Ara menatap pria dengan jas mahalnya itu melangkah masuk ke dalam kamar ini. Belva langsung membungkukkan badannya hormat dan melangkah mundur.
Belva memilih untuk beranjak dan keluar dari kamar. Menyisakan Ara dan juga pria yang sama sekali tak diketahui namanya ini.Tetapi satu hal yang Ara tau jika pria di depannya ini adalah dalang yang membawanya kemari. Menculik dan mengurungnya tanpa sebab."Apa maumu ?" Ucap Ara dan pria itu memberikan senyuman kecilnya.Mood Ara untuk menyantap makanan itu langsung lenyap seketika. Pria ini sudah datang pasti karena tau jika Ara sudah bangun dan mungkin akan berulah."Cukup simpel, menikah dan lahirkan anakku dengan sehat" ucapan Axton sukses membuat Ara memegang perutnya."Bagaimana kau tau ?" Cicit Ara dan Axton hanya tersenyum kecil dan berjalan mendekati sofa tepat di seberang Ara.Suara langkah kaki pria itu menggema di lantai yang dingin dan kamar yang senyap ini. Hal itu mengingatkan Ara tentu kejadian kemarin malam ketika di super market.Dengan penuh arogansi Axton mendudukkan tubuhnya menatap mata Ara dengan serius."Aku adalah ayah bayi itu. Tentu saja aku tau" ucap Axton dan Ara mendengus."Ini anakku sendiri. Dan kurasa aku tidak terlalu yakin jika kau adalah ayah bayi ini. Bahkan aku tak ingat dengan wajahmu" ucap Ara yang langsung dihadiahi dengan dengusan mengejek dari Axton.Melihat hal itu Ara lebih mengangkat dagunya. Ara tidak boleh terintimidasi dengan segala sikap pria di depannya ini.Menunjukkan sikap lemah bukanlah kebiasaan Ara. Walaupun jika secara jujur tubuhnya hampir saja luruh merasakan tatapan tajam yang seakan menelanjangi tubuhnya."Jadi kau bisa membuahi dirimu sendiri, Nona ? Sangat luar biasa" ucapan Axton sukses membuat wajah Ara memerah.Tak menyangka jika pria di depannya ini akan mengatakan hal yang sedemikian vulgarnya tanpa beban sama sekali.Ara tau jika pria di depannya ini bukanlah pria biasa. Ara juga bukan orang bodoh yang akan melakukan sesuatu tanpa perhitungan.Pria ini berbahaya"Selesaikan makananmu dan hilangkan semua rencana bodoh itu di otakmu karena kau harus tau jika semuanya sia-sia" ucap Axton yang seakan bisa membaca pikiran Ara saat ini.Tetapi Ara hanya diam dan menatap Axton yang memilih berdiri mengendurkan dasi yang ada di lehernya.Gerakan itu sukses membuat Ara meneguk ludahnya dengan susah payah. Bagaimana bisa pria itu bergerak seperti itu saja sangat seksi di mata Ara.Astaga! Hilangkan semua pikirannya ini. Pikiran bodoh!Ara memilih mengikuti setiap gerakan yang dilakukan Axton. Memilih mengalihkan perhatiannya dan seolah waspada jika pria itu akan menerkamnya dengan tiba-tiba.Tatapan mata Ara sama sekali tidak lepas dari Axton. Bahkan ketika pria itu memilih mendekati pintu. Memegang kenop dan membuka pintu itu sebagian kecil.Ara kira jika pria itu akan pergi tanpa mengatakan apapun lagi. Tetapi dugaannya salah, Axton membalikkan badannya dan tersenyum kecil ke arah Ara."Perlukah aku membuatmu ingat tentang bagaimana sensasi malam itu agar kau mengingatku, Casabelle?"*-*-*Ara menatap keluar jendela dan menduga jika dirinya di taruh di lantai tiga. Rumah ini sangat tinggi dan dugaannya pasti benar jika pria itu bukanlah pria biasa. Ara mengigiti kukunya karena gelisah mulai melandanya.Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi dan belum ada tanda-tanda pelayan akan mengirimkannya makanan. Tekad Ara untuk keluar dari sini semakin bulat.Pria itu adalah pria yang berbahaya. Rumah ini di jaga ketat dengan beberapa orang yang berbadan besar dan tinggi. Jangan bayangkan betapa sangarnya semua penjaga itu.Ara tidak seberapa yakin jika dirinya akan bisa keluar tetapi dia belum mencobanya bukan. Ini masalah hidup dan mati. Ara tidak yakin jika terus di sini dirinya akan hidup.Lagian Ara sudah melihat sekitar ternyata ini adalah sebuah perumahan elit entah dimana. Setidaknya dia tidak harus keluar berlari di tengah hutan yang lebat.Seperti novel yang pernah di bacanya."Apa yang sedang kau lakukan ?" Ara terperanjat mendengar suara itu mendekat.Ara membalikkan badannya dan melihat Axton masuk ke dalam kamar ini. Ara tak menduga jika Axton akan menunjukkan batang hidungnya sedang meninggalkannya beberapa hari yang lalu.Axton terlihat berbeda. Pria itu menggunakan baju casual dan juga pria itu membawa sebuah nampan. Tunggu, sebuah nampan ?Pria itu berjalan mendekat ke sofa samping jendela tepat di samping Ara. Axton menaruh nampan berisikan makanan tersebut di atas meja dan menatap Ara."Makananmu sudah siap. Kau bisa makan" ucap Axton yang membuat Ara menatap tak yakin dengan makanan itu."Dimana Belva ?" Tanya Ara pelan belum yakin untuk berjalan mendekat.Apalagi melihat Axton lebih memilih duduk di salah satu sofa daripada beranjak dan pergi dari kamar ini."Pelayan baru itu sedang mengerjakan sesuatu" ucap Axton dengan senyumannya.Ara mengernyitkan keningnya dan masih belum yakin dengan apa yang harus dilakukannya. Tetapi perutnya sudah lapar dan pria itu sama sekali tidak melakukan sesuatu yang terlihat mencurigakan.Mau tidak mau Ara berjalan mendekat ke sofa dan duduk tepat di depan Axton. Pria itu mengambil ponselnya dan terlihat sibuk dengan benda tersebut."Makanlah dengan tenang dan aku akan mengecek pekerjaan di sini" ucap Axton tanpa menatap Ara sama sekali.Ara melihat roti croissant yang terlihat menggiurkan di depannya. Ini sarapan yang sangat lezat. Jadi dengan cepat Ara mengambil makanan itu dan melahapnya.Sesekali Ara melihat kearah pria yang ada di depannya ini. Memastikan jika pria itu akan bergerak dan mengancam jiwanya."Okay selesai. Bagaimana ? Apakah enak ?" Ucap Axton yang membuat Ara terkejut bukan main tidak menyangka jika pria itu akan bertanya santai padanya."Enak. Ehm... Kau tidak makan ?" Ucap Ara dan Axton menggelengkan kepalanya."Aku sudah sarapan tadi" ucap Axton dan Ara hanya menganggukkan kepalanya."Kau tidur dengan nyenyak?" Pertanyaan bodoh itu keluar dari mulut pria di depannya.Ara ingin mengumpati dan memaki pria di depannya ini. Bagaimana bisa pria itu bertanya seakan Ara saat ini sedang bertamasya bukannya di sekap di rumah antar berantah ini.Tetapi Ara tau jika dirinya tidak mungkin memaki pria di hadapannya ini. Apalagi suasana sedang baik tidak ada aura mencekam seperti biasanya jika dia berada di satu ruangan dengan pria ini.Aura mereka berbeda.Ara melirik pria di hadapannya ini. Pria itu sama sekali tidak mengalihkan pandangan matanya dari Ara. Seakan-akan pria itu ingin mengambil roti Croissant yang ada di tangannya.Melihat Ara yang meliriknya beberapa kali pria itu tersenyum dan melihat ke sekitar."Kau bisa bertanya jika kau ingin bertanya""Ehm... Siapa namamu ?" Lirih Ara dan pria itu terlihat terkejut dan hal itu sama sekali tidak di tutupinya."Austin Ellard. Apa yang sedang kau lakukan di sini ?" Ucap seseorang yang sukses membuat kedua manusia yang sedang berhadapan itu menoleh.