Kita hanya butuh waktu dan membiasakan diri untuk saling terbuka agar kita bisa saling melengkapi satu sama lain. Dengan begitu cinta akan hadir karena terbiasa. (Azzam-Arni ~ Cinta dalam Balutan doa) Mereka memutuskan untuk kembali ke resort setelah membeli buah tangan untuk keluarga mereka. Setelah sampai di kamar, Arni memasukkan barang-barang mereka ke dalam koper, mempersiapkan semuanya supaya tidak ada yang tertinggal karena pagi mereka harus mr tinggalkan resort ini."Mas bantu ya, Dek!" tawarnya. "Gak usah, Mas. Ini sudah mau selesai kok," ucapnya. "Ya sudah Mas mandi dulu."Setelah makan malam yang ia pesan via online, mereka menghabiskan waktu mereka di balkon, duduk santai di bangku panjang sambil memandang langsung ke pantai."Apa Mas akan langsung bekerja?" tanyanya."Kemungkinan iya, karena sejak kemarin temanku menghubungiku," ujarnya."Apa sih suka duka sebagai seorang perwira polisi, Mas?" tanyanya."Banyak, Dek. Sukanya saat kita berhasil menangkap penja
Hidup itu bukan tentang membahagiakan diri sendiri, bagilah kebahagiaan itu kepada orang di sekeliling kita karena kebahagiaan itu akan bertambah ketika dibagi. (Cinta dalam Balutan doa)***Hari ini Azzam sudah mulai bekerja, Arni belajar sebagai istri yang baik berusaha menjalankan tugasnya sebagai seorang istri dengan mengurus semua keperluan suaminya. Azzam menggodanya saat Arni mengacingkan bajunya. Kebiasaan baru Azzam setelah bulan madu adalah menggoda Arni, dirinya sangat puas melihat wajah Arni yang merona merah karena malu. Tangan Azzam dengan nakalnya mencubiti pipi Arni, membuat Arni kesal."Mas, tangannya dikondisikan, ya. Sakit tau!" rengeknya kesal. Azzam menanggapinya dengan cengiran."Mas berangkat dulu, ya! O iya, kapan kamu masuk kuliahnya, Dek?" tanyanya sambil mencium kening Arni setelah sang istri mencium punggung tangannya."Insya Allah mulai ospeknya bulan depan, Mas," jawabnya.Azzam dan Arni menuju meja makan, di sana sudah ada ibu dan ayahnya. "Siapa ya
Kak, Gus Afnan sering ke sini, ya?" tanyanya sambil makan kudapan yang disuguhkan Afifah pada mereka."Iya setiap satu minggu sekali, dia ke sini ngaji ke abangmu. Kakak suruh mampir ke kamu katanya malu kamu sudah punya istri," ungkapnya. Memang rute perjalan ke Pondok sang abang akan melewati rumahnya terlebih dahulu, dulu Afnan sering mampir ke rumah Azzam setiap berkunjung ke Pondok gus Achmad. Arni sejak tadi menunduk, bingung dengan hatinya, sejak masuk dan matanya bertemu pandang dengan gus Afnan apalagi saat ini Azzam membahas pria itu. Hatinya bergejolak tak tau harus berbuat apa."Dek, kamu kok sejak tadi menunduk aja, Gak ada ikhwan di sini kecuali suamimu, aku harap kamu bisa menjadi adikku seperti menantu-menantu ayah dan ibu lainnya. Kita harus selalu rukun ya, Dek," ucap Afifah sambil tersenyum tulus pada Arni. Arni mengangkat kepalanya dan membalas mengangguk dengan senyum menghiasi wajahnya. "Aku tau, kamu wanita baik bisa merubah Azzam, beruntung Azzam mendapatkan
Move on itu bukan dengan melupakan apalagi pura pura lupa. Ia tau cintanya pada Arni tetap ada di hatinya sampai kapan pun, mungkin takkan terganti. Namun ia akan berusaha move on dengan merelakan dan mengikhlaskan. Afnan akan melakukan itu demi kebaikan dirinya, Arni juga Azzam. (Cinta dalam Balutan doa)Azzam mendapat telepon dari kakaknya yang nomer dua, Bang Haikal. Sang kakak menanyakan akan ke sana kapan karena nanti habis dhuhur dirinya tidak di rumah, ada undangan mengisi tausiyah. Ia takut Azzam dan istrinya saat ke sana tidak bertemu dengannya."Bang, bang Haikal menyuruh kami ke sana sekarang, habis dhuhur dia ada acara," ucapnya pada Achmad."Ya sudah, Dek. Terserah kamu saja, enaknya bagaimana? Sekarang masih pukul setengah 9 perjalanan ke sana kurang lebih satu jam, kalau kamu pingin berlama di sana apa gak kurang lama?" ucap Achmad."Ya sudah aku ke sana aja, Bang. Takutnya gak keburu, belum ke bang Ilyas, bang Rochman, dan mbak Bilqis, juga. Maunya hari
