Pagi-pagi sekali Jody sudah siap jalan kerja, dia pamit pada Sarlita, “Sar.. aku jalan dulu ya, aku harus ketemu customer pagi ini.” ucap Jody dengan tergesa-gesa “Gak salah kamu, Jod? Belum juga jam tujuh?”“Aku gak mau terjebak macet, Sar, kan aku karyawan baru harus jaga kondite.” Jody meninggalkan Sarlita begitu saja. Satu sisi Sarlita agak kesal dengan sikap Jody yang tidak memperdulikan dirinya, namun di sisi lain dia juga senang melihat semangat Jody. Sarlita merapikan tempat tidurnya, dia tidak ingin tiba-tiba Mama Jody masuk kamar dan melihat kamar masih berantakan. Sarlita juga merapikan meja kerja Jody dan kolong mejanya. Seperti biasanya Jody kalau habis mandi, handuknya di letakkan begitu saja di sandaran kursi kerjanya. Begitu juga pakaian kotornya yang berserakan di sofa kamar. Sarlita mengumpulkan pakaian kotor Jody yang mau dicuci, dia periksa satu persatu kantong celana dan kemeja Jody. Saat dia merogoh kantong celana Jody dia menemukan sebungkus kondom.“Ampun
Keesokan harinya Jody terlihat salah tingkah, Sarlita pura-pura tidak hirau dengan sikap Jody tersebut. Jody keluar kamar dan menuju ke dapur dilantai bawah, dia menanyakan pada pembantunya,“Bik.. kemarin sewaktu nyuci celana saya menemukan sesuatu gak di kantong celana?” tanya Jody“Gak ada apa-apa di kantong celana tuh Gan?”“Yaudah bik.. gak apa-apa..” ucap Jody sembari jalan kembali ke kamar. “Sar.. kemarin yang bawa pakaian kotor ke bawah siapa?”“Aku! Emang kenapa, Jod? Ada masalah dengan pakaian kamu?” Sarlita pura-pura tidak tahu. “Gak ada apa-apa sih.. kamu hari ini mau ke mana, Sar?”“Aku mau kontrol ke dokter, Jod! Kamu mau antar aku?”“Yaudah.. kamu jalan sendiri aja ya, karena aku harus ketemu customer pagi ini.”Sarlita sudah tahu apa jawaban Jody, baginya menanyakan itu pada Jody hanya sekadar basa-basi. Sarlita punya rencana lain sebetulnya, dia bukan ingin kontrol ke dokter. Seperti biasanya, Jody pergi begitu saja meninggalkan Sarlita. Tidak ada sama sekali basa
Jody dan Lisa sudah keluar dari Cafe dan menuju ke lift untuk segera turun. Sebagai brondong, Jody dianggap Lisa sangat memenuhi seleranya. Sebaliknya, Jody yang biasanya mengencani gadis-gadis yang masih fresh. Bagi Jody, selama bekerja sebagai marketing dia selalu bertemu customer seperti Lisa. Ini menjadi pengalaman baru dalam petualangannya dalam berkencan dengan wanita. “Kamu serius gak masalah ikut aku ke apartemen?” bisik Lisa saat di dalam lif. Jody hanya menggelengkan kepalanya, karena saat itu di dalam lift cukup banyak orang. Begitu keluar dari lift di lantai satu, Jody dan Lisa langsung belok ke kiri. Sementara dari arah kanan lift, Kiano dan Sarlita sedang berjalan menuju ke lift. Jody tidak tahu kalau Sarlita saat itu ada di mall yang sama dan hampir saja berpapasan dengannya. Begitu juga Sarlita, dia tidak melihat kalau Jody baru saja keluar dari lift dengan seorang wanita. Tidak terbayangkan kalau seandainya keduanya bertemu dalam keadaan masing-masing dengan pa
Kiano tahu kalau Sarlita tidak betah berada di rumah, dari gestur tubuhnya menjelaskan kalau Sarlita nyaman berada didekatnya. Namun, Kiano harus menjaga hubungannya, baik dengan Sarlita ataupun dengan Jody. “Aku pikir, sebaiknya aku antar kamu pulang Sar, karena gak baik juga buat kamu kalau kita terus berdua.”“Kenapa Kiano? Kamu takut ketahuan Jody?”“Bukan takut, Sar, biar bagaimanapun aku harus jaga semuanya. Baik hubungan aku sama kamu, juga sama Jody.”Kiano sudah pikirkan semuanya, dia tidak mungkin kencan dengan isteri orang lain yang sedang hamil. Meskipun dia sendiri sangat menyukai Sarlita. “Okey Kiano, tapi ini bukan pertemuan kita yang terlahir kan?”“Bukan Sar, aku selalu ada jika kamu butuhkan. Kita saling menjaga aja, kalau memang sudah saatnya aku harus minta kamu pada Jody, aku akan temui Jody.” tegas KianoKiano antar Sarlita pulang, dia merasa iba dengan nasib Sarlita. Namun, dia belum bisa berbuat apa-apa untuk membantu Sarlita. Sarlita mengingatkan Kiano, “Ki
