Miona sedang terbaring di atas kasurnya sambil berteleponan dengan sahabatnya Siska.
"Kayaknya gue udah mulai suka sama dia," aku Miona pada Siska di seberang sana.
"Hah?! Serius Lo?!" tanya Siska terdengar terhenyak di ujung sana.
"Gue luluh sama dia. Masa pas dia bilang kalo duit yang dibayarkan Prakas ke rentenir itu nggak usah diganti, langsung gue iyain aja?" ucap Miona tak percaya pada dirinya sendiri.
"Ya bagus dong! Kan dari kemaren-kemaren juga gue udah bilang begitu," sahut Siska.
"Iya sih," ucap Miona yang masih ragu dan bingung.
"Tunggu-tunggu! Bukannya Prakas pacarnya Bintang? Berarti nggak mungkin dong lo bisa ngejar cintanya dia? Lo bener dong kalo dia itu emang pemburu perawan?!" tanya Siska di seberang sana.
"Mereka itu cuma settingan aja," jawab Miona.
"Hah? Maksudnya?"
"Ya settingan doang demi kepentingan perusahaan," jelas Miona.
"Kok Prakas mau-mau aja?! Emang pacaran beneran kal
Prakas dan Bintang meninggalkan ruangan konferensi pers itu sambil bergandengan tangan. Wajah-wajah tercengang para karyawan yang menyaksikannya membuat Bintang tersenyum sumringah. Seolah dirinya adalah benar-benar perempuan yang dimiliki Prakas. Dia tak percaya lelaki itu telah mencium pipinya. Gadis itu yakin kalau pemilik perusahaan Prakas Gemilang itu benar-benar sudah jatuh hati dengannya.Namun saat mereka tiba di ruangannya yang dingin itu, Prakas langsung melepaskan gandengannya pada Bintang."Sekarang kamu boleh pulang," pinta Prakas.Bintang bingung akan sikapnya yang mendadak berubah dingin lagi."Emangnya aku nggak bisa lama-lama di sini?" tanya Bintang."Aku ini pemilik perusahaan. Banyak hal yang harus aku kerjakan," tegas Prakas."Arti ciuman tadi apa?" tanya Bintang penasaran."Sandiwara," jawab Prakas.Bintang mengernyit mendengar itu. "Yakin?" Dia memastikannya sekali lagi."Ya, karena ki
Prakas masuk ke kamarnya, dia kaget saat di dalam sana mendapati Doni dan Niko sedang bertanding memainkan game online di atas kasurnya. Dua lelaki itu kaget dan langsung bicara bersamaan."Surprise!"Prakas mengernyit lalu menghela napas melihat tingkah mereka."Suprise apaan sih? Seenaknya aja kalian main ngacak-ngacak kamar gue," kesal Prakas pada mereka."Tadi kita sengaja ke sini buat minta klarifikasi sama Lo," ucap Doni."Klarifikasi apaan?" tanya Prakas heran sambil melepas jas dan dasinya."Soal Bintang," ucap Niko."Apa lagi yang perlu gue klarifikasi? Kalian udah lihat semuanya kan?" jawab Prakas.Doni dan Nika terkejut bukan main."Jadi beneran lo diem-diem udah pacaran sama dia?" tanya Doni tak percaya.Prakas tertawa sambil melepas kemeja dan celana dasar yang dipakainya. Dua temannya itu langsung mengalihkan pandangan saat mendapati Prakas hanya memakai celana dalam saja."Sial!
Pagi itu Prakas menemani Bintang shooting iklan di sebuah gereja. Rutinitas baru yang tak pernah diinginkannya. Dia terpaksa ke sana agar media semakin yakin kalau dirinya adalah kekasih artis tenar itu. Dia duduk di halaman gereja bersama Bintang. Shooting belum dimulai. Beberapa saat kemudian seorang pemuda datang menghampiri Bintang."Shootingnya udah bisa dimulai, Mbak," ucapnya pada Bintang."Oke," jawab Bintang sambil tersenyum.Bintang pun menoleh pada Prakas."Aku shooting dulu ya sayang," ucap Bintang dengan manja pada lelaki itu. Dia sengaja bersikap begitu agar para artis yang ada di sana ikut yakin akan hubungan mereka."Iya," jawab Prakas.Sontak perempuan itu langsung mendaratkan pipinya ke pipi Prakas kemudian langsung masuk ke dalam gereja. Prakas menahan rasa gelinya sendiri. Para artis lain yang terlibat dalam shooting itu hanya dapat berbisik-bisik saja melihat kemesraan mereka. Usaha Bintang sudah berhasil.
