Share

Bag 12

Semenjak pertemuan terakhir Lisa dengan Ken. Kini tanpa sepengetahuan Lisa, dia selalu diikuti oleh para pengawal bayangan. Mereka sengaja di tugaskan oleh Ken untuk menjaga dan mengawasi gerak-gerik Lisa.

Terlihat konyol bukan? Tapi apapun yang sudah dikehendaki oleh Ken, dia harus tetap mendapatkannya termasuk yang menjadi incarannya adalah Lisa.

Ken hanya ingin mengetahui aktifitas Lisa dan kesehariannya saja. Dan tujuan lainnya adalah mencari celah untuk membawa Lisa ke hadapannya.

Tugas para pengawal bayangan itu sangat rapih, tak satupun yang mengetahuinya. Jelas saja kalau sampai mengetahuinya pasti Ken akan marah besar, sebab dia sudah membayar mereka dengan harga yang mahal.

Orang kaya seperti Ken akan sangat mudah mendapatkan yang diinginkan. Oleh sebab itu para orang suruhan Ken haru selalu melaporkan aktivitas Lisa padanya.

Seperti biasanya Lisa pergi bekerja ke rumah majikannya, Risa. Dia hari ini hanya ke rumah Risa saja karena di tempat majikannya yang lain ia harus berlibur.

Bukan sesuatu yang mudah untuk Lisa mengerjakan pekerjaan ini. Meskipun hanya buruh cuci, tapi itu adalah pekerjaan yang cukup memilki resiko besar. Pakaian yang dicuci Lisa adalah pakaian yang mahal, jadi kalau salah sedikit Lisa harus ganti rugi. Untuk itu dia harus sangat-sangat berhati-hati.

Bibi Lilin adalah satu-satunya pekerja di rumah tersebut. Perempuan paruh baya tersebut hanya ditugaskan sebagi bersih-bersih dan seorang koki. Dia sangat akrab dengan Lisa dan tentunya sangat baik.

Lisa melanjutkan pekerjaannya mencuci pakaian mahal milik Risa. Menguceknya dengan pelan-pelan dan hanya menggunakan sabun pencuci khusus. Setelah selesai mencuci Lisa segera mengangin-anginkan pakaian tersebut dan menjauhkannya dari sinar matahari.

"Lisa.." tegur Bi Lilin.

Lisa menoleh ke sumber suara dan membalas dengan senyuman. "Nanti kamu jangan pulang dulu ya, bibi siapin makanan buat kamu." Ucap Bi Lilin.

Karena pekerjaan Lisa telah usai, dia bergegas menemui Bi Lilin yang sedang duduk di dapur rumah tersebut. "Bibi.." tegur Lisa balik pada Bi Lilin yang sedang duduk di sebuah mini bar.

"Duduk sini nak, bibi ada camilan buat kamu." Ajak Bi Lilin.

Lisa hanya mendekati Bi Lilin dan sungkan untuk duduk bersebelahan dengan Bi Lilin. Karena dia menyadari posisinya hanya seorang buruh dan tidak ingin lancang duduk di tempat majikannya.

Bi Lilin menepuk-nepuk pelan bangku yang di sebelahnya itu. "Ayo sini duduk, jangan sungkan nak. Lagi pula bibi juga duduk di sini." Jelas Bi Lilin.

Lisa menggeleng. "Tidak Bi, biar Lisa duduk di bawah saja." Lisa segera duduk di atas lantai tanpa alas, dia memang tidak ingin lancang di rumah majikannya.

Bi Lilin yang melihatnya terenyuh dan ikut duduk di bawah. Mereka segera menyantap camilan yang disediakan oleh Bi Lilin

Mata Bi Lin tak henti-hentinya menatap Lisa sambil menaikkan sudut bibirnya. Sesekali pandangannya juga mengamati halaman belakang.

"Bibi tinggal ke belakang sebentar ya," pamit Bi Lin.

Sementara Bi Lin meninggalkannya, Lisa melanjutkan makan cemilannya dan istirahat sebentar. Pekerjaannya masih sangat panjang karena setelah ini dia masih harus menyetrika pakaiannya majikannya.

Di tengah ke asyikannya Risa sang majikan datang menghampiri Lisa, dengan wajah yang memerah penuh murka. Tapi Lisa belum menyadari karena ia masih menyantap camilan yang disiapkan oleh Bi Lin.

