Dicky pun menghela nafasnya dan kembali tersenyum ke seluruh penjuru kelas itu, "Hai temen-temen semua! Nama gue Muhammad Dicky Prasetyo! Usia gue otw ke 17! Gue pindahan dari Paris, 10 tahun gue tinggal disana, tapi gue asli Indonesia kok!" kata Dicky yang lagi-lagi pandangannya terhenti pada satu objek menarik, Adelia.
Beberapa pertanyaan pun muncul dari mulut-mulut centil itu.
"Rumah kamu di daerah mana?"
"Pulang sekolah jalan bareng yuk! Mau nggak?"
"Nope Lo berapa? Ada pin BB nggak?"
"Whatsapp boleh lah? Sama ID LINE juga?"
DIBILANG cemburu nggak mau. Dibilang jealouse nggak mau. Terus apa namanya kalo nggak suka atau marah liat cowok yang kita sukai dikelilingi banyak cewek cantik? Adelia menghentakkan kakinya di rerumputan pada taman tempatnya dan Friska biasa bersantai, Ia pun semakin meremas makanan ringan dalam genggamannya saat dilihatnya Dicky yang tengah asik bermain basket bersama Rakha --teman sebangkunya-- di lapangan basket itu dengan sorakan cewek-cewek di sekeliling lapangan."AAA SIAPA TUH COWOK?""MURID BARU YAA?""AAA GILA! GANTENG BANGET YA?""KAK DICKY
"Eh, Ren Lo beneran jadi dinner sama Adel ntar malem?" Ivan menyeletuk sembari menepuk pundak Reno yang berjalan di samping kirinya. Ia teringat akan pertandiangan basket one by one antara Reno vs Adelia dua hari yang lalu sepulang sekolah yang akhirnya berakhir dengan selisih skor 1 itu.Reno menaikkan alisnya, "Jadi dong! Gue malahan udah nggak sabar mau ngerjain dia!" kata cowok itu sambil menyeringai. Hal itu membuat Sham dan Ivan pun saling berpandangan, "Lo mau ngerjain Adelia? Emang Lo punya rencana apaan?" tanya mereka."Ada lah pokoknya! Gue suka soalnya lihat cewek itu marah-marah! Lucu gimana gitu!" ujar Reno sembari membayangkan wajah Adelia yang bersungut ketika sedang marah.Sham menghentikan langkahnya, "Jangan bilang kalo Lo suka sama tuh cewek?" tebaknya sembari menunjuk wajah Reno yang kini tanpa ekspresi itu. "Entah! May be yes! May be no!" jawabnya sembari mengidikkan bahu.
"Kak Adelia! Ini ada titipan buat Kakak!"Adelia spontan mengangkat kepala nya ke sumber suara, sejenak untuk mengalihkan pandangannya dari semangkuk soto ayam panas dengan kuah berminyak dan berasap yang terlihat menggiurkan itu seketika gendang telinganya menangkap sebuah suara lembut di depannya. "Ini ada titipan buat Kak Adel!" gadis itu menyodorkan sebuah kotak kecil dengan kedua tangannya.Adelia menautkan kedua alisnya heran, "Dari siapa ya?" tanyanya sembari menerima kotak itu dan memperhatikannya sebentar.Gadis itu tersenyum sumpul, "Dari seseorang, Kak! Yaudah kalogitu Aku duluan ya, Kak! Permisi!" katanya dan segera berlalu pergi dari meja itu.
