" Sabar, Peter. Aku tahu ini sakit tapi cinta memang tidak pernah bisa dipaksakan. Kalau boleh aku berpendapat, kamu mungkin tidak mengucapkan perasaanmu kepada Anna secara langsung, tapi kamu menunjukkan rasa cintamu kepada Anna dengan selalu ada untuknya bahkan kamu menjadi seseorang yang dia inginkan." Sinta menahan butir air matanya jatuh ketika dia mengatakan jika Peter menjadi seorang Dokter agar Anna bisa melihat betapa besar cinta Peter kepadanya. Sementara Peter yang mendengar kata perkata dari bibir Sinta, dia menatap gadis itu dengan tatapan penuh arti. Seolah-olah Peter memberitahu Sinta jika semua yang diucapkan gadis itu memang benar adanya. Di benaknya saat ini, jika gadis lain saja tahu akan hal itu kenapa Anna sedikit pun tidak merasakan perhatiannya sebagai seorang pria yang mencintainya.Ya, mungkin hati Anna tidak memiliki perasaan cinta pada Peter sehingga wanita itu tidak peka dengan apa yang telah dilakukan oleh Peter merupakan bentuk rasa cinta seorang pria ya
Berselang beberapa menit kemudian, Marco telah turun dari lantai dua kamarnya dengan setelan jasnya yang rapi nan menawan di pandang mata.Pemuda itu mengucapkan selamat pagi kepada orang tuanya, sang ibu yang melihat Marco tersenyum bahagia menyambut sang putra yang sekarang berdiri di hadapannya. Marco pun memeluk hangat sang ibu yang sudah berbulan-bulan tidak pernah ia kunjungi di rumah mereka yang berada di Hongkong." Mom, I miss you so much," ucapnya lirih." Miss you more, Son," ucap sang ibu penuh kasih." Oh ya, mungkin karena saking rindunya kamu dengan Mommy mu, makanya kamu tidak mau jemput kami di bandara," sindir sang ayah yang merasa dicuekin oleh Istri dan anaknya.Marco melepas pelukan hangat sang ibu, dia duduk di kursi sebelah kanan sang ayah. Pemuda itu beralasan jika dirinya sibuk dengan pekerjaannya, dia benar-benar tidak sempat membuka handphone-nya sehingga dia tidak tahu jika orang tuanya itu mau ke Indonesia." Lagi pula, Dad and Mom, datang kesini mendadak.
Pagi itu Sinta meminta izin kepada Pak Jhon, bahwa dirinya akan datang terlambat ketempat kerjanya karena dia akan ke kantor polisi.Pak Jhon memberikan izin kepadanya, lalu Sinta pun berangkat dengan menggunakan taksi. Peter juga diminta untuk ke kantor polisi untuk memberikan keterangan atas penguntit serta penyerangan yang dilakukan oleh Aldi.Sebenarnya, Peter ingin menjemput Sinta agar mereka datang bersama ke kantor polisinya. Akan tetapi, Sinta melarang Peter untuk menjemputnya karena arah kantor polisi yang berbeda arah dengan rumahnya. Gadis itu tidak ingin membuang waktu Peter yang berharga, dia tahu Peter juga sibuk dengan pekerjaannya sebagai Dokter.Akhirnya, mereka berdua pun sepakat untuk bertemu di kantor polisi. Sialnya, mobil taksi yang Sinta tumpangi mendadak mati.Gadis itu pun turun dari taksi, lalu menunggu taksi lain yang sudah di pesan oleh si supir taksi yang sebelumnya. Sinta yang terus melihat jam yang ada di handphonenya tidak menyadari, jika sebuah mobil me
" Aku minta maaf, Tuan, karena telah menuduh Tuan sebagai penguntit," ucap Sinta dengan tulus." Kenapa kamu bisa berpikiran kalau aku yang menjadi penguntit itu," tanya Marco penasaran." Kan, sudah aku katakan, alasan aku menuduh Tuan, karena tiba-tiba Tuan datang ketempat ku bekerja dan mencariku. Bagaimana Tuan tahu kalau aku bekerja di restoran itu," ucap Sinta yang tersipu." Cuma karena aku tahu tempatmu bekerja, lantas kamu menuduh aku sebagai penguntit." Marco berkata dengan nada keras, sama persis ketika dia melihat Sinta yang sedang berbicara dengan Roni.Hening ...Sinta terdiam dengan sikap Marco yang berubah kembali kasar serta tatapan matanya yang tajam. Dia tidak habis pikir kenapa pemuda yang ada di sampingnya mendadak baik, tiba-tiba secepat kilat berubah kasar dan menakutkan." Apa aku barusan mengucapkan kata yang menyinggung hatinya," batin Sinta bertanya-tanya.Marco yang tidak bisa menahan emosinya, dia lupa dan hampir mengagalkan tujuannya bersikap baik terhada
