EkhemDeheman keras membuat Calista yang tengah duduk di pinggiran kolam renang refleks terkejut. Dia menoleh ke belakang dan mendapati Ratri yang tengah membawakannya secangkir jus dan juga buah-buahan segar.Entah apa yang membuat Ratri begitu perhatian padanya, setelah mengetahui dirinya tengah hamil. Calista selalu menaruh kecurigaan padanya, meskipun begitu, dia cuma diam dan tidak mau menuduhnya secara langsung, atas kecurigaannya."Halo Calista. Bagaimana kondisimu? Apakah sekarang sudah lebih baik?" tanya Ratri dengan meletakkan nampan di meja kecil yang ada di sebelah Calista.Calista mengangguk dengan menatap ke arah nampan berisi jus dan buah-buahan segar yang diletakkan di atas meja."Iya, aku baik-baik saja," jawab Calista dengan mengulas senyumnya tipis.Walaupun ia tidak menyukai Ratri, tapi ia tidak mau menunjukkan kebenciannya itu. Sesama wanita, pasti akan merasakan sakit hati jika diperlakukan tidak baik oleh semua orang."Ini aku buatkan jus untukmu. Aku juga sudah
Hari itu Calista sangat senang karena orang tuanya dan juga sepupunya datang untuk menjenguknya. Setelah dikabarkan dia tengah sakit waktu itu, membuat orang tuanya khawatir. Mereka ingin menjenguk anaknya, apalagi Alvaro juga mengabarkan bahwa istri tengah hamil muda, membuat Kamila dan Geraldi tidak sabaran untuk segera datang menjenguknya."Wah, Mama sama Papa datang untuk menjengukku? Kakak juga menepati janjinya buat datang ke sini?"Calista dan juga Riana menyambut kedatangan keluarga Calista dengan sangat baik. Riana langsung mengajak mereka masuk ke dalam rumahnya."Mari silakan masuk. Jeng Kamila dan Mas Geraldi tadi apa nggak buka tokonya? Kok pagi-pagi udah tiba di sini. Mana ke sini nggak bilang dulu, kami nggak nyiapin apapun kalau gini."Riana merasa canggung karena saat besannya datang ke rumah, dia tidak menyiapkan makanan apapun, bahkan keluarganya saja hanya sarapan seadanya dengan nasi goreng."Tidak perlu repot-repot Jeng. Memang kami sengaja datang ke sini yang
Semakin mesra saja hubungan Calista dengan Alvaro. Alvaro memperlakukannya seperti seorang putri kerajaan, dilarang melakukan apapun termasuk mandi saja harus menunggu dia pulang dari kantor."Sayang? Anak kita nanti cewek apa cowok, ya? Kalau cewek pasti cantik seperti kamu, kalau cowok pasti ganteng seperti aku," ujarnya dengan menyabun perut rata Calista.Calista melempar pandangnya gemas dengan ucapan suaminya. Dari jaman purba sampai jaman orde baru, sifat anak pasti akan menurun dari orang tuanya sendiri, tidak mungkin mencontoh orang lain."Dari dulu, sebelum nenek moyang kita lahir, kalau anak cewek pasti akan seperti Mamanya, dan kalau cowok pasti akan seperti Papanya. Itu dari jenisnya, tapi kalau untuk wajah ataupun watak, udah beda lagi. Tiap bayi yang lahir itu sudah dibekali oleh sifatnya masing-masing, dan kebanyakan, kalau cowok itu banyak yang menurun sifat Mamanya, dan cewek sebaliknya, kebanyakan dari anak cewek selalu menurun sifat Papanya. Keturunan cewek ataupun
"Calista kamu ngapain? Kalau nggak lagi sibuk, kamu bisa temani Mama nggak?" tanya Riana.Hari itu di kediaman Bayu tengah ada acara sosialita teman-teman arisan Riana. Riana sangat sibuk untuk menyiapkan banyak makanan buat tamu-tamunya, dan pagi itu dia sengaja ingin mengajak Calista berbelanja. Calista yang tidak memiliki kesibukan bahkan memang dilarang suaminya untuk melakukan aktivitas yang berlebihan, dia setuju dengan ajakan mertuanya usia kandungannya juga sudah mulai menginjak empat bulan, dirasa cukup kuat saat dia beraktivitas sedikit di luar."Mau lah ma. Memangnya kita mau ke mana?" tanya Calista keluar dari dalam kamarnya saat itu weekend Alvaro sendiri masih tidur, karena semalaman dia begadang menonton bola.Setibanya di luar pintu dia mendapati keberadaan mertuanya yang sudah berdandan rapi."Mama mau mengajakmu ke pasar buat beli keperluan bikin makanan. Bibi di rumah sangat sibuk menyiapkan banyak makanan. Kasihan juga kalau beliau diminta untuk pergi ke pasar juga
