Nayara tersenyum tipis menahan sakit, seperti sebuah anugerah ia bisa menatap wajah adiknya. Jarinya yang masih bergetar dan penuh luka, berusaha menghapus air mata yang menggenang di pipi Keanu. Sesaat kemudian Nayara memejamkan mata, tubuhnya terkulai dan tak sadarkan diri.
Ibu Hani mencegat mobil secara serampangan di pinggir jalan. Tak ada yang berhenti, mereka ketakutan mobilnya akan menjadi tempat kematian wanita hamil yang tampak jelas sedang berjuang melawan malaikat maut. Ibu Hani putus asa, tak ada taksi yang lewat. Menunggu kedatangan ambulans terlalu lama untuk mereka. Sebuah mobil bak berhasil dihentikan oleh Ibu Hani. Keanu segera membopong tubuh kakaknya yang terkulai lemas menuju atas bak. Sopir pick up memacu kendaraan secepat yang ia bisa.
“Bertahanlah Kak, kumohon!” pinta Keanu dengan raut putus asa. Ia memeluk erat tubuh kakaknya yang bersimbah darah. Ia juga merasakan darah yang terus keluar dari pangkal paha kakaknya.
‘Tuhan, to
Gosip mengenai Dava menghina seorang gadis gendut di sebuah pesta lelang menyebar dengan cepat dan menjadi headline media nasional. Media dengan cepat menggodoknya menjadi narasi yang terus menyudutkan Sang Artis. Apalagi ayah Mika menggelontorkan uang yang tak sedikit untuk membuat media semakin memberikan citra buruk pada Dava. Banyak acara panggung Dava yang di batalkan juga beberapa iklan yang mulai memutus kontrak secara sepihak Dava sebagai brand ambasador mereka. Ujungnya Manajemen Stone kewalahan menerima klaim penalti.Dava duduk dengan posisi tegap di ruang kerja Gavin, dua telapak tangannya di letakkan di lutut. Ia terus memantau Gavin yang sangat sibuk menyelesaikan masalah yang Dava buat. Ia sepenuhnya pasrah pada caci maki apa saja yang akan meluncur dari mulut Gavin.“Huft, lihatlah sekarang sikap cerobohmu membuat manajemen ini nyaris koleb,” keluh Gavin.“Ma-maaf!” hanya kata itu yang b
Dava berhasil membuat janji dengan Mivi di sebuah private restoran. Poin pertama yang Gavin sampaikan untuk Dava adalah, ia harus datang lebih dulu dan berdandan dengan bagus. Dava sudah melakukan perintah itu, ia sudah datang dua puluh menit bahkan sebelum waktu yang Dava dan Mivi sepakati. Ia memakai kemeja hitam, yang lengannya ia singkap hingga ke siku. Ia juga mengenakan celana abu dengan sabuk hitam berlogo huruf 'H'. Semua tampilannya sempurna, ini adalah style Dava yang selalu mendapat pujian dari barisan para mantan teman kencannya dulu.Saat Mivi membuka pintu ruang makan malam mereka, gadis itu menyunggingkan senyum tipis dan lembut. Ia masih gadis yang sama, kharismanya sebagai wanita independen dan casual selalu bisa membuat jantung Dava bergemuruh.“Apa aku membuatmu menunggu lama?” tanya Mivi mengawali obrolan mereka malam ini.“Tidak, aku sengaja datang awal agar memberi kesan yang baik untukm
Ara akhirnya memilih keluar dari tempat persembunyiannya, ia harus segera menemui Arka. Bagaimanapun ada darah daging pria itu di dalam perutnya, setidaknya ia harus tahu meski hasil akhirnya mungkin tak seperti yang ia harapkan.Ara menuju salah satu booth kosmetik Arka yang berada di Mall tengah kota, setelah sekretaris kantornya mengatakan bahwa bosnya sedang ada di sana untuk lounching kosmetik terbarunya. Langkahnya pelan tak seperti biasanya, dulu ia melaju dengan cepat tiap kali akan bertemu dengan Arka cinta pertamanya. Tapi kali ini berbeda, cintanya justru semakin melemah saat ada darah daging Arka yang ia bawa. Hubungan Arka bersama Anastasya membuat ia ketakutan bahwa pria itu akan menyuruhnya untuk menggugurkan janin di dalam rahimnya. Arka memang baik, tapi ia tetaplah playboy yang tidak menjadikan pernikahan sebagai tujuan akhirnya dalam setiap hubungan.Langkah Ara kini sudah sangat dekat dengan booth A
