“Ya sudah suruh masuk ke ruang tamu, suruh tunggu di sana!” nenek Murni memberi perintah dan Radin mengiyakan. Pengawal itupun permisi dan kembali menemui tamu yang bikin Nenek Murni, Radin, juga Tante Desta dan Cynthia bertanya-tanya dalam hati, apa tujuan istri pertama Jaka Darminto ini datang ke rumah ini.Nenek Murni berjalan di gandeng tante Desta, merekapun beriringan berjalan ke ruang tamu dan di sana terlihat wanita yang terlihat masih cantik walaupun sudah parobaya, tapi penampilannya sudah tak semewah dulu, wajahnya yang dulu rajin lakukan perawatan terlihat kusam. Dia hanya mengenakan daster dan rambutnya pun diikat dan hanya memakai sandal jepit.Melihat kedatangan Nenek Murni, wanita bernama Indri ini langsung bersimpuh di kaki nenek Murni ini dan menangis terisak-isak.“Bu…maafkan Indri…ampunkan kesalahan Indri…kami sekeluarga mengakui telah salah selama ini…!” Indri terus terisak-isak menangis. N
Radin, Jhon Andrew dan Scott Holder, seorang milyuner asal Swiss kini santai di sebuah hotel bintang 5 di Surabaya, di depan mereka di kotak khusus yang terlihat mewah, terdapat intan sebesar telor bebek, sedang di periksa dengan seksama seorang kolektor anak buah Scott Holder ini.Demi keamanan, Radin sampai minta 55 polisi bersenjata lengkap berjaga di hotel tersebut, karena ini bisnis bukan main-main dengan seorang kolektor berlian paling terkenal di Eropa.Semua diam dengan mata tertuju ke intan tersebut, setelah 35 menit, si kolektor ini tersenyum dan menampilkan jempolnya ke Scott Holder.“Amazing sir…Intan ini asli dan karatnya luar biasa….!” kata si Kolektor tersenyum dalam Bahasa Inggris, sambil tos mengangakat minumannya ke Radin, Radin tersenyum dan ikut tos.Scott Holder yang memiliki perusahaan berlian paling terkenal di Swiss langsung menyalami Radin dan menyebutkan dia beli Intan tersebut dengan cash dan harga disepakati 100 juta dollar amerika, dan segera langsung di t
“Hmmm…dibandingkan Abang…tentu angka segitu tak ada apa-apanya…Abang berapa sih sekarang kekayaannya?” kata Cynthia sambil menatap Radin dan agaknya butuh jawaban.“Jangan tanya gitu ahhh…pokoknya digitnya ga muat kalkulator!” Radin tertawa tergelak dan tante Desta hanya geleng-geleng kepala.Kini ketiganya rame bercakap-cakap, Radin sampai diminta Tante Desta makan malam di rumah itu, Dani yang baru datang bergabung dan masih duduk di bangku SMU pun dibuat takjub dengan hal ini, remaja yang memiliki tubuh jangkung seperti Radin ini sampai melongo mendengar kini mereka jadi milyader.Dani merupakan pemuda sederhana, dia paham sejak ayahnya meninggal kondisi keuangan keluarga mereka compang camping dan dia menjadi minder bergaul dengan sahabat-sahabatnya yang kebanyakan anak berduit. Kini dia memandang Radin bak dewa penolong bagi keluarganya.*****Di sebuah rumah sakit jiwa, ada seo
“Ada apa ko ribut-ribut!” kata Radin sambil memperhatikan ID pria yang juga karyawan Radiw Corporation dan di sana tertulis nama pria itu Priyanto, dengan jabatan manajer HRD.“Bapak siapa…tamu di perusahaan ini?” Priyanto yang tak kenal Radin malah dengan pongahnya menjawab pertanyaan Radin.“Iya saya hanya tamu ke perusahaan ini dan ingin bertemu Manejer HRD nya!” sahut Radin asal saja.Priyanto langsung tersenyum sinis dan memandang Radin dengan pandangan agak meremehkan.“Orang yang Anda cari ada di depan kamu sekarang!” Priyanto sengaja berkata begitu, dengan tujuan agar wanita yang tadi mendebatnya kaget, dengan jabatannya yang mentereng di perusahaan investasi ini.“Hmmm…kalau Anda yang jadi Manejer HRD, saya batalkan wawancara…maaf saya permisi pulang!” si wanita ini benar-benar berpaling bermaksud pergi, tanpa menatap Radin yang tersenyum melihat keangkuhan Priyanto, dan makin tertarik melihat tingkah wanita cantik dengan pakaian sederhana ini.“Tunggu dulu…kan Anda mau wawan