Prakas masih termenung di dalam mobilnya. Dia buru-buru meraih handponenya. Saat nomor Miona hampir saja dihubunginya, dia buru-buru mengurungkannya. Dia merasa tak ada hak untuk menanyakannya. Sesaat dia berpikir, apakah Mahendra sudah kenal dekat dengan Miona? Tiba-tiba dia langsung melajukan mobilnya kembali. Dia ingin pergi ke rumah Miona untuk menemui Ibu Maryam. Dia ingin bertanya langsung pada Ibu Maryam.Saat dia tiba di rumah Miona. Ibu Maryam menyambutnya dengan hangat. Seperti seorang ibu pada anaknya saat anaknya pulang dari kerja."Kamu mau makan?" tawar Ibu Maryam padanya yang sudah duduk di sofa ruang keluarga itu."Aku masih kenyang, Bu," ucap Prakas."Kalo gitu ibu ambilin minum aja," tawar Ibu Maryam.Prakas mengangguk. Saat minuman dingin sudah tersaji di hadapan lelaki itu, mendadak dia bingung bagaimana untuk memulai menanyakan soal hubungan Miona dengan Mahendra."Kamu males pulang ke rumah lagi?" tanya Ma
Miona masuk ke dalam rumah dengan perasaan gembira. Ibu Maryam dan Riga menyambutnya dengan heran."Aku punya kabar bagus, Bu!" seru Miona saking bahagianya.Ibu Maryam dan Riga saling menatap dengan heran."Kabar bagus apa?" tanya Maryam penasaran."Paling udah dapet pacar," sela Riga."Beneran?" tanya Ibu Maryam senang.Miona melotot ke Riga."Bukan!"Maryam menghela napas mendengarnya. Riga semakin penasaran."Terus apa?" tanya Riga."Kakak bakal jadi bintang film besar!" jawab Miona dengan senangnya.Seketika Ibu Maryam dan Riga tertawa. Mereka tak percaya dengan ucapan Miona."Jangan mimpi deh, Kak," ledek Riga."Iya, Miona. Kalo mimpi jangan ketinggian," tawa Ibu Maryam.Gadis itu sebal melihat ibu dan adiknya bukannya senang malah menertawakan. Miona langsung mengeluarkan berkas dokumen yang tadi ditandatanganinya lalu menunjukkan ke mereka."Nih kalo nggak pad
Pagi itu Prakas menikmati sarapannya dengan lesu. Prameswari tampak heran melihatnya."Kamu baik-baik aja kan?" tanya Prameswari bingung.Prakas hanya mengangguk dan mencoba tersenyum."Syukurlah," ucap Prameswari tenang. "Oh ya, investor asing gimana kabarnya?""Masih nunggu keputusan dari mereka mah," jawab Prakas."Mamah yakin mereka pasti tertarik buat bergabung di perusahaan kita, apalagi sekarang perusahaan kita sedang naik daun gara-gara Bintang," ucap Prameswari senang.Prakas hanya angguk-angguk saja. Prameswari menatap wajah Prakas dengan penuh semangat."Menurut mamah Bintang itu baik kok orangnya. Dia peduli sama mamah. Buktinya kemarin dia ngasih gaun dari Thailand ke mamah...""Aku nggak suka sama dia mah. Mamah nggak usah baik-baikin dia di depan aku. Itu nggak akan mempan," sela Prakas.Prameswari menahan kesal mendengarnya."Selera kamu itu sebenarnya kayak gimana sih? Mamah bingung
Langit mendadak mendung di luar sana. Prakas memandanginya dari balik kaca ruangannya. Dia tak mengerti lagi harus bagaimana. Kini Miona yang mulai dicintainya itu sudah masuk ke dalam perangkap Mahendra. Tiba-tiba dia meraih handponenya dan menghubungi Bodyguardnya."Iya, Pak," jawab Bodyguardnya di seberang sana."Tolong awasi terus Miona. Jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, segera laporkan ke saya," pinta Prakas."Baik, Pak," jawab Bodyguardnya.Lelaki itu langsung menyimpan handphonennya dengan lesu. Dia berjalan menuju mejanya lalu duduk di sana. Dia memikirkan sesuatu. Cara untuk meyakinkan Miona kalau Mahendra jahat dan menyelamatkan hidupnya dari Mahendra. Tak berapa lama kemudian sekretarisnya menelepon kalau Bintang datang. Dia menghela napas lalu terpaksa membiarkan gadis itu masuk ke ruangannya.Bintang pun masuk sambil tersenyum. Sesaat kemudian dia duduk di meja Prakas. Menunjukkan keseksiannya pada lelaki itu."L
Setelah lelaki itu puas melampiaskan amarahnya pada Mahendra, dia langsung menarik tangan Miona dengan paksa. Mahendra hanya dapat menahan amarahnya saja. Dia mencoba bangkit sambil mengelap darah yang keluar dari bibirnya."Lepasin! Lepasin!" teriak Miona.Prakas tidak mau melepaskan gadis itu. Dia tak ingin nasib gadis itu akan seperti Aruna."Lepasin gue, Prakas! Lo jahat!" teriak Miona.Di taman kota dekat restoran itu Prakas akhirnya melepaskan tangan Miona."Dia yang jahat! Gue nggak mau lo celaka! Gue nggak mau dia nyakitin lo!" teriak Prakas."Tolong nggak usah urusin gue lagi. Jangan mentang-mentang lo deket sama almarhum Bokap gue, lo seenaknya ngatur hidup gue! Jangan mentang-mentang lo ngebantu ngebayar utang nyokap gue, lo seenaknya sama gue!" teriak Miona.Miona melangkah meninggalkan Prakas. Dia hendak menemui Mahendra.Prakas menoleh padanya yang masih berjalan meninggalkannya."Gue suka