Di lapangan itu masih ramai akan sorakan cewek-cewek GHS. Dicky dan Reno masih saling berebut bola dengan gesitnya. Dengan bergantian mereka memasukkan bola itu ke dalam ring.Pertama, Dicky.Kemudian Reno.Dicky.Reno.Reno.Dicky.Dicky.Reno.Begitulah seterusnya hingga akhir nya sebuah shoot yang dilakukan oleh,
Gadis itu mulai mengerjapkan mata nya, perlahan namun pasti pandangan nya mulai kembali normal. Ia menatap ke sekelilingnya sembari memegang kepalanya yang masih terasa pening itu. Ada beberapa orang disana, yaitu : Dicky,Friska,Reno,Ivan,Dan, Sham.Namun tiba-tiba saja, "Adelia Lo nggak papa kan?""Adelia Lo nggak papa kan?"Dua cowok di kedua sisi ranjang UKS Adelia itu saling melempar tatapan tidak suka mereka begitu mendengar kalimat yang sama terlontar dari bibir mereka di waktu yang sama juga."Gue nggak papa kok! Cuma rada pusing aja sih!" Adelia yang hendak merubah posisinya menjadi duduk pun dengan cepat langsung dibantu oleh Dicky. Sebenarnya Reno juga ingin membantunya tetapi tangan Dicky lebih dulu terulur dan Ia pun lebih me
JENGAH. Itulah yang Adelia rasakan selama dua jam ini mendekam di UKS. Hanya tiduran nggak jelas, kalo mau tidur beneran juga nggak bisa karena kepalanya yang masih sedikit cenat-cenut dan ngobrol-ngobrol ketawa-ketiwi nggak jelas juga sama Dicky yang kocak dan PD maksimal itu tapi bikin dia seneng. Dan sekarang adalah waktu yang selalu dinanti-nantikan semua murid, yaitu pulang sekolah.Tapi aneh ya anak jaman sekarang, berangkat sekolah niatnya cuma buat nunggu bel pulang? Haha lucu.Saat Adelia tengah asik mengikat tali sepatunya di sofa-karena memang tadi sengaja dilepaskan oleh Dicky supaya tidak mengotori kasur UKS-sesuatu di dalam saku roknya bergetar. Ia pun mengeluarkan benda itu.Private Number's CallingAdelia langsung mengernyitkan dahi nya seketika menatap layar ponselnya, "Private number? Siapa lagi? Iseng banget?" gumamnya kemudian me-reject panggilan itu dan meletakkan ponselnya di se
Dicky memelankan laju motor Ninja merah milik Adelia ketika sampai di halaman rumah gadis itu. Ya! Tadi memang Dicky yang memaksa untuk pulang bareng cewek itu daripada dijemput sama supir, selain karena Dicky yang masih khawatir jika Adelia harus bawa motor sendiri juga karena rumah mereka yang bersebelahan.Adelia turun dari jok belakang sesaat setelah Dicky mematikan mesin motor nya, masih dengan ketawa-ketawa kecilnya karena mengingat ekspresi Reno di UKS tadi yang menurutnya sangat lucu dan pantas ditertawakan.Dicky merapikan rambutnya, "Lo kenapa sih, Del? Aneh tau nggak? Dari tadi ketawa mulu? Belum juga hari jumat kliwon udah kumat aja?" ejek Dicky sembari turun dari motor juga.Adelia spontan menoleh kearah Dicky dengan tawa yang sudah luntur dari bibirnya. Ia lantas menjitak kepala pemuda itu, "Heh! Lo kira gue apaan? Enak aja kumat? Lo tuh yang idiot! Cowok idiot! Wle~!" umpatnya lalu menjulurkan lidah kearah
Reno memutar gagang pintu kamar nya cepat lalu mendorongnya masuk. Dengan kesal Ia langsung melempar tas punggungnya ke sembarang arah dan kemudian menghempaskan tubuh atletisnya itu di kasur king size-nya dengan posisi terlentang dengan merentangkan kedua tangannya. Sebelah tangan Reno meraih guling di dekatnya lalu dipeluknya, "Sialan!! Bego banget sih gue? Kenapa juga gue bisa se-khawatir gitu sama Adelia? Padahal statusnya, dia kan rival gue? Nggak lucu dong gue khawatir sama musuh gue sendiri?" gerutunya. Tak berapa lama kemudian, Ia pun bangkit dari posisi tidurnya, "Biarin aja deh! Biar seneng dulu tuh anak, tapi awas aja ntar, gue bakal bikin dia jatuh cinta sama gue, biar nyahok dia!" Sesaat pandangan Reno mengarah pada sebuah kalender duduk di meja belajarnya, yang pada angka 14, Ia lingkari menggunakan bold maker warna merah dua hari yang lalu. Pemuda itu mengernyitkan dahinya seraya