Author POV
"Hai?" Sapa Ipek didepan Azfer. Mereka sudah disebuah cafe di pinggiran selat Bosporus, mata Azfer mengerjap beberapa kali, dalam gengaman wanita cantik asli Turki ini adalah seorang pria kecil berusia sekitar dua tahun. Azfer kemudian tersenyum pada Ipek dan ia melirik pada laki-laki kecil yang Azfer tebak adalah anak ipek.
"Hai ganteng?" Sapa Azfer ramah dengan senyuman lebarnya.
Ipek tersenyum sekilas mendapati respone Azfer terhadap Arion. Anak hasil dari pernikahan Ipek dengan pengusaha asal Yunani.
"Ayo beri salam untuk paman" kata Ipek sedikit berjongkok disamping Arion.
"Senang bertemu denganmu paman" katanya dengan terbata, anak itu kemudian mencium kedua pipi Azfer, Azfer sendiri s
Love
Ana pov Sudah berapa lama aku tidak melihat banyak tanaman hijau dan sawah membentang luas? rasanya sudah lama sekali. Padahal aku meninggalkan bogor dua setengah tahun yang lalu, padi-padi menghijau dikejauhan sana, lalu banyak burung yang terbang dilangit. Aku rindu tanah airku. Aku rindu dengan rumah, terutama ibu, akh iya, aku membelikanya oleh oleh foto Egin, hadeh ibuku satu itu, memang luar biasa. Aku membelikanya kaset film Turki, biar ibu bisa menonton puas-puas wajah Egin. Aku mengeleng mengingat perkataan ibu, tiba tiba sekilas bayangan, membuatku teringat pada Azfer. bagaimana pemuda itu? apakah cinta ini berakhir sekarang? Aku tak tau. Jujur rasanya memang sangat sulit mengapainya. Keluarganya memang sangat welcome tapi , akh sudahlah, membahas Azfer tidak akan pernah habis. Jika memang dia adalah jodohku, aku yakin bagaimanapun Allah akan memperte
Ana POV Hari ini aku diantarkan pak Sukri ke Sukabumi. Aku akan ikut adekku untuk sementara di kosnya, perjalanan dari Bogor tidak jau. Hanya memakan satu jam perjalanan saja itu kalau tidak macet, entah kenapa saat ini aku jadi merindukan pria itu, tapi apakah dia merindukanku? seharusnya memang benar keputusanku untuk melupakanya saja. Bagaimana mungkin dia dapat jatuh cinta denganku, yang nota bane nya jauh dari status sosialnya. Kenapa hatiku tiba-tiba sedih, selama ini memang aku tidak pernah jatuh cinta. Belum ada pria yang membuat hatiku berdebar-debar ketika menemuinya, tapi Azfer mematahkan semua itu. Sekelebat bayanganya saja bisa membuatku penasaran, senyumanya sulit untuk ku lupakan. Tuhan kenapa kau dekatkan kami, jika berakhir seperti ini, pikiranku menerawang jauh. "Nduk?" Aku tergagap mendengar panggikan dari pak Sukri.