“Kenapa kamu tertawa Man…ada yang lucu!” Arman langsung menoleh kaget ke Radin dan minta maaf.Arman lalu mendekati Radin dan mengatakan pengalaman Priscilla cukup baik, di tambah nilai-nilainya sarjana nya juga semuanya A, plus sangat mahir berbahasa Inggris.“Wanita ini pintar…agaknya cocok di terima di perusahaan kita!” kata Arman pelan. Radin mengangguk dia lalu berdiri dan mendekati Priscilla, sebelumnya dia menyuruh Arman kembali keruangannya dan dia sendiri yang akan mewawancara wanita ini, Arman pun permisi dan tersenyum ke Priscilla kemudian berlalu dan keluar dari ruangan bos besarnya.Radin kini duduk berhadapan dengan Priscilla dan menatap wajah wanita cantik ini.“Sebelum melamar ke perusahaan ini, sudah berapa perusahaan yang kamu lamar dan kenapa kamu di tolak!” kata Radin pelan. Priscilla menatap wajah Radin dan dia harus mengakui, betapa tampan, dingin serta berwibawanya pria di hadapannya
Priscilla benar-benar tekun bekerja di Radiw Corporation, sudah hampir 3,5 bulan dia kerja dan selama ini pula dia tak pernah bertemu Radin lagi. Bos besar itu sangat misterius dan unik sekali, sehingga dia sendiri sampai kebingungan melihatnya.Namun Priscilla tak memusingkan itu, dia benar-benar focus ke pekerjaannya. Apalagi gaji dan tunjangan yang dia terima juga besar, jauh melebihi dari tempatnya bekerja dulu.Di sini juga dia mampu mengeluarkan semua kemampuannya sebagai tenaga komunikator yang handal dan bisa beradaptasi dengan cepat di lingkup kerjanya yang baru.Rita, sang Direktur HRD termasuk yang memuji kinerjanya dan dikatakan dia jauh lebih baik dari Priyanto yang sudah dikeluarkan 3,5 bulan yang lalu.Kini Priscilla juga sudah berubah, baju kerjanya makin menyesuaikan dengan lingkungan kerjanya, karena dengan gajinya, dia bisa berbelanja baju kerja yang bagus dan bermerek. Telinganya pun sudah ada anting manis dan kalung di lehernya.Dengan gajinya yang mencapai 20 jut
“Ga usah pak…rumah Cilla kecil dan jelek!” sahut Priscilla.“Hmmm…masa saya bertamu mandang rumahnya…!”“Iya dehh…silahkan!” Priscilla akhirnya tersenyum manis dan tak lama kemudian mobil pun berhenti di depan gang. Radin kini hanya mengenakan baju him dan celana kerja serta sepatu boot hitam, jas dan dasinya dia taruh di mobil, dia pun mengikuti langkah Priscilla yang berjalan masuk gang menuju rumahnya, Radin meminta sopirnya mencari tempat parkir di seputaran gang itu.Saat berjalan, beberapa orang menyapa Priscilla yang di sambut senyum wanita cantik ini, saat melihat Radin berjalan di samping Priscilla, semuanya tersenyum maklum dan mereka menduga, Radin adalah pacar wanita cantik ini, keduanya terlihat serasi, karena Priscilla memiliki badan tinggi semampai dan Radin juga tinggi tegap.Cuaca sudah beranjak malam, lampu-lampu di gang itu pun sudah menyala. Sayup-sayup terdengar suara aza
Selesai makan dan bicara singkat-singkat, Radin menggandeng Priscilla dan mengajaknya pulang, kali ini Priscilla ikut diam dan mengikuti saja kemana dia akan di bawa. Dia bak hewan piaraan yang tak punya kuasa menolak ataupun bertanya.Radin pun tak banyak ngomong di dalam mobil, dia lebih banyak menerima telepon-telepon soal bisnis, dan Priscilla hanya jadi pendengar yang baik di sampingnya.Sampai di lobby sebuah apartemen mewah, Radin mengajaknya turun dari mobil dan membawa Priscilla masuk ke dalam apartemen, dua penjaga yang melihat kedatangan Radin langsung berdiri hormat dan tergesa-gesa membukakan pintu lift.Radin terus menggandeng tangan Priscilla sampai di depan pintu apartemen dan mereka pun kini sudah berada di dalamnya.Priscila geleng-geleng kepala melihat betapa luas dan mewahnya kamar apartemen Radin ini, rumah sewaannya hanya separu ruang tamu apartemen ini, di mana terdapat kursi tamu empuk dan berbau harum dan dan TV layar besar di depannya.Radin sendiri permisi m