belva memilih untuk beranjak dan keluar dari kamar. Menyisakan Ara dan juga pria yang sama sekali tak diketahui namanya ini.

Tetapi satu hal yang Ara tau jika pria di depannya ini adalah dalang yang membawanya kemari. Menculik dan mengurungnya tanpa sebab.

"Apa maumu ?" Ucap Ara dan pria itu memberikan senyuman kecilnya.

Mood Ara untuk menyantap makanan itu langsung lenyap seketika. Pria ini sudah datang pasti karena tau jika Ara sudah bangun dan mungkin akan berulah.

"Cukup simpel, menikah dan lahirkan anakku dengan sehat" ucapan Axton sukses membuat Ara memegang perutnya.

"Bagaimana kau tau ?" Cicit Ara dan Axton hanya tersenyum kecil dan berjalan mendekati sofa tepat di seberang Ara.

Suara langkah kaki pria itu menggema di lantai yang dingin dan kamar yang senyap ini. Hal itu mengingatkan Ara tentu kejadian kemarin malam ketika di super market.

Dengan penuh arogansi Axton mendudukkan tubuhnya menatap mata Ara dengan serius.

"Aku adalah ayah bayi itu. Tentu saja aku tau" ucap Axton dan Ara mendengus.

"Ini anakku sendiri. Dan kurasa aku tidak terlalu yakin jika kau adalah ayah bayi ini. Bahkan aku tak ingat dengan wajahmu" ucap Ara yang langsung dihadiahi dengan dengusan mengejek dari Axton.

Melihat hal itu Ara lebih mengangkat dagunya. Ara tidak boleh terintimidasi dengan segala sikap pria di depannya ini.

Menunjukkan sikap lemah bukanlah kebiasaan Ara. Walaupun jika secara jujur tubuhnya hampir saja luruh merasakan tatapan tajam yang seakan menelanjangi tubuhnya.

"Jadi kau bisa membuahi dirimu sendiri, Nona ? Sangat luar biasa" ucapan Axton sukses membuat wajah Ara memerah.

Tak menyangka jika pria di depannya ini akan mengatakan hal yang sedemikian vulgarnya tanpa beban sama sekali.

Ara tau jika pria di depannya ini bukanlah pria biasa. Ara juga bukan orang bodoh yang akan melakukan sesuatu tanpa perhitungan.

Pria ini berbahaya

"Selesaikan makananmu dan hilangkan semua rencana bodoh itu di otakmu karena kau harus tau jika semuanya sia-sia" ucap Axton yang seakan bisa membaca pikiran Ara saat ini.

Tetapi Ara hanya diam dan menatap Axton yang memilih berdiri mengendurkan dasi yang ada di lehernya.

Gerakan itu sukses membuat Ara meneguk ludahnya dengan susah payah. Bagaimana bisa pria itu bergerak seperti itu saja sangat seksi di mata Ara.

Astaga! Hilangkan semua pikirannya ini. Pikiran bodoh!

Ara memilih mengikuti setiap gerakan yang dilakukan Axton. Memilih mengalihkan perhatiannya dan seolah waspada jika pria itu akan menerkamnya dengan tiba-tiba.

Tatapan mata Ara sama sekali tidak lepas dari Axton. Bahkan ketika pria itu memilih mendekati pintu. Memegang kenop dan membuka pintu itu sebagian kecil.

Ara kira jika pria itu akan pergi tanpa mengatakan apapun lagi. Tetapi dugaannya salah, Axton membalikkan badannya dan tersenyum kecil ke arah Ara.

"Perlukah aku membuatmu ingat tentang bagaimana sensasi malam itu agar kau mengingatku, Casabelle?"

*-*-*

Ara menatap keluar jendela dan menduga jika dirinya di taruh di lantai tiga. Rumah ini sangat tinggi dan dugaannya pasti benar jika pria itu bukanlah pria biasa. Ara  mengigiti kukunya karena gelisah mulai melandanya.

Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi dan belum ada tanda-tanda pelayan akan mengirimkannya makanan. Tekad Ara untuk keluar dari sini semakin bulat.

Pria itu adalah pria yang berbahaya. Rumah ini di jaga ketat dengan beberapa orang yang berbadan besar dan tinggi. Jangan bayangkan betapa sangarnya semua penjaga itu.