*-*-*"Calm down Axton. Aku hanya mampir sebentar" ucap pria di depan Ara yang semakin membuat Ara bingung bukan main.Axton ? Austin ? Siapa mereka ?Ara menyadari satu hal jika kedua pria ini memiliki wajah yang sama seperti. Bahkan Ara sama sekali tidak bisa membedakan mereka. Oh kecuali dari baju mereka.Satu berpakaian casual dan satunya lagi berpakai formal. Ara menatap pria berpakaian formal itu yang melangkah dengan cepat menghampirinya."Pergi dari kamarku sekarang!" sentak pria tersebut yang membuat Ara tersentak kaget. Bahkan pria di depannya itu langsung memucat dan menganggukkan kepalanya sebelum berlalu pergi."Axton?" Gumam Ara yang membuat Axton langsung menoleh dan menatap Ara."Kenapa ?" Jawab Axton dan Ara terlihat kagetJadi pria di depannya ini bernama Axton. Pria yang tidur dengannya. Oh sebentar siapa yang tidur dengannya malam itu."Kau atau dia yang tidur denganku ?" Pertanyaan bodoh Ara sukses membuat Axton memincingkan matanya marah."Kau bahkan tak bisa mengenali
"Apa kau yakin melakukan ini, Axton ?" Ucap Melly yang membuat Axton meliriknya dengan tatapan dingin.Mereka saat ini sedang berada di jet pribadi milik Axton yang sedang terbang menuju Las Vegas. Sudah terlalu lama Axton mengundur keberangkatan mereka.Perusahaannya tidak bisa di tinggalkan lebih lama lagi. Banyak pekerjaan yang menantinya. Lagian hasil sudah keluar dan mengatakan jika Ara baik-baik saja jika melakukan penerbangan.Austin sudah kembali ke Las Vegas dua hari yang lalu. Melly yang memang sedang disewa oleh Axton mau tidak mau harus tetap tinggal."Kau kusewa bukan untuk berkomentar" ucap Axton tajam yang membuat Melly memutar matanya.Melly cukup mengenal bagaimana prilaku Axton walaupun dirinya adalah sahabat Austin. Kedua kembaran itu memiliki paras yang sama tetapi memiliki sifat yang sangat berbeda.Axton cenderung lebih kasar, dingin dengan segala sikap arogannya. Sedangkan Austin lebih tenang dan memiliki sikap yang ramah dengan siapapu
Pintu di buka membuat Ara menoleh dan menemukan sosok perempuan yang sedikit familiar di ingatannya. Hingga memori Ara berputar kembali dan membuatnya ingat dengan perempuan di depannya."Kau dokter itu!" Ucap Ara dan Melly tersenyum mendengarnya.Perempuan itu berjalan masuk dan mendekati ranjang. Hingga sebuah kernyitan muncul di dahi perempuan itu."Pria brengsek" gumam Melly yang membuat Ara menatapnya dengan wajah bingung.Melly mendekati ranjang dan menaruh tas miliknya di bawah ranjang sebelum berbalik tanpa mengatakan apapun.Perempuan itu keluar kamar dan menghilang untuk beberapa menit. Sebelum kembali dengan seorang pria yang terlihat murung seperti baru saja di omeli."Katakan dengan bos bodohmu! Bagaimana bisa dia memborgol perempuan hamil" Omelan Melly meluncur dengan mulus yang membuat Ara paham siapa yang baru saja mengomeli pria itu.Dengan cepat pria itu melepaskan borgol di tangan Ara. Rasa lega langsung menghampiri Ara, setidaknya tang
Ara membuka pintu di depannya dengan rasa ragu luar biasa. Mungkin pria itu hanya mengerjainnya.Ara paling benci jika harus merasa ragu ataupun sampai di kerjai. Perasaan kesal selalu menghantuinya.Namun senyuman Ara melebar ketika pintunya terbuka dan tidak di kunci seperti sebelumnya.Axton menepati janjinya.Ara mengintip keluar dan menemukan seorang pria dengan baju hitam berdiri di depan kamar. Pria itu menoleh dan segera memberikan hormat pada Ara."Nona ingin turun ?" Tanya pria itu yang membuat Ara mengedipkan matanya sebelum menganggukkan kepalanya.Awalnya Ara mengira jika pria itu akan menahannya mungkin bahkan mendorongnya agar masuk. Ternyata pria itu tak menahannya membuat Ara membuka pintu semakin lebar. Suasana ruangan mewah langsung masuk ke dalam matanya.Sepertinya Axton adalah pria kaya. Sialan! Tentu saja pria itu kaya bahkan pria itu memiliki dokter pribadi yang bisa membiusnya sampai bisa di bawa kesini.Bagaimana Ara bis
