Sefia menghela nafas dalam-dalam ketika menyusul masuk ke dalam kamar dan melihat Zavier duduk sendirian di ujung ruangan. Dia telah lama merindukan momen seperti ini, di mana mereka bisa berdua saja, tanpa gangguan dari orang lain. Dengan langkah yang mantap, dia mendekati Zavier, berusaha menahan ketegangan yang memenuhi hatinya.
Zavier menoleh saat Sefia mendekat, senyum lembut terukir di wajahnya. "Sefia. mengapa masih belum tidur?"
Sefia merasa jantungnya berdegup kencang. Dia menelan ludah sebelum akhirnya menjawab, "Zavier. Aku hanya ingin menghabiskan waktu bersamamu. Bolehkah aku duduk?"
Zavier mengangguk, memberi isyarat ke kursi di sebelahnya. "Tentu saja, silakan duduk."
Sefia memilih duduk di tepi ranjang dengan hati-hati, mencoba menata kata-kata dalam pikirannya sebelum akhirnya berbicara. "Zavier, aku..." Dia terdiam, merasa kebingungan. Bagaimana dia bisa mengungkapkan perasaannya tanpa terlihat terlalu nekat?
Zavier menatapnya den
Sefia sedikit terkejut, apalagi langkah Zavier sangat singgap dan terlihat terburu-buru dan tidak menjawabnya sama sekali."Eh, ada apa?" tanyanya dengan bingung.Matanya terbuka lebar, mencoba memahami apa yang sedang terjadi."Zavier?" serunya sekali lagi, suara penuh tanya.Zavier tersenyum, meskipun terlihat sedikit terengah-engah. Dengan cepat, dia meletakkan bantal dan selimut yang dipegangnya di samping ranjang, lalu mengganti selimut yang ada di atas ranjang dengan yang dia bawa.Dia juga menukar bantal dengan cepat, sambil berkata, "Tukar ya... Aku kurang bisa tidur tanpa bantalku," ucapnya lalu pergi dengan tergesa."Eh ... "Sefia hanya bisa menatap ke arah pintu yang baru saja ditutup oleh Zavier, kebingungannya semakin bertambah. Apa yang baru saja terjadi? Mengapa Zavier tiba-tiba berubah pikiran? Tapi sebelum dia bisa memikirkan lebih jauh, dia melihat bantal dan selimut yang baru diletakkan di ranjang.Dengan pe
"Zavier... dia masih ada dalam ingatanku, ohh, ini salah!" desisnya, lalu Nayla memekik dan mendorong tubuh Michael menjauh, lalu duduk di tepi ranjang, membenahi pakaiannya yang sempat terbuka sedikit, mencoba mengatur kembali pikirannya yang kacau dengan napas terengah-engah."Nay ...," panggil Michael dengan lembut.Michael merasakan getaran kecemasan dari Nayla, dan hatinya tergetar oleh ketidakpastian yang tersirat dalam kata-katanya.Namun, sebelum dia bisa merespons, Nayla bergerak cepat menuju pintu, tampaknya berniat untuk tidur di ruang tamu."A-aku, maafkan aku, Michael. A-aku akan tidur di ruang tamu saja!""Eh, Tidak, Nayla, tunggu ...," kata Michael dengan lembut, menghentikan langkah Nayla."Aku tidak mau memaksamu. Aku yang akan tidur di ruang tamu. Kamu bisa tetap di sini."Nayla menatap Michael dengan penuh kejelasan dalam pandangan mata. "Tapi..."Nayla merasa malu atas apa yang sudah terjadi. Dia kehabisan k
Sementara di apartemen Michael, di kamar mandinya, Nayla segera memoles wajahnya dengan make-up tebal, mencoba menyembunyikan lingkaran hitam yang terbentuk di bawah matanya.Dia merasa malu dengan penampilannya yang lelah, tak ingin orang lain melihat bagaimana keadaannya sebenarnya.Namun, di dalam hatinya, dia juga merasa cemas dengan apa yang akan terjadi selanjutnya."Tidak, tidak ini tidak cukup," gumam Nayla kepada dirinya sendiri, melihat hasil polesannya di cermin. "Tapi tidak apa-apa. Aku harus tetap berusaha.""Ini, ahh ... seperti panda!" geramnya.Dengan hati yang berdebar, Nayla bergerak menuju ke dapur, bergabung dengan Michael yang ternyata sedang sibuk mengatur meja sarapan. Aroma wangi tercium di sekeliling ruangan.Selamat pagi," sapa Michael dengan suara bariton dan senyum hangat. Nayla melihat ada lingkaran hitam di bawah mata pria itu. Wanita itu tersenyum kecil, menyadari bahwa pria itu juga tidak bisa tidur dengan nye
Chayo menaikkan kacamatanya lalu menjawab, "aku tahu ... mencari bukti bahwa Nyonya Nayla tidak berselingkuh, tetapi apa yang akan Anda lakukan bila ternyata Nyonya memang tidak berselingkuh?"Mendengar pertanyaan sang asisten yang cukup berani, Zavier menatap pria gempa itu dalam-dalam lalu menelan salivanya sendiri dengan kasar."Saya tidak akan menceraikannya!""Maaf, Tuan. Bagaimana dengan Nyonya Sefia? Apakah Tuan berencana memiliki dua istri sekaligus?"Brang!!!Dengan marah, Zavier membuang layar kecil LED yang ada di depannya sehingga barang itu pecah berhamburan di lantai. Chayo segera mundur beberapa langkah dan meminta maaf."Tuan, maafkan atas kelancangan saya, tetapi semua ini perlu dipertimbangkan," ucap Chayo sambil menundukkan kepala.Dia menyaksikan bagaimana Nayla selalu terpuruk pada saat menjadi istri Zavier. Pria itu sering pulang malam dan beralasan sedang lembur padahal sedang menikmati makan malam romantis bers