Ana pov Bagaimana dia bisa sampai disini? setelah semua selesai. Aku langsung saja berjalan ke arahnya, seperti kakiku ada yang mengerakkanya. Seperti jalan didepan sangat lurus untukku, bukan bukan diriku, yang menginginkanya tapi hatiku, membuat nyawaku dan tubuhku ikut berjalan, menghampiri orang tampan itu. Apakah seperti ini mengerikanya jatuh cinta? Jawabanya adalah aku tak tahu. Aku baru pertama kali merasakan ini, pikiran hati dan langkahku tak sejalan. "Azfer" dia tersenyum. Senyuman yang bisa membuat duniaku runtuh saat itu juga, entah reaksi semua mahasiswa itu aku tidak peduli. "Hai" aku hanya memandanginya membeku, otakku berkata aku tidak boleh memeluknya sekarang, meskipun aku ingin. Ada ribuan pasang mata melihat aku sekarang dan ada ratusan ma
Liana POV Muka tampan itu terlihat sedang menikmati pemandangan di depanya dihalaman rumah kontrakan ini, hatiku bergetar. Seperti biasanya dia melompat lompat tak tentu arah. Rasanya sedikit saja wajah itu membuat aku ingin hidup terus disampingnya. Beginikah rasanya orang jatuh cinta? hem pantas saja banyak orang takut jika dia kecewa karena cintanya, tampa sadar cinta itu menuntut sendiri. "Kak itu teman kakak?" Tanya Sari padaku, dia sudah waras sekarang. "He um kenapa?" Tanyaku. "Suruh sering sering kesini aja kak, biar mata ini seger" aku langsung menampol kepalanya pelan. "Dia orang Turki" "Hah!!!" Sari menutup mulutnya
Ana POV "Kita makan?" Ajakku pada Azfer. "Ayo" jawabnya langsung meletakkan ponselnya di meja nakas, dia menghampiriku dan merangkulku untuk kemaja makan. "Kau suka makanan indonesia?" Tanyaku pada Azfer. Dia sudah memandangi berbagai menu dalam meja. "Suka, semuanya berbeda-beda cita rasanya" jawabnya lalu mengeret kursi duduk. "Kau harus mencoba kebab ala Indonesia" celotehku tersenyum padanya, dia juga tersenyum, siapa wanita yang tidak akan takluk pada orang ini? Aku mengeleng pelan. "Emang ada disini kebab indonesia?" aku lalu mengambil beberapa makanan. "Ada rasanya enak, lebih enak dari asli"
Azver pov Aku sedang memikirkan kejadian beberapa jam yang lalu antara aku dan Liana, aku memang lebih dewasa dari Liana, aku juga paham bahwa Liana tidak pernah begini, dia wanita baik baik, ku yakin aku adalah pria pertama yang menyentuhnya seperti ini, aku benar benar lupa logikaku dimana beberapa jam yang lalu, aku ingat ketika Ana memegang tanganku ketika aku sudah ingin, benar benar diriku sudah menjadi setan yang sebenarnya, logikaku hilang, semua janji yang ku sanggupi padanya pun ku lupakan entah, hanya satu rasa yang dominan kala itu, aku menginginkan dia, menginginkan kepuasan. Melebihi siapapun tubuh Ana adalah yang terindah, bibir Ana lembut dan membuatku ingin terus menikmatinya dan "shit!" Lidahnya yang lancip membuatku terus menginginkan hisapanya. Pikiranku kotor sekarang.
Ana pov "Assalamu'alaikum" "W*'alaikum salam" jawab Sari yang masih didepan TV "Kakak cantik banget, habis pesta ya" ia memandangku meneliti dari atas ke bawah. Jujur aku agak risih sama pangandangan mengoda adekku ini, bukan karena apa, dia pasti lagi mikirkan yang bukan-bukan tentang aku dan Azfer. "Mana mas mas gantengnya?" Tanyanya spontan membuat kecurigaanku dibenarkan ka ini, dia celingak celinguk melihat arah pintu. "Langsung pulang" ketusku "Ealah, aku sudah pengen foto dia, pasti ganteng" aku memutar bola mataku malas, Sari malah sudah tersenyum senyum jahil padaku, dasar Sari. "Kakak istirahat dulu"
Author POV"Ini rumahku, lihatlah sekarang fer, kehidupanku jauh berbeda denganmu"Azfer menatap Liana sendu"Sudah berkali kali ku katakan An, perbedaan itu hanya manusia yang membuat, dihadapan Tuhan kita semua sama, aku mencintaimu bagaimanapun kamu, tidak usah meragukan apapun" Liana menitikan air mata akhirnya, Azfer lalu mengusapnya lembut, memeluknya sekilas sampai Ana mendapatkan ketenangan, lalu mereka memantapkan hati untuk keluar dari mobil itu."Assalamu'alaikum?" Liana mengetuk pintunya"Wa'alaikum salam" sahut suara dari dalam, Liana membuang nafas pelan, dia sedang menyiapkan hatinya kini, lalu pintu terbuka lebar, wajah ibu Liana yang masih berdaster keluar setelahnya.