“Lintang kamu mau ke mana?” pekik salah satu pasien yang melihat lintang tengah berlari sekencang mungkin untuk keluar dari taman rumah sakit jiwa.
Begitu mendengar suara teriakan itu Gavin dan Anastasya langsung menoleh ke arah Nayara yang sudah tidak berada lagi di kursi panjang tempat ia biasa duduk. Wanita itu justru sedang berlari menuju keluar rumah sakit. Secepat kilat Gavin segera berlari menyusul Nayara untuk menghentikan gadis itu. Banyak teriakan memanggil nama Lintang, tapi gadis itu tetap berlari tak memedulikannya. Ia seperti berlari mengejar sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh semua orang. Langkahnya semakin menuju keluar gerbang, ia semakin dekat dengan jalan raya. Gavin menambah ritme gerakan kakinya, ia semakin dekat dengan Nayara, tapi wanita itu juga semakin dekat menuju jalan raya. Mata Gavin menangkap sebuah truk besar tengah menuju ke arah Nayara berlari tapi Nayara tak mengetahuinya, ia hanya berlari mengejaAra sudah mengemasi barang-barangnya, ia tengah bersiap menuju Australia bersama Tante Geby. Mata Ara menyapu ke sekeliling kamarnya, ini seperti perpisahan yang menyakitkan bagi Ara. Ia masih ingat betapa bahagianya dulu saat berusia 12 tahun bisa kembali ke Indonesia dan bersatu lagi bersama kakaknya. Ia kemudian menemukan dua kakak laki-laki lagi yang kemudian salah satunya menjadi orang yang sangat ia cintai, dan kini karena lelaki itulah ia akan kembali tinggal di Australia.Cintanya pada Arka adalah hal yang sangat mahal untuk di bayar bagi Ara, ia harus merelakan Indonesia, keluarga, pekerjaan bahkan impian pernikahan yang indah hanya untuk melahirkan secara senyap di negeri orang.“Apa kamu sudah siap?” tanya Tante Geby menghampiri Ara di kamarnya.Ara hanya tersenyum simpul kemudian menarik kopernya menjauh dari kamar. Setiap langkah, pikirannya tertarik kembali dengan berbagai kenangan di masa lalu. Ia ingat bagaimana Arka mengobati l
Arka sadar ada kesalah pahaman besar Ara tentang dia dan Anastasya ketika itu. Ia harus menemukan Ara untuk menjelaskan kejadian sebenarnya, tapi Via sahabat Ara hanya kini menatapnya penuh kebancian terlihat tidak kooperatif.“Itu tidak seperti yang kamu dan Ara bayangkan,” jelas Arka, ia harus meluruskan dulu kejadian waktu itu pada Via jika ingin membuat gadis ini membuka mulutnya tentang keberadaan Ara.Via hanya membalas dengan senyuman sinis yang hanya runcing di satu sisi. Tanpa ada kata yang keluar dari mulutnya, Arka tahu gadis ini 99% tidak percaya padanya.‘Baiklah percuma aku menjelaskan padanya!’ batin Arka.“Tolong katakan di mana keberadaan Ara, aku harus menjelaskan banyak hal padanya,” Arka memelas, suaranya ia buat serendah mungkin agar Via bisa membantunya.“Kamu sudah sangat terlambat,”Arka tersentak, “Apa yang kamu maksud?” pikiran buruk Arka tiba-tiba be
Dava pergi ke ruang kerja Gavin, tapi ia masih tak menemukan lagi sahabatnya itu duduk di ruang kerjanya. Ruangan itu masih sepi sama seperti hari-hari sebelumnya. Ia tak berpikir bahwa Gavin akan memutuskan tinggal di Bogor untuk waktu yang lama. Ia hanya mengira itu cukup untuk satu dua hari tapi sepertinya Gavin sekarang bahkan akan memilih menetap di sana.Dava mendengus, ia menutup kembali pintu ruang kerja Gavin dan melangkah keluar. Ia kecewa, sudah seminggu lebih kedua sahabat seakan melupakan dirinya. Tak ada lagi obrolan di grup chatting mereka, bahkan saat Dava mengirim pesan untuk mengajak bertemu. Mereka berdua secara kompak menjawab sedang sibuk dan ada masalah penting yang harus mereka selesaikan.‘Apakah hanya mereka yang punya masalah? Lalu bagaimana denganku? Mereka bahkan tidak tahu dilema apa yang aku alami,' Dava berguman sendiri di dalam lift. Ia menendang dinding lift hingga membuat dirinya meringis kesakitan. Pemandangan itu tepat terjad
Dava masih belum banyak bicara, hingga makanan mereka datang ia bahkan tidak menyentuh makanan yang sudah tersaji di meja. Mivi menggenggam erat pisau steik dan menekannya kuat-kuat di atas daging hingga menembus piring keramiknya. Dava membuat ia hilang akal hari ini.“Makanlah nanti kamu sakit,” pinta Mivi dengan suara lirih.Dava masih diam membisu, perutnya lapar dan terasa perih tapi ia masih harus memerankan drama ini sedikit lebih lama.‘Sampai batas mana kesabaran yang kamu miliki,' batin Dava dengan hatinya yang licik.Mivi tidak berpikir jauh, ia hanya mengira kekasihnya sedang marah dan tidak tahu niat tersembunyi Dava.“Aku pulang saja sepertinya suasana hatimu sedang buruk!” Mivi berdiri dari tempat duduknya, pergi adalah cara ia mengendalikan amarah yang sudah ingin meledak dari dalam tubuhnya. Kain murahan yang ia kenakan sekarang membuat seluruh kulitnya terasa panas dan gatal, tapi lelaki