Suka pada seseorang itu gampang, pendekatannya juga gampang yang susah adalah mempertahankannya. Kalau mencari yang terbaik, akan ada yang lebih baik lagi di atas yang terbaik. Karena selalu ada awan di atas awan, mau sampai kapan pun itu karena manusia itu serakah, dan hanya dengan selalu mengingat Allah kita akan menerima dan mensyukuri apa yang sudah kita miliki.***Kini sudah satu bulan lebih usia pernikahan Azzam dan Arni. Azzam selalu memperlakukan Arni dengan penuh cinta. Hingga Arni pun bisa membuka hatinya untuknya. Ya, Arni sudah mencintai Azzam, bahkan ia bisa menekan rasa cintanya pada Afnan. Meskipun tidak ia pungkiri cinta itu masih tetap ada di sudut hatinya.Pagi ini seperti biasanya, selepas sholat shubuh Arni membantu ibu mertuanya juga bik Nunuk memasak, tiba-tiba kepalanya pusing. Saat mencuci piring ia tidak sengaja menyenggol gelas di sampingnya hingga pecah membuat Yulia terkejut. Ia melihat Arni yang wajahnya terlihat pucat."Nak, Kamu sakit?" tanyanya."Kepal
Bila hati dilanda kegelisahan cukup dengan perbanyak istighfar bukan keluhan, rawatlah segala kekecewaan dengan doa dan gantikan keputusasaan kita dengan harapan. Harapan untuk selalu yakin kita pasti bisa melaluinya. Apabila kita ridha pada sesuatu yang mengecewakan hati kita. Maka percayalah Allah akan mengganti kekecewaan itu dengan sesuatu yang tidak dapat dijangkau. Sesuatu yang indah pada saatnya.***Setelah sholat Arni berniat akan membawa Piring kotor bekas makannya tadi ke dapur dan mencucinya.Azzam membuka pintu melihat Arni melepas mukenanya. "Sudah makan, Dek?" tanyanya."Su-sudah, Mas. Aku akan bawa ini ke dapur dulu," ucapnya dengan tangan sedikit gemetar membawa nampan berisi piring dan mangkok. Azzam memainkan ponselnya saat Arni masuk ke dalam kamar. Bukan sikap Arni saling mendiamkan, ia tak tahan bila tidak menanyakan langsung pada Azzam."Ma-maaf, sepertinya Mas ada masalah? Apa Mas ti-tidak bahagia de-dengan kehamilanku?" tanyanya ragu.Azzam melihat ke arah sa
Ya Allah, peluklah hamba hingga hati ini merasa tenang dan damai. Hapuskan lah air mataku hingga aku bisa bersabar dan ikhlas. Tidak ada beban berat jika Engkau menghendaki beban berat itu akan menjadi ringan. Tidak ada penderitaan jika Allah menjadikan kebahagiaan. Bersabar atas musibah dan bersyukur atas nikmat yang Engkau berikan karena hamba tau kenikmatan adalah bagian dari ujianMu juga. Bersabar karena hamba yakin Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat kebaikan juga mau bersabar (Arni~ Cinta dalam Balutan doa)Yulia bingung dengan apa yang diucapkan Azzam ditelpon. Ia khawatir akan terjadi sesuatu pada sang putra. Ia menceritakannya pada sang suami yang saat ini duduk di ruang tunggu depan ruang rawat inap Arni tentang semua yang diucapkan Azzam."Ibu gak habis pikir, Yah .Azzam bilang begitu. Ibu takut terjadi sesuatu pada Azzam, Yah," ucapnya sedih."Ayah gak percaya, bukankah Azzam sangat mencintai Arni. Sebentar Ma. Ayah akan menhubungi Achmad dan Haika
Setelah pemakaman Arya dan Diana selesai mereka membawa Azzam pulang. Namun terlebih dulu Achmad meminta tetua desa, pak rt juga pak rw untuk mentahlilkan Arya dan Diana selama 7 hari. Achmad juga membiayai semua keperluan dari mulai pemakaman hingga tahlil yang akan dilaksanakan. Setelah semua beres mereka pamit pulang. Kondisi Azzam masih lemas, karena terlalu banyak muntah. Mereka membawa Azzam ke pondoknya kiyai Adnan, mertuanya Achmad. Untuk kembali di rukyah, membersihkan sisa guna-guna yang masih ada di tubuh Azzam. Walaupun Achmad tau Azzam sudah hampir bersih namun ia tidak ingin hal buruk terjadi lagi pada sang adik. Ia ingin tubuh Azzam kembali dibersihkan oleh mertuanya.Butuh waktu hingga dua jam. Azzam sudah mulai membaik. "Aku ada di mana, Bang?" tanyanya heran pada kedua abangnya."Ada di pondoknya abah," ucap Achmad."Kok bisa aku ada di sini, bukankah aku kemarin jemput Arni kuliah lalu aku lupa semuanya."Kiyai Adnan dan Achmad mengajarkan beberapa dzikir untuk t