Share

BAB 04. LUPAKAN AKU

“Calista! Kamu kenapa, Sayang? Apa kamu lagi nggak enak badan?” tanya Riana khawatir saat melihat Calista yang mematung dengan wajah pucat. Dia takut membuat Calista tidak nyaman berada di rumahnya.

Calista tersenyum paksa menoleh pada Riana yang tengah memberikan tatapan khawatir padanya.

“Enggak kok Tante, saya nggak apa-apa,” jawab Calista berusaha untuk tetap terlihat tenang.

Calista meremas ujung kemeja yang dipakainya sampai membuatnya kusut. Tatapan Alvaro tak pernah teralihkan, selalu tertuju padanya.

“Ya sudah. Kalau gitu kamu duduk dulu. Tante akan ambilkan minuman buat kamu. Ayo sini Sayang.”

Riana meminta Calista untuk duduk di sofa, berhadapan langsung dengan Alvaro yang tengah memangku laptop.

Riana tidak menaruh kecurigaan pada gadis yang akan dijadikan sebagai menantunya. 

“Varo! Calista ini calon kakak iparmu. Ajak dia mengobrol, biar dia nggak canggung berada di sini,” kata Riana pada anak bungsunya itu. “Minggu depan Alka akan segera bertunangan dengan Calista, jadi buatlah dia nyaman berada di sini. Nanti setelah mereka menikah, Calista akan tinggal di sini bersama kita.”

Alvaro hanya mengangguk sekilas mendengar permintaan ibunya. Ia menyunggingkan seulas senyum tipis setelah tahu kalau nanti Calista akan tinggal di rumah ini. Alvaro merasa memiliki kesempatan banyak untuk mendekati Calista, walaupun ada hal yang sedikit membuatnya tidak senang.

“Jadi tunangannya minggu depan, Ma? Apa nggak terburu-buru?”

“Enggak. Lebih baik jika mereka segera bertunangan, dengan begitu Alka akan fokus bekerja dan memperhatikan Calista. Kamu ajak Calista ngobrol ya, biar dia nggak kesepian. Alka masih sibuk dengan pekerjaannya, jadi dia tidak bisa diganggu.”

Riana selalu menutupi keburukan anaknya. Walaupun anaknya banyak melakukan kesalahan, ia selalu berusaha untuk menutup-nutupinya.

“Mama tenang saja, aku akan mengajaknya mengobrol agar dia tidak canggung lagi berada di rumah kita.”

Alvaro tersenyum miring sambil mengerlingkan bola matanya ke arah Calista, dan itu membuat Calista semakin tidak nyaman.

“Ya sudah, kalian ngobrol saja. Mama tinggal dulu sebentar untuk membuatkan minuman buat Calista.”

Riana mengusap bahu Calista sebentar dan bergegas meninggalkan mereka menuju dapur, menyisakan Calista dengan Alvaro saja di ruang keluarga, sedangkan keluarganya yang lain menyibukkan diri dengan urusan mereka masing-masing. 

Dengan helaan napas berat Calista menggerutu dalam hati. ‘Ya ampun ... Alka benar-benar laki-laki sialan! Harusnya dia ada di sini bersamaku, menemaniku di sini, bukan malah meninggalkanku begitu saja!’

Calista mencoba untuk menenangkan dirinya agar tidak nervous berdua saja dengan Alvaro yang tak pernah berhenti mengamatinya.

Bertatapan dengan pemuda itu, membuat ingatannya kembali muncul di mana malam itu. Bayangan dirinya berubah menjadi wanita liar, bergulat panas di atas ranjang bersama pria yang ternyata adalah calon adik iparnya … benar-benar gila!

“Kenapa kau meninggalkanku tanpa membangunkanku terlebih dulu?” 

Pertanyaan Alvaro membuat Calista menegang. Alvaro kembali mengingatkan kejadian di mana dirinya ditinggalkan oleh Calista di saat ia masih tertidur pulas setelah kelelahan memuaskan gadis yang tengah menggodanya malam itu.