Pagi masih dingin dan berembun di kota Bogor, Gavin memacu mobilnya menuju ke toko buku terdekat setelah memastikan Nayara sudah tertidur kembali dengan memeluk novel yang ia baca semalaman tadi. Gavin ingin membeli buku lebih banyak untuk perpustakaan rumah sakit juga membeli beberapa novel edisi terbaru untuk Nayara.Ia kembali ke rumah sakit membawa sekantung penuh novel di pelukannya. Buku-buku untuk perpustakaan akan diantarkan oleh pihak toko buku sendiri nanti karena jumlahnya tidak akan sanggup jika di bawa Gavin secara langsung. Senyum cerahnya menyertai tiap langkah, membayangkan betapa bahagia Nayara mendapatkan buku-buku baru darinya nanti.Langkah Gavin terhenti, ia melihat Roby asisten dari Keanu sedang berada di depan ruangan Nayara, dengan segera Gavin membenamkan tubuhnya ke sudut dinding. Bencana besar akan terjadi jika mereka mengetahui bahwa Gavin sudah menemukan keberadaan Nayara.Di dalam ruang perawatan intensif Nayara me
“Tenanglah, kondisinya sudah membaik dan esok ia bisa ke kamar tempat biasa ia tinggal,” kata dokter Hana begitu keluar dari ruang perawatan intensif Nayara.Gavin tersenyum lebar, ada rasa syukur yang tidak bisa di ungkapkan di hatinya. Seolah semua tali-tali yang mengikat hatinya kini terlepas begitu saja, ia tak lagi merasa sesak.Di kursi panjang Gavin mengambil dua buah novel yang berada di kantung kertas, ia kembali memasukkan novel itu kecelah bawah pintu dan mengetuk pintunya sesaat setelah novel itu berhasil masuk. Nayara tersenyum ketika mendapat dua novel kagi, terlebih yang datang sekarang masih baru dan tersegel rapi dengan plastik pembungkus yang tipis. Setelah Gavin melihat Nayara mengambil kirimannya, ia kembali duduk di lantai dan bersandar di pintu ruang perawatan Nayara dengan senyum yang lebar.Dulu ia pernah memberi Nayara sebuah bucket bunga besar hingga membuat tubuh Nayara tertutup oleh bunga. Senyumnya saat itu sa
Semua yang berada di dalam peragaan busana di sini penuh warna dan berkilauan. Aula ini ditata sempurna oleh Staf Dekor di perusahaan Arka, model yang mereka pilih adalah yang terbaik dari Indonesia bahkan Asia. Untuk pertama kalinya desainer kenamaan Italia menggelar peragaan di negeri ini dengan menggunakan make up premium keluaran terbaru dari perusahaan Arka sebagai pemanis wajah para model. Semua sempurna bahkan para tamu juga berasal dari kalangan atas. Tapi bagi Arka, semua tampak abu-abu, pikirannya terbang jauh ke Australia tempat Ara berada.Ia ingin segera menyusul ke sana, tapi masih ada waktu satu bulan hingga semua tur peragaan Asia Tenggara yang ia adakan selesai. Sudah berulang kali Arka berusaha menghubungi Ara, tapi nomor itu masih tidak aktif. Ia sepertinya sengaja mengganti nomor untuk menghindari Arka.Saat peragaan busana selesai Arka berjalan bersama Steave menyusuri panggung catwalk. Tepuk tangan kekaguman begitu riuh menemani langkah du
Banyak hal yang ingin Dava tanyakan, tapi Arka masih terlalu sibuk menyambut para tamu yang mengucapkan selamat padanya. Dava akhirnya hanya bisa mengekor pada setiap langkah Arka.Bahkan hingga Arka pergi ke parkiran mobil Dava masih saja mengekor padanya.“Ada apa? Kenapa kamu terus mengikutiku?” tanya Arka yang mulai risih pada Dava yang terus menempel seperti permen karet padanya.“Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi? Pernikahan dengan Ara? Kamu bahkan beberapa hari lalu masih berkencan dengan Anastasya.” Dava tidak bisa berhenti berpikir bagaimana akhirnya Arka bisa memutuskan untuk menikahi Ara. Ada yang aneh tentang itu semua, tapi ia begitu takut berpikir terlalu jauh.Dava mulai memasuki mobil Arka meski tanpa ia suruh, ia bahkan tidak memedulikan bahwa Jordi tengah menunggunya dengan mobil pribadi milik Dava sendiri. Setelah duduk Dava terus menatap ke arah Arka yang masih belum menjawab pertanyaan dariny