"Hei," tegur Risa dengan nadanya yang membentak. Lisa segera menoleh ke sumber suara, namun pandangannya terhalang karena secara bersamaan Risa melempar sebuah gaun berwarna merah ke wajah Lisa.

Risa berkacak pinggang mendekati Lisa yang duduk di lantai. Sekarang dia benar – benar menunjukkan wajah murkanya. "Saya sudah bayar kamu untuk bekerja. Kenapa pakaian saya bisa rusak seperti itu."

Lisa masih melonggo belum menyadari bahwa gaun yang dibawanya itu ada noda bercak putih yang tidak bisa hilang. "Kenapa malah lihat saya seperti itu?" bentak Risa lagi.

"Gleg..."

Saliva Lisa terteguk dalam-dalam. Dia nampak terkejut melihat beberapa bercak noda putih di gaun merah yang mahal itu.

"Kenapa bisa jadi seperti ini. Seingatku kemarin gaunnya masih bersih dan tidak ada noda sedikit pun." Batin Lisa bingung.

Lisa langsung mendekati Risa dan berlutut di depannya. "Maaf Nona, tapi saya sudah mengerjakan pekerjaan saya dengan baik. " bulir air mata mengiringi permohonan maaf Lisa. "Sungguh saya tidak tahu kenapa pakaian Nona bisa ada bercak seperti itu," imbuh Lisa lagi.

Risa tak segan-segan menendang Lisa agar menjauh dari hadapannya. Tubuh Lisa pun terjatuh ke lantai. "Nona, mohon percaya sama saya." Lisa kembali memohon.

Tatapan Risa tajam menyayat, "aku sudah tidak ingin mendengar omong kosong dari mulutmu itu. Lebih baik kau pergi dari rumahku sekarang!" perintah Risa sambil melambaikan tangannya, memberi kode bahwa Lisa harus segera pergi.

Lisa masih berusaha mendekati Risa, namun Risa lagi-lagi menendangnya. "Pergi!" bentak Risa. "Nona?" Lisa kembali memohon. "Apa kau tuli? Kau ku pecat!" bentak Risa lagi.

"Tapi Nona, sungguh bukan saya yang merusak pakaian Nona. Saya janji akan menggantinya, tapi jangan pecat saya Nona." Lisa terus memohon.

Risa malah justru terkekeh. "Apa mau ganti?" Tanya Risa dengan senyumnya yang menghina. "Sampai kau mati pun tidak bisa mengganti pakaian mahalku ini." Senyum Risa padam menjadi murka. "Pergi kau dari rumahku!"

Risa langsung pergi dari hadapan Lisa, dia sungguh sangat marah dengan pekerjaan Lisa yang kali ini. Sudah hampir dua tahun Lisa bekerja dengannya, namun baru sekali ini Lisa membuat kesalahan dan langsung di pecat.

Lisa masih menangis sesenggukan berlutut. Bi Lin yang mengetahui hal tersebut membantu Lisa untuk bangun. "Ayo Lisa, bangun." Bi Lin memapah Lisa bangun.

Lisa menangis sesengukan sambil menggelengkan kepalanya. "Tidak Bi, aku tidak merusaknya." Ucap Lisa sendu.

Bi Lin memberi senyumnya. "Bibi tahu, mungkin ada kesalah pahaman." Bi Lin sambil mengusap rambut milik Lisa. "Lebih baik sekarang kamu pulang ya. Biarkan Nona Risa tenang dulu, setelah tenang nanti kamu ke sini lagi minta maaf. Siapa tahu Nona Risa berubah pikiran."

Lisa mengangguk. "Bibi benar, semoga saja seperti itu. Sungguh aku tidak ingin kehilangan pekerjaan ini Bi." Ucap Lisa. Sementara itu Bi Lin memapah Lisa keluar dari rumah Risa.

Tubuh Lisa seketika itu juga langsung lemah karena mendengar kata "pecat." Bahkan pekerjaannya yang sudah setengah hari ini juga tidak mendapatkan bayaran sepeserpun. Artinya dia pulang tanpa membawa apa-apa, Rosa dan Elga sudah pasti akan marah besar padanya.

"Bagaimana ini Tuhan. Aku sudah berjanji pada kak Elga untuk membawa uang, tapi aku malah justru di pecat." Keluh Lisa lirih yang mengantarkan Lisa keluar dari rumah tersebut.

Bersambung...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status