“Ma-maksudnya?” Calista tergugup mencoba untuk membalas pertanyaannya. Tubuhnya sedikit gemetar, namun ia coba untuk bersikap biasa saja.

Alvaro menutup laptopnya dan menaruhnya di atas meja. Tatapannya begitu dingin mengarah pada Calista yang nampak gelisah tak tenang duduk di depannya.

“Apa kurang jelas pertanyaanku tadi? Kenapa kau meninggalkanku saat aku tertidur, dan kenapa kau meninggalkan uang 300.000 di atas nakas? Apa kau pikir aku ini laki-laki bayaran yang digunakan untuk memberikan kepuasan pada setiap perempuan? Kau sungguh keterlaluan, Calista! Kau membuatku kecewa.”

Calista bingung hendak menjawab apa. Ia tidak ingin kecerobohannya itu diketahui oleh semua orang yang ada di rumah calon mertuanya.

“Tolong jangan katakan apapun mengenai hal itu. Anggap saja hal itu tidak pernah terjadi, dan lupakanlah aku. Aku tidak ingin memiliki urusan lagi denganmu. Anggap saja kita tidak pernah bertemu.”

Alvaro menyeringai. Ia cukup kecewa pagi itu saat membuka matanya, tak mendapati gadis yang ditidurinya. Lebih menyebalkan lagi saat Calista meninggalkan uang di atas nakas, menganggap dirinya sebagai laki-laki bayaran yang digunakan untuk memuaskan hasratnya saja.

“Bagaimana bisa aku melupakan semua itu? Setelah kau dan aku berbagi kehangatan semalaman, kau ingin melupakan aku dan ingin menikah dengan kakakku? Licik sekali kau, Calista!”

Seketika mata Calista berkaca-kaca mendengar ucapan Alvaro. Dia tidak bermaksud licik seperti yang pria itu katakan. Calista bahkan baru tahu kalau Alvaro memiliki hubungan dekat dengan calon suaminya!

“Terserah kamu mau bilang apa, tapi aku minta tolong jauhi aku. Aku sudah dijodohkan dengan Alka, dan aku tidak bisa berbuat apa-apa. Harapan orang tuaku ingin memiliki Alka sebagai menantu, dan aku harus menurut pada mereka.”

Alvaro berdiri dengan bertepuk tangan mendekati Calista. Tatapan matanya tidak pernah lepas dari gadis yang membuatnya kewalahan malam itu.

“Wow! Hebat sekali, Calista. Setelah tidur denganku dan memadu kasih semalaman bersamaku, sekarang kau ingin menikah dengan kakakku,” kata Alvaro dengan nada tajam yang membuat bulu kuduk Calista seketika berdiri.

Alvaro kini sudah berdiri di depan Calista, memerangkap tubuhnya di tengah-tengah sofa dengan kedua tangan yang diletakkan di sisi tubuh gadis itu. 

“Sungguh perempuan yang pintar,” katanya dengan suara berat dan dalam. Alvaro menatap Calista lekat. “Tapi aku tidak akan pernah mau berbagi dengan siapapun, termasuk dengan kakakku.” 

Kedua tangan Alvaro menahan pundak Calista agar gadis itu tidak bisa menghindarinya.

Tatapannya sangat dalam penuh arti, hingga membuat Calista kalang kabut sendiri tidak bisa melepaskan diri dari pria itu.

“Aku memiliki dua pilihan untukmu, Calista. Kau tetap menikah dengan kakakku, tapi kau tetap akan menjadi teman tidurku, atau kau berpisah dengannya dan mengakui kalau kita ...”

Alvaro semakin mendekatkan wajahnya hingga bibir mereka hampir menempel.

“Ekhem!” 

Tiba-tiba saja sebuah deheman membuyarkan ketegangan Calista dan membuat Alvaro juga terkejut. Dia melepaskan tangannya yang bertengger di pundak Calista, menjauh dari gadis itu, dan menoleh tidak senang pada orang yang telah mengganggu mereka.

“Apa yang kau lakukan pada calon istriku?!” 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status