“Aku mau membakarnya.”
“Seribu undangan ini?” Mili menatap tumpukan undangan itu dengan tak percaya. “Di jam tiga pagi begini?”
“Aku nggak bisa tidur,” aku Padma dengan jujur. Saat ini Mili memang menginap di rumah Padma atas inisiatifnya sendiri, Padma pun membiarkannya.
Karena jauh di dalam hatinya, ia tak ingin melewati malam ini sendiri. Harusnya malam ini adalah malam terakhirnya sebagai perempuan lajang.
Tapi lihatlah ia di sini, berada di samping kolam renang rumahnya dengan drum yang berisi api dan tumpukan undangan berinisial B&P.
Undangan yang tidak akan pernah disebar.
“Oke, kalau itu maumu.” Mili akhirnya menyerah. Ia ikut mengambil setumpuk undangan dan melempa
“Aku merasa pesta pernikahan ini lebih seperti acara pemakaman.”“Emang semencekam itu sih auranya.”Ksatria menoleh pada Padma dengan terheran-heran. Hari ini lelaki itu menghadiri pernikahan sahabatnya dengan keempat anggota VIP club yang lain. Ketika mengambil dessert yang disediakan, ia melihat Padma berdiri di sana sambil memilih kue-kue dengan potongan sekali makan.“Aku baru kali ini ngeliat mantan calon pengantin perempuannya ada di pernikahan mantan calon suaminya.”“Kalimatmu nggak efektif, ribet banget, Ksatria,” komentar Padma. “Dan ngomong-ngomong, kamu harus cobain kuenya. Ini enak, pilihanku nggak pernah salah.”Ksatria dengan anehnya menuruti saran Padma. Ia mengambil potongan strawberry cheese
“Kamu bisa tidur di sini,” ucap Badai sambil membuka pintu kamarnya. “Ini kamar paling besar di rumah ini. Pagi tadi sepertinya barang-barangmu udah ditata di sini.”“Kamu?”“Aku di sebelah.” Badai menunjuk pintu kamar yang bersebelahan dengan pintu kamar Anastasya.“Kurasa ini tadinya kamarmu.”“Iya, ini tadinya kamarku.” Badai mengonfirmasi tebakan Anastasya. Kamar yang sudah disiapkan Anastasya memang merupakan kamarnya. Tapi Badai memilih pindah ke kamar tamu karena kamarnya jauh lebih nyaman untuk Anastasya dibanding kamar tamu.“Aku ke kamarku dulu,” ucap Badai ketika Anastasya tak berkomentar sama sekali. “Istirahatlah, kamu pasti lelah.”
“Kamu terlihat baik-baik aja.”“Karena aku emang baik-baik aja.” Padma mengerutkan keningnya. Ia menatap Galih yang juga tengah menatapnya dengan penuh penilaian.“Padahal dulu kamu terlihat sangat bersemangat untuk menikah dengan Tanaka itu.”Kali ini Padma terlalu malas untuk mengoreksi bagaimana Galih menyebut Badai sebagai Tanaka itu. Padma memutuskan untuk tidak langsung menyahut ucapan Galih.Ia menyapa dan menjawab sapaan dari orang-orang yang melewatinya, atau bahkan menyempatkan diri untuk berhenti dan mengucapkan selamat pada Padma.Acara malam ini adalah semacam perayaan atas berhasilnya salah satu proyek kerja sama antara Sadira Group dengan perusahaan keluarga Padma, yang dimulai bahkan seminggu setelah pernikahan B
“Ibu hari ini ada jadwal rapat dengan pihak retail, lalu ada dokumen tentang proyek dengan Sadira Group yang harus Ibu periksa—dokumen ini baru datang pagi ini, Bu, dan….” Bestari mengangkat wajahnya dari jurnal yang berisi jadwal Padma.“Kemarin asisten Pak Alkadri Tanaka menelepon ke kantor, ingin bertemu dengan Ibu kalau Ibu bersedia dan ada waktu.”“Alkadri Tanaka?” Padma mengulang nama yang baru saja ia dengar. Ayah Badai. “Terus kamu jawab apa?”“Saya mau konfirmasi ke Ibu dulu. Kemarin beliau telepon sudah hampir malam dan Ibu ada meeting di luar dari jam tiga sore.”“Oh, oke…. Beliau ninggalin kontak ke kamu untuk ngasih tahu jawaban saya?”Bestari mengangguk.
“Terus kemarin Padma dateng ke acara nggak jelas bikinan ibu-ibu sosialita gitu ngewakilin ibunya. Yang kuheran, kenapa dia mau aja dateng ke sana? Kupikir dia nggak suka pesta.”Yogas langsung menggeleng mendengar komentar Ksatria. “Seminggu lalu aku ngobrol sama Padma, dia bilang dia suka pesta karena banyak makanan enak. Yang dia nggak suka cuma ibu-ibu cerewet yang sok tahu sama hidupnya.”Ksatria, Yogas, Ipang, Nara, dan Kalu langsung tertawa terhibur dengan jawaban Padma yang diceritakan ulang oleh Yogas. Mereka seperti membicarakan seorang teman baik yang tengah absen dari acara kumpul rutin mereka.“Metabolismenya boleh juga ya. Dia makannya banyak, tapi badannya segitu-gitu aja
“Kamu mau ikut blind date?”“Nggak usah teriak bisa nggak?” pinta Padma dengan jengkel saat mendengar suara Mili yang meningkat tiga oktaf ketika Padma memberi tahu rencananya minggu depan.Perempuan yang hari itu sudah mengenakan jersey klubnya menoleh pada ponsel yang ada di meja. Ia memang memasang mode loudspeaker karena Mili menelepon ketika ia tengah bersiap untuk latihan menembak seperti biasanya.“Namanya juga orang kaget.” Mili menggerutu pelan. “Blind date dari mana ini? Ikut sehati.com kayak yang waktu itu aku saranin atau dari biro jodoh di tangan Mama?”Padma langsung tertawa ketika Mili menyebut biro jodoh di tangan Mama. Hal itu adalah istilah yang mereka pakai kalau berkenalan dengan seseorang berkat campur tan
“Gimana pacar barumu?”“Dia bukan pacarku.” Padma mengibaskan tangannya di udara. “Kami cuma dekat.”“Yakin? Aku bisa menghitung berapa kali dan di mana aja kamu dan laki-laki itu kencan.”“Dan kenapa kamu bisa tahu semua itu?” Padma memicingkan matanya, menatap Ksatria yang tengah tertawa penuh konspirasi di samping Mili yang ikut tertawa. “Kamu beneran stalking aku ya?”“Nggak, hanya kebetulan kita ada di lingkup pergaulan yang sama.” Pelajaran dalam berbohong yang lupa diterapkan orang lain adalah konsisten.Sejak beberapa bulan lalu Ksatria dengan
Badai tak pernah tahu persalinan biasanya memakan waktu berapa lama. Yang pasti, kakinya sudah kebas ketika akhirnya keluar dari ruang bersalin dan mengabarkan pada keluarganya kalau anaknya sudah lahir dengan selamat.“Tasya gimana, Dai?”Badai menatap orangtua Anastasya yang langsung menyerbunya begitu ia keluar. Kelahiran anak Badai dan Anastasya hari ini memang benar-benar di luar prediksi mereka. Dokter memperkirakan Anastasya akan melahirkan sekitar dua minggu lagi.Makanya Badai cukup kaget saat sore tadi, salah satu pelayannya di rumah menelepon dengan panik dan mengatakan kalau Anastasya tengah dibawa ke rumah sakit.“Sempat pendarahan, Ma, tapi untungl