Mereka duduk bersama di sekitar tempat tidur Nadira, berbagi cerita dan tawa kecil. Tetapi di balik senyumnya, Nayla merasa terkoyak. Dia tidak bisa menutupi perasaannya yang tumbuh, meskipun mencoba untuk bersikap kuat di hadapan adiknya dan Michael.Nayla sesekali ikut dalam perbincangan, tetapi apa pun yang keluar dari mulutnya tidak mendapat tanggapan serius dari sang adik.Setelah beberapa saat berbicara, Nadira merasa lelah dan meminta Michael menemaninya sampai dia tertidur."Michael, temani Nadira sampai tertidur ya?" pinta Nadira dengan suara lembut. Kekuatan fisiknya masih lemah sehingga perbincangannya tadi menguras banyak tenaganya."Tidurlah, saya akan datang lagi besok, okey?"Namun, Nadira menggelengkan kepalanya pelan dan sebelah tangannya masih menggenggam tangan pria itu dengan erat.Michael terpaksa harus menunggu sampai terdengar dengkuran halus dari wanita yang terlihat pucat itu.Perlahan, Michael menarik tangann
Nayla mengangguk pelan. "Aku akan melamar kerja besok. Ada beberapa lowongan yang belum sempat kusinggahi."Michael menatap wanita itu dengan penuh perasaan lalu mengambil tangannya dan menggenggamnya erat. Dalam hati, dia ingin sekali mengucapkan sebuah kata lamaran untuk Nayla, tetapi dia takut semua terlalu cepat. Dia menyadari bahwa wanita itu masih membutuhkan waktu untuk menyembuhkan luka dalam hatinya dan di sisi lain ada Nadira yang masih harus diurus oleh mereka."Aku akan kembali ke Jakarta untuk mengurus pekerjaanku. Bila Dokter mengizinkan Nadira pulang, maka biarlah dia pulang. Terus berada di Rumah Sakit mungkin membosankan baginya."Nayla menoleh ke arah Michael seolah-olah menyatakan tidak setuju, tetapi pria itu memegang bahunya dan menenangkannya."Carilah seorang perawat untuk menjaga Nadira di rumah. Aku akan kembali ke Bogor dalam dua hari. Semua akan kita atasi perlahan, okey?"Setelah mempertimbangkan perkataan Michael, Nayla
Selama ini, Michael sangat serius dalam pekerjaannya dan tidak pernah bermain dengan wanita mana pun walau di kalangan entertainment, dia menjadi idola karena karakter dan penampilannya yang maskulin seperti sang ayah.Dengan tubuh tinggi dan kekar berotot, maka Michael mendapat nilai plus yang membuatnya menjadi idaman para wanita.Sang ibu segera maju untuk menjadi penengah."Michael, Ibu ... ibu akan mencarikan seorang istri untukmu dan kamu akan menjalani kencan buta, bagaimana?"Mendengar hal itu, Michael terkejut lalu tertawa, "aduh, Ibu. Zaman apa ini? Mengapa masih harus melakukan kencan buta?""Tapi, ini ... kamu harus paham, Michael. Kita berasal dari keluarga dengan status terhormat, kamu tidak mungkin menikah dengan seorang janda. Itu, tidak akan dianggap oleh para anggota keluarga yang lain."Michael mengenggam tangan ibunya dengan tatapan serius, "Ibu, yang paling mengerti kehidupanku adalah diriku sendiri, yang menjalani juga.
Nayla merasa hangat mendengar kata-kata tersebut. Dia tahu bahwa di balik sikap tegas Michael, terdapat hati yang begitu hangat dan penuh kasih.Beberapa saat kemudian, mereka dipanggil ke meja pendaftaran untuk menyelesaikan tagihan rumah sakit. Nayla melihat angka yang tertera di kertas itu dan hampir tercekat. Tagihan itu jauh lebih besar dari yang dia perkirakan.Michael melihat ekspresi Nayla dan segera menyadari kebingungan dan kekhawatirannya. Tanpa ragu, dia mengambil kertas tagihan itu dari tangan Nayla."Tenanglah, aku yang akan membayar ini," tawar Michael dengan suara mantap.Nayla terkejut. "Tidak, Michael. Aku tidak bisa menerima ini. Ini terlalu banyak," protesnya.Michael menggelengkan kepala dengan tegas. "Kalian sudah cukup banyak mengalami kesulitan akhir-akhir ini. Izinkan aku untuk membantu."Nayla melihat ke arah Michael dengan mata berkaca-kaca. Dia tidak bisa menahan air matanya lagi. Kelembutan dan ketulusan yang dit