Siang itu sesuai janjinya kepada Anna dia akan menemui Anna di sebuah butik untuk memilih baju pernikahan mereka. Oleh sebab itulah, dia menyuruh Roni memimpin rapat di kantornya.Sesampainya, Marco di butik itu dia mendapati Anna yang menyambutnya dengan sebuah senyuman yang menawan. Anna langsung menggandeng tangan calon suaminya itu, dan memperkenalkannya kepada temannya yang merupakan desainer sekaligus pemilik butik tersebut.Desainer itu memuji sepasang calon pengantin yang tampak serasi satu sama lain, dia pun menunjukkan sebuah gaun pengantin yang sangat bagus kepada Anna yang cocok dengan wanita itu. " Ann, gaun ini sudah aku siapkan untukmu satu bulan yang lalu sebagai hadiah pernikahan dari ku," ucapnya." Terima kasih, Tom. Bagaimana kamu tahu kalau aku akan menikah?" tanya Anna yang tampak terkejut." Sebenarnya aku sudah tahu kalau kamu mau menikah. Peter menghubungiku dan meminta aku membuat gaun spesial untukmu. Ann, tadinya aku kira Kamu dan Peter yang akan menikah,"
Malam telah tiba senja yang indah bergantikan gelap dan hembusan angin pantai yang dingin. Telah menemani pemuda itu mengingat kembali percakapannya dengan sang ayah beberapa waktu yang lalu.Marco berjalan dengan langkah guntainya menyusuri pesisir pantai yang diterangi sedikit cahaya lampu, serta hembusan angin pantai yang dingin membuatnya terus menghisap rokok yang ada di tangannya.Pemuda itu merogoh saku celananya, diambilnya handphone-nya yang dari tadi terus berdering. Di layar handphone-nya tertera nomor sang ibu yang terus meneleponnya, dia pun mengangkat telepon tersebut. Percakapan antara Ibu dan anak itu berlangsung tidak terlalu lama, terlihat Marco menutup teleponnya lalu berdiri di pinggir jalan menunggu seseorang yang akan datang menjemputnya.Nada pesan dan panggilan masuk terus datang silih berganti, tapi Marco mengabaikan itu semua termasuk pesan dan panggilan dari Anna.Sebatang rokok di tangannya telah habis dihisapnya, dia segera mengambil batang rokok lainnya y
Pagi itu seperti biasa, Sinta bangun pagi untuk mempersiapkan sarapan pagi sekaligus makan siang untuk Kakek Lau karena dirinya bekerja dan tidak ada yang akan memasak untuk si kakek. Sebelum berangkat kerja Sinta ingin berpamitan dengan Kakek Lau yang sedang berada di kamar mandi, tapi si kakek yang tak kunjung keluar membuat Sinta cemas dan menyusulnya.Sinta yang berada di depan pintu kamar mandi, menggedor-ngedor pintu seraya memanggil si kakek. Dari dalam bilik kamar mandi tidak ada sahutan sama sekali dari si kakek, dengan cepat Sinta langsung membuka pintu kamar mandi.Dan, alangkah kagetnya Sinta mendapati Kakek Lau pingsan. Gadis itu menerka jika kakek Lau terjatuh atau terpeleset sehingga bagian kepalanya terbentur ke lantai, hal itulah yang membuat kepala si kakek mengeluarkan darah segar. Dengan berteriak histeris Sinta meminta tolong kepada tetangga untuk membantunya membawa tubuh si kakek ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, para suster dengan sigap membawa tubuh
Diska masih belum puas menyakiti Sinta dia ingin membuat Sinta tidak betah bekerja di restoran itu. Akan tetapi, niat buruknya siang itu ditundanya karena matanya melihat sosok yang berjalan kearah mereka.Diska pun berjalan mendahului Sinta, dia menyapa penuh hormat kepada seorang lelaki paru baya yang tak lain Pak Jhon pemilik restoran tempatnya bekerja. Dia terlihat berbicara sesuatu dengan Pak Jhon dengan begitu akrab seraya melirik kearah Sinta yang berjarak satu meter darinya.Pak Jhon hanya mengangguk kecil lalu dia membiarkan Diska pergi melanjutkan pekerjaannya. " Selamat siang, Pak." Sinta menyapa Pak Jhon dengan sopan." Siang juga. Sinta, nanti selesai makan siang, kamu datang ke ruangan saya," jawab Pak Jhon datar." Baik, Pak."" Ya sudah, sana bantu teman-teman kamu yang lain, di depan banyak kerjaan."Sinta merasa aneh dengan sikap Pak Jhon yang seacuh itu dan tidak seperti biasanya Pak Jhon memintanya datang keruangannya. Sinta tidak ingin berpikir yang macam-macam d