"Calista kamu ngapain? Kalau nggak lagi sibuk, kamu bisa temani Mama nggak?" tanya Riana.Hari itu di kediaman Bayu tengah ada acara sosialita teman-teman arisan Riana. Riana sangat sibuk untuk menyiapkan banyak makanan buat tamu-tamunya, dan pagi itu dia sengaja ingin mengajak Calista berbelanja. Calista yang tidak memiliki kesibukan bahkan memang dilarang suaminya untuk melakukan aktivitas yang berlebihan, dia setuju dengan ajakan mertuanya usia kandungannya juga sudah mulai menginjak empat bulan, dirasa cukup kuat saat dia beraktivitas sedikit di luar."Mau lah ma. Memangnya kita mau ke mana?" tanya Calista keluar dari dalam kamarnya saat itu weekend Alvaro sendiri masih tidur, karena semalaman dia begadang menonton bola.Setibanya di luar pintu dia mendapati keberadaan mertuanya yang sudah berdandan rapi."Mama mau mengajakmu ke pasar buat beli keperluan bikin makanan. Bibi di rumah sangat sibuk menyiapkan banyak makanan. Kasihan juga kalau beliau diminta untuk pergi ke pasar juga
"Ma, laper banget," ucap Calista setelah tiba di rumah. Sehabis pulang dari pasar, dia buru-buru mengajak pulang, karena takut akan dimarahi oleh Suaminya. Padahal mertuanya berniat untuk mengajaknya sarapan nasi Padang.Riana meletakkan dua kresek besar di meja pantry dengan menoleh pada Calista. "Tadi kan mama sudah bilang sama kamu kita sarapan dulu sebelum pulang kamunya ngotot minta pulang sekarang di rumah kamu bilang lapar," bantah Riana."Ya kan, Mama tahu sendiri kalau lama-lama di luar yang ada aku yang dimarahin sama suamiku, kecuali kalau aku pamitan dan dikasih izin baru aku bisa berlama-lama di luar sama Mama. Masa Mama nggak paham juga sama dia, orangnya bawel banget.""Ya sudah kalau gitu kamu lekas sarapan dulu. Bibi sudah nyiapin sarapan, kayaknya udah selesai Bibi siapin sarapannya, tinggal nunggu yang lain pada ngumpul. Kalau kamu lapar, kamu bisa makan duluan, nggak usah nunggu kami."Riana memaklumi Calista tengah hamil dan dia butuh banyak asupan makanan, dirasa
Seharian penuh Calista murung, dia tidak lagi nafsu makan, bahkan enggan untuk keluar kamarnya.Riana juga heran, tiba-tiba saja Calista berubah setelah pulang dari pasar bersamanya. Bahkan dia tidak pernah bicara kasar padanya, dia bahkan sangat menyayangi menantunya itu, tapi kenapa tiba-tiba saja Calista diam seribu bahasa mengurung dirinya di dalam kamar?"Varo! Apa kamu tadi memarahi istrimu?" tanya Riana curiga kalau anak bungsunya telah memarahi istrinya saat dia membawanya keluar. "Mama tadi memang mengajaknya ke pasar, tapi habis dari pasar kita langsung pulang kok, nggak mampir kemana-mana, bahkan saat Mama mengajak untuk makan di warung Padang, dia langsung merengek minta pulang, dan mama juga menurutinya. Mama minta jangan marahi dia lah, lagian mama menjaganya dengan sangat baik."Riana tidak mengerti kalau Alvaro dan Calista habis bertengkar. Calista bahkan merajuk tidak mau makan atau bicara dengan suaminya, dan itu membuat Alvaro bingung harus berbuat apa untuk memb
"Calista, Mama mau bicara sama kamu. Apakah kamu ada waktu buat Mama?" tanya Riana dengan mengetuk pintu kamarnya.Calista yang mendengar suara Mamanya, dia langsung meminta mertuanya itu untuk masuk dalam kamarnya, karena tidak sangat sopan jika dia tidak mau bertegur sapa dengan mertua yang sudah sangat baik padanya."Mama masuk aja Ma," jawab Calista.Mendengar jawaban dari Calista dan diizinkan untuk masuk Riana langsung membuka pintunya dan masuk ke dalam dia menutup pintunya kembali lalu menemui Calista yang tengah duduk di ranjang."Kamu kenapa menangis sayang? Apakah kamu memiliki masalah? Apakah Alvaro tengah memarahimu? Mama tidak mendapati kamu keluar sama sekali setelah kita pulang dari pasar. Apakah kamu tidak butuh makan? Ayo kita keluar sayang, kamu makan dulu. Apakah tadi Alvaro marah-marah karena mama sudah mengajakmu ke pasar?" Banyak pertanyaan yang keluar dari mulut Riana untuk memancing Calista agar mau bicara terus terang tentang apa yang dialaminya."Nggak ma,