Jody berusaha menjelaskan dari mana alat kontrasepsi itu dia dapatkan. Namun, Sarlita seakan tidak ingin mendengar alasan Jody, “Apapun dalih kamu untuk menjelaskannya tidak lagi penting Jod! Mulai sekarang, kalau kamu mau menggauli aku kamu harus gunakan itu.”“Ini tidak masuk akal, Sar, kenapa aku menggauli isteri aku sendiri harus menggunakan itu!!?” tanya JodyJody tanyakan itu dengan perasaan kecewa. Padahal, dia baru saja kesal diskorsing perusahaan. “Jod! Pada wanita lain kamu gunakan itu, kenapa sama aku kamu keberatan? Aku gak mau janin yang ada di rahimku kena penyakit, Jod!!”Jody kehabisan kata-kata, karena apa yang dikatakan Sarlita tidak mampu dia bantah. Dia tidak menyangka kalau Sarlita menemukan kondom itu di saku celananya. Kadang memang, perbuatan yang tidak baik itu sangat sulit untuk disembunyikan. Seperti menyimpan bangkai, semakin lama baunya akan tercium. Sepandai pandainya Jody menyembunyikan perselingkuhannya, selalu saja ada cara Sarlita mengetahuinya. D
Keesokan harinya Pulang dari dokter Sarlita sangat kaget melihat ada mobil Kiano di halaman rumah Jody. Jantungnya berdebar, dia sangat khawatir kalau Kiano menemui Jody. Namun, di sebelah mobil Kiano ada mobil Papa Jodi. Mobil Jody malah di dalam garasi, hal itu membuat dia tambah cemas lagi. Sarlita masuk ke rumah melalui garasi untuk menuju ke kamarnya. Di kamar, dia tidak menemui Jody. Pikiran Sarlita bertambah kalut, dia takut Kiano benar-benar melakukan apa yang dikatakannya pada Sarlita, bahwa dia akan meminta Sarlita pada Jody. Dari lantai atas, Sarlita melihat hanya Tantrianus dan Kiano yang sedang bicara, sementara Jody tidak terlihat ada diantara mereka. Ternyata Kiano juga merupakan relasi Tantrianus bukan cuma Wiryawan, “Beberapa minggu yang lalu saya ke Bali bertemu pak Wiryawan, saya baru tahu kalau pak Tantri besanan sama beliau.”“Iya dik Kiano, maaf kami tidak merayakan perkawinan anak kami, jadi tidak mengundang dik Kiano dan Papanya.”Kiano juga cerita kalau
Jody pulang ke rumah bersama Mamanya, ternyata Jody diminta menemani Mamanya ke salon. Saat Mamanya di salon, Jody manfaatkan untuk bertemu Cathrine, itulah makanya mobil Jody ada di rumah. Jody bertemu Tantrianus di ruang tamu, “Jod! Tadi Kiano ketemu Papa di rumah, dia bersedia menerima kamu kerja di perusahaannya.. gimana? Kamu bersedia gak?” tanya Tantrianus “Bukan gak bersedia Pa, Jody sudah dapat pekerjaan baru di perusahaan kosmetik.” jawab Jody“Kok perusahaan kosmetik sih, Jod?” Kerja dibagian apa kamu?” tanya Mama Jody“Ya sama aja, sebagai marketing, Ma, gak masalah kan? Di perusahaan yang kemarin juga sebagai marketing, Ma.”Tantrianus tetap meminta Jody menerima tawaran Kiano, tapi Jody tetap menolaknya, “Papa minta kamu terima tawaran Kiano, karena kamu bisa belajar banyak dari dia bagaimana memimpin perusahaan.”“Jody gak enak Pa, Kiano itu kenal sama Sarlita, dan juga relasi om Wiryawan. Jadi ketahuan banget kalau Jody jadi karyawan Kiano.”Tantrianus menjanjikan pr
Keesokan harinya Setelah memikirkan kembali desakan Tantrianus dan Sarlita, akhirnya Jody bersedia menerima tawaran Kiano. Jody menemui Kiano di ruang kerjanya, “Bro.. kamu gak usah keberatan bekerja di perusahaan ini, aku yakin kamu bisa beradaptasi dengan kondisi di perusahaan ini.”Kiano berusaha meyakinkan Jody, dia sangat memikirkan nasib Sarlita. “Gini Kiano.. aku gak mau kamu mau menerima aku karena permintaan Papa aku, itu satu. Kedua, kamu juga jangan karena dipengaruhi Sarlita.” pinta Jody“Sama sekali enggak, Jod! Aku hanya menghargai potensi kamu, aku sangat yakin kalau kamu bisa diandalkan.”Bagi Kiano, dengan Jody bekerja diperusahaannya, dia akan mudah berkomunikasi dengan Jody. Dengan begitu misinya untuk meminta Sarlita pada Jody peluangnya terbuka. Kiano juga tidak menganggap Jody sebagai karyawan, dan itu dia sampaikan pada Jody, “Asal kamu tahu Jod, aku tidak anggap kamu karyawan, aku posisikan kamu sebagai partner kerja. Gimana Jod? Kamu bisa terima gak?”“Ok