"Ma, laper banget," ucap Calista setelah tiba di rumah. Sehabis pulang dari pasar, dia buru-buru mengajak pulang, karena takut akan dimarahi oleh Suaminya. Padahal mertuanya berniat untuk mengajaknya sarapan nasi Padang.Riana meletakkan dua kresek besar di meja pantry dengan menoleh pada Calista. "Tadi kan mama sudah bilang sama kamu kita sarapan dulu sebelum pulang kamunya ngotot minta pulang sekarang di rumah kamu bilang lapar," bantah Riana."Ya kan, Mama tahu sendiri kalau lama-lama di luar yang ada aku yang dimarahin sama suamiku, kecuali kalau aku pamitan dan dikasih izin baru aku bisa berlama-lama di luar sama Mama. Masa Mama nggak paham juga sama dia, orangnya bawel banget.""Ya sudah kalau gitu kamu lekas sarapan dulu. Bibi sudah nyiapin sarapan, kayaknya udah selesai Bibi siapin sarapannya, tinggal nunggu yang lain pada ngumpul. Kalau kamu lapar, kamu bisa makan duluan, nggak usah nunggu kami."Riana memaklumi Calista tengah hamil dan dia butuh banyak asupan makanan, dirasa
Seharian penuh Calista murung, dia tidak lagi nafsu makan, bahkan enggan untuk keluar kamarnya.Riana juga heran, tiba-tiba saja Calista berubah setelah pulang dari pasar bersamanya. Bahkan dia tidak pernah bicara kasar padanya, dia bahkan sangat menyayangi menantunya itu, tapi kenapa tiba-tiba saja Calista diam seribu bahasa mengurung dirinya di dalam kamar?"Varo! Apa kamu tadi memarahi istrimu?" tanya Riana curiga kalau anak bungsunya telah memarahi istrinya saat dia membawanya keluar. "Mama tadi memang mengajaknya ke pasar, tapi habis dari pasar kita langsung pulang kok, nggak mampir kemana-mana, bahkan saat Mama mengajak untuk makan di warung Padang, dia langsung merengek minta pulang, dan mama juga menurutinya. Mama minta jangan marahi dia lah, lagian mama menjaganya dengan sangat baik."Riana tidak mengerti kalau Alvaro dan Calista habis bertengkar. Calista bahkan merajuk tidak mau makan atau bicara dengan suaminya, dan itu membuat Alvaro bingung harus berbuat apa untuk memb
"Calista, Mama mau bicara sama kamu. Apakah kamu ada waktu buat Mama?" tanya Riana dengan mengetuk pintu kamarnya.Calista yang mendengar suara Mamanya, dia langsung meminta mertuanya itu untuk masuk dalam kamarnya, karena tidak sangat sopan jika dia tidak mau bertegur sapa dengan mertua yang sudah sangat baik padanya."Mama masuk aja Ma," jawab Calista.Mendengar jawaban dari Calista dan diizinkan untuk masuk Riana langsung membuka pintunya dan masuk ke dalam dia menutup pintunya kembali lalu menemui Calista yang tengah duduk di ranjang."Kamu kenapa menangis sayang? Apakah kamu memiliki masalah? Apakah Alvaro tengah memarahimu? Mama tidak mendapati kamu keluar sama sekali setelah kita pulang dari pasar. Apakah kamu tidak butuh makan? Ayo kita keluar sayang, kamu makan dulu. Apakah tadi Alvaro marah-marah karena mama sudah mengajakmu ke pasar?" Banyak pertanyaan yang keluar dari mulut Riana untuk memancing Calista agar mau bicara terus terang tentang apa yang dialaminya."Nggak ma,
"Ratri! Keluar kamu!"Alvaro menggedor pintu kamar Ratri dengan emosi yang meluap-luap. Ingin sekali dia menendang wanita itu untuk keluar dari rumahnya."Ada apa Varo?" tanya Alka yang baru pulang dari joging bersama dengan Ayahnya.Alka mendekati Alvaro yang kini berada di luar kamar Ratri dengan menggedor-gedor pintunya."Itu, perempuan jadi-jadian, kekasihmu itu sudah membuat keonaran di rumah ini. Gara-gara dia, istriku sampai marah dan ingin menceraikanku. Perempuan itu harus keluar dari sini, kalau tidak, aku akan membunuhnya!"Alka dan juga Bayu saling bertatapan. Mereka tidak tahu telah terjadi prahara di dalam rumahnya. Pagi-pagi sekali mereka sudah keluar untuk berolahraga, dan saat mereka pulang, sudah ada masalah lagi di rumahnya."Memangnya apa yang sudah dilakukan Ratri pada Calista, hingga membuat Calista ingin menceraikanmu. Pasti ini ada sangkut pautnya denganmu juga. Kalau sampai kamu berani macam-macam dengan perempuan itu, awas aja kamu."Bayu nambah marah pada Al