Liana POV
"Kita istirahat liana" rengek Mert yang sudah kelelahan.
"Sedikit lagi danau cantik, minumlah Mert, serahkan semua bebanmu pada Elif dan Pelin, enak enak saja mereka berdua" celotehku, aku sudah tidak sabar dengan dua orang gadis didepan itu.
"Biar aku bantu" kata Azfer lalu membawa salah satu tas besar.
"Terima kasih sayang" kataku padanya
"Sama sama" kata Azfer, Mert hanya bisa memayunkan bibir melihat adegan ku dan Azfer saling memuji begitu.
"Mert, Liana, Azfer buruan kalian lambat sekali"
"Teman kalian sudah megap-megap seperti ikan yang kehabisan air kalian enak saja!!!" Teriak ku pada Elif dan Pelin
love
Ana pov Aku meregangkan tanganku lelah, kami sudah sampai di Bogor lagi, Azfer berkutat dengan handphonya disampingku, Elif dan Mert mereka minta diantarkan ke bandara Juanda Surabaya untuk langsung terbang ke Bali, mereka rencananya akan menghabiskan liburan ke Bali sambil menunggu acara pernikahanku, besok rencanya kami akan menjemput ibu dikampung, adikku Sari dan beberapa keluarga untuk terbang ke Bali termasuk Lisa, aku sudah jangan tanya lagi sekarang dimana, pemuda tampan ini membuatku terpenjara disini, di hotel yang Azfer sewa untuk tinggak sementara ini, dia tidak memperbolehkanku pulang kecuali menjemput ibu besok, itupun denganya. Aku memandangi TV plasma besar yang sedang memutar film lokal didepanku. Tapi tubuhku terlalu lelah untuk mencerna semua cerita yang berputar itu Al-hasil aku hanya menatapnya dengan kekosongan tanpa tau ceritanya bagaimana.
Liana POV -Bali island of paradise- Begitulah simbol dari bali, bali dengan berjuta keindahanya, bali dengan berjuta keramahanya dan bali dengan berjuta seninya. Aku penat setelah membagi bagi kamar di resort, aku ingin mereka mendapatkan yang terbaik, lagian tidak mungkin aku meminta Azfer untuk membantu, biar sebagian kecil aku membantunya. Tokkkkk tokkkk tokkk "Liana" itu suara Azfer mengetuk pintu "Iya sayang" aku bergegas membuka handle pintu kamar, terlihat Azfer yang sudah segar dengan kaos oblong putinya, celana jeans dan sepatu putih, kaca matanya dibiarkan mengantung begitu saja di kaos, aku berdoa pada tuhan dulu untuk menjauhkan saja Azfer dari
Author pov Make up artis Liana sedang menyelsaikan riasan terakhirnya, untuk calon pengantin, make up artis ini sengaja didatangkan Dilara dari Istanbul khusus untuk hari pernikahan Azfer. "Bukalah matamu sebentar" ucap make up artis itu begitu pekerjaan melukis wajah Liana selesai. Perlahan Liana membuka matanya melihat kekaca, ada wajah lain yang tak ia kenali dalam kaca itu, sungguh wanita dalam kaca itu sangat cantik dan angun, Burcu tersenyum dikaca memandangi hasil karyanya pada wajah Liana. "Bagaimana, masihkan Azfer mengenalimu?" Tanyanya tersenyum. "Siapa wanita itu" "Itu kamu Li -ana, sangat... natural"
AZFER POV. Tempat ini sangat tenang sekali, meskipun ya panas, tapi aku suka pantai dimana mana, aku sudah masuk kamar duluan, Liana meminta ijin menyusul ku tadi, segera ku lepas pakaianku dan bajuku, ku ganti dengan bathrobe yang sudah disediakan, tubuhku rasanya lengket habis berpesta seharian, kamar mandi terlihat sangat mengoda bagiku. Ritualku sudah selesai, air hangat membuatku jauh lebih baik, aku memakai bathrobe seperti tadi, ku buka pintu kamar dan seorang berbaju pengantin sedang berusaha melepas pakianya. "Ehem" aku berdehem karena orang itu terlalu asik sampai lupa daratan, dia menoleh melihatku, sebagian riasanya sudah dibersihkan, pertanda dia sudah sedikit lama disini, dia tersenyum manis ke arahku. "Sudah selesai?" Tanyanya sambil tersenyum "Maaf aku tidak menyiapkan air mandi untukmu" katanya kemudian Aku mendekat ke Liana, harum bau parfumnya sangat mengular mengusik penciumanku.