Axton membuka pintu mobilnya dan menemukan salah satu pengawalnya ada di samping mobil. Pria itu menundukkan tubuhnya hormat pada Axton.Jam menunjukkan pukul sebelas malam. Pekerjaannya hari ini sangat menyita waktu dan tenaga. Kenapa juga banyak permasalahan akhir-akhir ini. Membuatnya semakin lelah saja."Bagaimana keadaan rumah ?" Ucap Axton yang membuat pengawal itu mendongak dan berdehem sebentar."Semuanya aman, Mr. Ellard. Tidak ada yang mencurigakan" ucapnya lancar dan Axton menganggukkan kepalanya.Axton berjalan menuju pintu tepat ketika mobilnya bergerak maju dipindahkan ke garasi rumahnya.Axton membuka pintu di depannya dan berjalan pelan di antara kegelapan di rumahnya ini. Jam sudah malam dan setiap sudut rumah pasti akan gelap gulita.Namun kali ini terasa beda. Kenapa ruang keluarga terlihat lampunya masih menyala. Tidak mungkin jika pelayan berani-beraninya menonton televisi di sana.Axton berdecak kesal dan berjalan menuju ruang keluar
Axton masuk ke dalam ruangan praktek yang membuat seorang perempuan di meja kerjanya menoleh. Sebuah tatapan tak menyangka muncul di wajah Melly."Seriusan ? Mr. Ellard datang ke sini ?" Ucap Melly sambil menggelengkan kepalanya pelan.Axton hanya memandang datar Melly dan memilih duduk di depan perempuan itu. Jam menunjukkan pukul sepuluh siang. "Jadi apa yang mau dikonsultasikan oleh Mr. Ellard nih ?" Ucap Melly sambil mengambil catat buku di mejanya.Di balik wajah tenang Axton sebenarnya Axton sedang mengumpati dirinya sendiri. Bagaimana bisa dirinya berakhir di sini, di ruang praktik Melly.Tidak lain tidak bukan adalah dokter kandungan. Pertanyaan yang sejak semalam terus berputar di pikirannya yang membuat Axton nekat pergi ke tempat praktik Melly."Urusan ranjang ya ?" Celetuk Melly yang membuat Axton berdehem pelan."Itu hal wajar katakan saja mau tanya apa" oceh Melly lagi yang membuat Axton berdehem dan menganggukkan kepalanya."Apa kau ya
Axton memasuki rumah besar itu dan menemukan kesunyian di sana. Menandakan jika orang yang sedang di carinya memang tidak ada di sini. Axton mengalihkan tatapan matanya pada seorang pelayan yang sedang berdiri di samping Vas dengan wajah ketakutannya. Semua orang takut terhadap Axton.Selama bertahun-tahun Axton tidak pernah lagi menginjakkan kakinya di mansion besar ini dan semua orang tau akan hal ituTetapi entah gerangan apa yang membuat Axton mau datang kesini dan menginjakkan kakinya lagi di sini. Tetapi pasti itu bukan hal yang baik."Dimana Austin ?" tanya Axton dengan suara dinginnya dan pelan itu terlihat meneguk ludahnya dengan susah payah."Mr. Ellard sudah seminggu tidak pulang" jawab pelayan itu dengan takut-takut.Wajahnya semakin memucat kala Axton mengumpat keras dan menghela nafas berat. Seminggu ? Waktu yang sama dengan Ara yang menghilang dari rumah.Sepertinya Austin kali ini tidak hanya sedang bermain-main kecil dengan Axton. Tetapi
Ara mendudukkan tubuhnya di kursi makan dan menatap beberapa temannya yang mulai bergabung di meja makan. Pagi ini mereka akan sarapan bersama sambil membahas apa yang akan dilakukan selanjutnya. Itu yang dikatakan Clark."Kau ingin makan sesuatu ?" Ucap Clark yang membuat Ara menoleh dan menggelengkan kepalanya."Aku tadi sudah makan apel. Oh atau bisakah kau membuatkan susu ibu hamil untukku ?" Ucap Ara dan Clark langsung mengiyakan ucapannya.Ara tetap menyandarkan tubuhnya dan mengelus perutnya pelan. Menatap Frank dan Dave yang mulai berbincang ke sana kemari. Tak lupa Ara juga melirik Austin yang juga bergabung dan makan sepiring roti bakar di hadapannya.Ketika asik dengan pikirannya tiba-tiba namanya disebut dan membuat Ara menoleh menatap Dave yang tadi menyebutnya."Apaan ?" Ucap Ara dan Dave menoleh kearahnya."Aku dan Frank berpikir jika sepertinya anakmu ini kan harus ada bapaknya. Nanti aku yang akan menjadi bapak untuk anakmu ini" uca