Ara tidak seberapa yakin jika dirinya akan bisa keluar tetapi dia belum mencobanya bukan. Ini masalah hidup dan mati. Ara tidak yakin jika terus di sini dirinya akan hidup.

Lagian Ara sudah melihat sekitar ternyata ini adalah sebuah perumahan elit entah dimana. Setidaknya dia tidak harus keluar berlari di tengah hutan yang lebat.

Seperti novel yang pernah di bacanya.

"Apa yang sedang kau lakukan ?" Ara terperanjat mendengar suara itu mendekat.

Ara membalikkan badannya dan melihat Axton masuk ke dalam kamar ini. Ara tak menduga jika Axton akan menunjukkan batang hidungnya sedang meninggalkannya beberapa hari yang lalu.

Axton terlihat berbeda. Pria itu menggunakan baju casual dan juga pria itu membawa sebuah nampan. Tunggu, sebuah nampan ?

Pria itu berjalan mendekat ke sofa samping jendela tepat di samping Ara. Axton menaruh nampan berisikan makanan tersebut di atas meja dan menatap Ara.

"Makananmu sudah siap. Kau bisa makan" ucap Axton yang membuat Ara menatap tak yakin dengan makanan itu.

"Dimana Belva ?" Tanya Ara pelan belum yakin untuk berjalan mendekat.

Apalagi melihat Axton lebih memilih duduk di salah satu sofa daripada beranjak dan pergi dari kamar ini.

"Pelayan baru itu sedang mengerjakan sesuatu" ucap Axton dengan senyumannya.

Ara mengernyitkan keningnya dan masih belum yakin dengan apa yang harus dilakukannya. Tetapi perutnya sudah lapar dan pria itu sama sekali tidak melakukan sesuatu yang terlihat mencurigakan.

Mau tidak mau Ara berjalan mendekat ke sofa dan duduk tepat di depan Axton. Pria itu mengambil ponselnya dan terlihat sibuk dengan benda tersebut.

"Makanlah dengan tenang dan aku akan mengecek pekerjaan di sini" ucap Axton tanpa menatap Ara sama sekali.

Ara melihat roti croissant yang terlihat menggiurkan di depannya. Ini sarapan yang sangat lezat. Jadi dengan cepat Ara mengambil makanan itu dan melahapnya.

Sesekali Ara melihat kearah pria yang ada di depannya ini. Memastikan jika pria itu akan bergerak dan mengancam jiwanya.

"Okay selesai. Bagaimana ? Apakah enak ?" Ucap Axton yang membuat Ara terkejut bukan main tidak menyangka jika pria itu akan bertanya santai padanya.

"Enak. Ehm... Kau tidak makan ?" Ucap Ara dan Axton menggelengkan kepalanya.

"Aku sudah sarapan tadi" ucap Axton dan Ara hanya menganggukkan kepalanya.

"Kau tidur dengan nyenyak?" Pertanyaan bodoh itu keluar dari mulut pria di depannya.

Ara ingin mengumpati dan memaki pria di depannya ini. Bagaimana bisa pria itu bertanya seakan Ara saat ini sedang bertamasya bukannya di sekap di rumah antar berantah ini.

Tetapi Ara tau jika dirinya tidak mungkin memaki pria di hadapannya ini. Apalagi suasana sedang baik tidak ada aura mencekam seperti biasanya jika dia berada di satu ruangan dengan pria ini.

Aura mereka berbeda.

Ara melirik pria di hadapannya ini. Pria itu sama sekali tidak mengalihkan pandangan matanya dari Ara. Seakan-akan pria itu ingin mengambil roti Croissant yang ada di tangannya.

Melihat Ara yang meliriknya beberapa kali pria itu tersenyum dan melihat ke sekitar.

"Kau bisa bertanya jika kau ingin bertanya"

"Ehm... Siapa namamu ?" Lirih Ara dan pria itu terlihat terkejut dan hal itu sama sekali tidak di tutupinya.

"Austin Ellard. Apa yang sedang kau lakukan di sini ?" Ucap seseorang yang sukses membuat kedua manusia yang sedang berhadapan itu menoleh.

*-*-*

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status