Author POV Kamar ini besar sekali menurut pandangan Ana, ada bed besar tengah berwarna putih sofa panjang disebelahnya dengan meja kayu kecil, TV plasma besar, terakhir paling ujung adah walk in closet lalu bersebelahan dengan kamar mandi. "Ini kamar kita" kata Azfer berbinar binar "Kamu suka?, Aku tidak tau seleramu, jadi ku buat sama saja dengan dirumah mama" "Ini lebih dari cukup sayang" lirih Liana dia berjalan kedepan menelisik setiap detailnya dia masuk meneliti kamar mandi, jangan ditanyakan lagi bagaimana kamar mandinya tentu besar dan rapi, liana berbalik dan mendapati Azfer sedang menyeret koper ke walk in closet. "Besok saja di bongkar, kita isttirahat" katanya tersenyum
Author POVSeminggu kemudian wajah cantik itu sedang berjalan cepat ke arah prodi jurusan, ia menyerahkan sebuah dokumen dan tersenyum meninggalkan resepsionist dengan cepat, ia berlari ke arah parkiran, dia memelankan langkahnya ketika ia melihat mobil besar range over keluaran terbaru, pasti itu Azfer, siapa lagi kalau bukan suami tampanya.Liana berhenti tepat disamping, kaca mobil itu terbuka."Hai, maaf menunggu lama" kata Liana, Azfer tersenyum lalu Liana berputar dan masuk disebelah suaminya."Aku baru saja sampai" kata Azfer lalu menyalakan mobil dan menekan pedal gas keluar parkiran pelan"Kita makan dimana?""Em, ke tempat yang pernah kau ku jungi bersamaku"
Author POV Liana sudah selesai di USG gambarnya sedang dicetak diprinter yang terdengar halus itu. "Bagaimana perkembanganya dok?" Tanya azfer sudah tidak sabar, sejauh ini Azfer-lah yang paling over protektif terhadap Liana, sang istri sendiri juga kadang terlihat risih dengan perlakuan suaminya yang terkesan lebay itu. Dokter cantik itu tersenyum hangat pada Azfer. "Bayinya sehat, ibunya juga sehat, jangan terlalu capek ya bu Liana" kata dokter cantik itu menoleh, lalu seorang asisten dokter menyerahkan dua lembar foto usg Liana pada dokternya Sang dokter melihat gambar itu sebenatar dan menyerhakan pada Azfer, wajah bayi itu sudah semakin jelas hari ke hari, dokter kemudian menuliskan resep vitamin u
Author POV "Fer, bolehkah aku meminta suatu hal padamu, anggap saja ini permintaan terakhirku sebagai sahabatmu" tanya Xavi ketika berhenti didepan pintu gerbang rumahnya itu, mobil Azfer baru saja tiba dua menit yang lalu, mengantarkan Xavi pulang kerumahnya. "Apa?" Kening Azfer mengkerut sekarang memandangi Xavi. "Aku mencintaimu sudah sangat lama fer, kau mungkin baru tau perasaanku, tidak mudah bagiku untuk melupakan perasaan ini, aku mohon jika suatu ketika kau berjumpa dan bertemu denganku, anggap saja kita tidak pernah mengenal, jika kamu tak sengaja melihatku, jangan menyapaku, akan sangat sulit kemudian, kamu mau berjanji kan Fer?" Tanya Xavi pilu air matanya sudah deras menetes. Air mata Azfer menetes sekarang, dia tidak pernah membayangkan akan mengalami keadaan seperti ini sekarang. "Selamat tinggal Fer, selamat tinggal persahabatan kita" Xavi lalu membuka handle pintu dan keluar dari mobil Azfer tampa ia menun