"Ratri! Keluar kamu!"Alvaro menggedor pintu kamar Ratri dengan emosi yang meluap-luap. Ingin sekali dia menendang wanita itu untuk keluar dari rumahnya."Ada apa Varo?" tanya Alka yang baru pulang dari joging bersama dengan Ayahnya.Alka mendekati Alvaro yang kini berada di luar kamar Ratri dengan menggedor-gedor pintunya."Itu, perempuan jadi-jadian, kekasihmu itu sudah membuat keonaran di rumah ini. Gara-gara dia, istriku sampai marah dan ingin menceraikanku. Perempuan itu harus keluar dari sini, kalau tidak, aku akan membunuhnya!"Alka dan juga Bayu saling bertatapan. Mereka tidak tahu telah terjadi prahara di dalam rumahnya. Pagi-pagi sekali mereka sudah keluar untuk berolahraga, dan saat mereka pulang, sudah ada masalah lagi di rumahnya."Memangnya apa yang sudah dilakukan Ratri pada Calista, hingga membuat Calista ingin menceraikanmu. Pasti ini ada sangkut pautnya denganmu juga. Kalau sampai kamu berani macam-macam dengan perempuan itu, awas aja kamu."Bayu nambah marah pada Al
"Sekarang jelaskan pada kami, apa alasanmu masuk ke dalam kamar kami?"Kembali Alvaro mencecar Ratri setelah mereka dipertemukan di ruang keluarga. Di situ juga ada Calista yang dipaksa untuk menjadi saksi, di mana Ratri ditemukan di dalam kamarnya dalam keadaan hanya memakai handuk saja."Kan tadi aku udah bilang sama kamu, yang bisa menjawabnya itu kamu sendiri. Kamu yang menarik tanganku dan mengajakku masuk ke dalam kamarmu untuk mandi bersama. Bukan hanya itu saja, aku disuruh melayanimu juga. Kamu bilang istrimu tidak bisa memuaskanmu di ranjang, makanya kamu ingin bermain-main denganku.""Apa?"Semua isi rumah langsung terbelalak lebar matanya. Antara percaya dan tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Ratri. PlakkCalista menoleh pada Alvaro dengan tatapan geram, dia langsung beranjak dari tempat duduknya dan melayangkan tamparannya pada suaminya itu. "Dasar laki-laki brengsek! Bisa-bisanya kau mengumbar aibku di depan wanita sialan itu! Kalau kau ingin bercinta dengann
Ratri mengendap-endap masuk ke dalam kamar alvaro hanya menggunakan handuk. Dia sudah seperti maling saja untuk bisa masuk ke dalam kamar itu. Alvaro dan Alka bisa melihat sendiri dari pantauan rekaman cctv. Akhirnya mereka merasa lega karena pada kenyataannya Ratri memang sudah bersalah, dan sengaja ingin membuat keonaraan di rumahnya."Tuh, kan? Abang bisa melihat sendiri kan? Wanita itu memang sengaja ingin menghancurkan rumah tanggaku. Pasti dia tahu calista keluar dari rumah bersama dengan mama. Dia memiliki rencana busuk untuk membuat calista cemburu. Tapi kenapa aku tidak mengetahui kalau wanita itu masuk ke dalam kamarku? Apa mungkin karena kamarku tidak terkunci dia bisa seenaknya saja masuk dengan sendirinya, tanpa permisi?"Walaupun belum menunjukkan hasil rekaman pemantauan rekaman cctv itu pada keluarganya, Alvaro dan juga Alka sudah lebih tenang, karena mereka bisa lepas dari tuduhan buruk yang keluar dari mulutnya Ratri."Wanita itu sungguh licik! Dia bahkan bisa mempr
Karena Ratri tidak mau membuka bagian dari perutnya, dengan terpaksa Calista menarik pakaian yang dikenakan oleh Ratri, membuka bagian perutnya, nampaklah jelas, kebohongan yang selama ini disembunyikan."Loh!" Riana membelalakkan matanya lebar-lebar saat mendapati perut Ratri, berbeda lagi dengan ketiga laki-laki beda usia itu langsung membuang muka ke arah lain tidak ingin melihat aib Ratri yang dibuka oleh Calista. Riana terbengong melihat kulit perut Ratri yang sangat berbeda dengan kulit aslinya."Itu perut atau ...?"Riana langsung mulai berjalan mendekat pada Ratri dan memegang bagian perut Ratri yang nampak begitu besar namun bukan kulit, tapi karet."Ini karet ma, yang menyerupai kulit manusia. Dari awal Aku curiga sama dia hanya hamil bohongan. Karena selama hamil ia tidak pernah menunjukkan rasa ngidam atau gimana layaknya aku yang selalu tersiksa di saat kehamilanku ini."Bayu, Alka dan juga Alvaro yang awalnya memalingkan muka, mereka menoleh saat mendapati kulit perut Ra