Tiga pria duduk berhadapan dengan seorang wanita cantik di depannya, sudah beberapa menit mereka berempat duduk dalam diam. Setelah tanpa sengaja membocorkan identitas salah satu pasien VIP di tempat ia bekerja Anastasya merasa kacau dan menyesal kenapa mulutnya begitu licin dan langsung mengatakan tentang Lintang pasiennya. Ia adalah pasien yang sangat di sembunyikan keberadaannya oleh wali dari Lintang. Rumah sakit tempat Anastasya bekerja juga sudah mendapatkan banyak bantuan dari wali Lintang agar menjaga wanita itu dengan baik. Tiga pria yang duduk menatap ke arah Anastasya jelas menginginkan sesuatu yang sulit di kabulkan oleh Anastasya. Wajah mereka menatap penuh harap, duduk mereka tegap dengan dua tangan yang sudah terjajar rapi di atas lutut masing-masing. “Bisakah aku mengunjungi Nayara?” tanya Gavin dengan suara rendah. Jika memang harus berlutut untuk mendapatkan izin itu, ia akan berlutut tanpa rasa ragu. Anastasya menarik nafas panjang, keringa
Meja informasi siang ini di jaga oleh dua orang perawat muda. Dava datang dengan semua pesonanya menuju ke arah dua gadis yang sedang mengobrol hangat di mejanya.Sementara Gavin mulai berjalan secara perlahan menuju bangsal tempat rawat inap para pasien jiwa yang berada di rumah sakit ini. Bangsal itu berada di sepanjang lorong sebalah kanan dari Meja Informasi.“Permisi!” Sapa Dava mengalihkan pandangan dua suster yang sedang asyik bercanda. Begitu menatap wajah ke arah pria di hadapan mereka adalah Dava penyanyi terkenal seketika itu mereka terkesiap dengan mulut yang menganga keheranan, karena di rumah sakit jiwa yang kecil dan terpencil mereka kedatangan seorang artis terkenal Ibu Kota.Dava yang sadar akan pesonanya segara membuka kaca mata hitam yang ia kenakan. Senyumnya ia rekahkan seindah mungkin hingga aromanya bisa mengalihkan perhatian dua perawat ini dari langkah Gavin yang mulai menyusuri lorong dan mengintip ke jende
Morning sickness sering menjadi mimpi buruk bagi kebanyakan ibu hamil, begitu juga dengan Ara. Ia mengalami mual dan pusing yang begitu menyiksa pagi ini. Hampir saja ia tak sanggup berdiri setelah mengeluarkan isi perutnya di kamar mandi. Ia berjalan tertatih menuju tempat tidur, jemarinya menarik selimut dan membenamkan tubuhnya ke dalam. “Kamu tidak turun sarapan?” tanya Tante Geby sedikit membuka pintu kamar Ara. “Nanti saja Aunty, aku masih tidak enak badan,” jawab Ara lirih. Ia begitu lemas dan hanya ingin tidur hari ini, tapi ia memiliki janji temu dengan klien yang tidak bisa dibatalkan. Di tengah rasa lemas dan mual yang ia rasakan, bayangan kemesraan Arka dan Anastasya terus berkeliaran di benaknya, hatinya hancur hingga menjadi remahan kecil yang tak mampu ia susun lagi. Meski begitu air mata sudah mengering dari kedua kelopak matanya, lebih tepatnya ia sudah tidak ingin lagi menangis karena cinta sepihak yang sudah sering ia tang
Di Kantor KAGA Corp, Keanu memanggil anak buahnya yang ia tugaskan membuntuti Ara selama ini. Ini hampir seminggu sejak gadis itu mengetahui bahwa dirinya hamil, tapi hingga kini belum ada kabar apa pun mengenai siapa pria yang bertanggung jawab atas kehamilan Ara.“Apa kamu sudah menemukan pria mana yang di temui Ara beberapa hari ini?” tanya Keanu. Menjadi wanita hamil di luar nikah setidaknya kebanyakan wanita yang mengalami hal seperti itu akan melakukan pertemuan dengan ayah dari janinnya untuk menuntut pertanggung jawaban.“Dia tidak menemui lelaki mana pun beberapa hari ini.”“Shit!” maki Keanu dengan mengepalkan jemari dan menghantamkannya ke dinding.Sivana baru saja tiba di kantor suaminya ketika ia mencuri dengar dari balik pintu. Ia kehilangan banyak momen penting yang sudah para laki-laki itu bicarakan, tapi ia masih sempat mendengar ketika Keanu mengatakan pada anak buah Roby perintah yang m
Arka duduk di sebelah Ara yang masih belum sadarkan diri. Jemarinya menggenggam tangan Ara yang terasa dingin. Ia sepenuhnya belum yakin bahwa Ara tengah mengandung anaknya.“Bangunlah, bukankah ada banyak hal yang harus kamu jelaskan padaku,” kata Arka lirih, suaranya terdengar parau karena menahan banyak hal yang serasa ingin meledak di hatinya.“Kenapa kamu menyembunyikan tentang kehamilan ini?” tanya Arka putus asa. Tanpa di sadari oleh Arka gadis itu mulai sadar, hanya saja matanya begitu berat untuk di buka.Ara mulai menggerakkan jarinya perlahan, ia ingin merespons pertanyaan yang Arka lontarkan tapi efek obat bius membuat ia begitu lemah.“Kau sudah siuman?” tanya Arka begitu merasakan gerakan pada jemari Ara.“A-anakku?” tanya Ara lirih. Ia mengumpulkan sekuat tenaga tapi hanya satu kata itu yang bisa ia ucap, tapi tanpa harus menjelaskan dengan kalimat yang utuh, Arka sudah tahu bahwa yang