Azver pov
Aku sedang memikirkan kejadian beberapa jam yang lalu antara aku dan Liana, aku memang lebih dewasa dari Liana, aku juga paham bahwa Liana tidak pernah begini, dia wanita baik baik, ku yakin aku adalah pria pertama yang menyentuhnya seperti ini, aku benar benar lupa logikaku dimana beberapa jam yang lalu, aku ingat ketika Ana memegang tanganku ketika aku sudah ingin, benar benar diriku sudah menjadi setan yang sebenarnya, logikaku hilang, semua janji yang ku sanggupi padanya pun ku lupakan entah, hanya satu rasa yang dominan kala itu, aku menginginkan dia, menginginkan kepuasan.
Melebihi siapapun tubuh Ana adalah yang terindah, bibir Ana lembut dan membuatku ingin terus menikmatinya dan "shit!" Lidahnya yang lancip membuatku terus menginginkan hisapanya. Pikiranku kotor sekarang.
Love you
Ana pov "Assalamu'alaikum" "W*'alaikum salam" jawab Sari yang masih didepan TV "Kakak cantik banget, habis pesta ya" ia memandangku meneliti dari atas ke bawah. Jujur aku agak risih sama pangandangan mengoda adekku ini, bukan karena apa, dia pasti lagi mikirkan yang bukan-bukan tentang aku dan Azfer. "Mana mas mas gantengnya?" Tanyanya spontan membuat kecurigaanku dibenarkan ka ini, dia celingak celinguk melihat arah pintu. "Langsung pulang" ketusku "Ealah, aku sudah pengen foto dia, pasti ganteng" aku memutar bola mataku malas, Sari malah sudah tersenyum senyum jahil padaku, dasar Sari. "Kakak istirahat dulu"
Author POV"Ini rumahku, lihatlah sekarang fer, kehidupanku jauh berbeda denganmu"Azfer menatap Liana sendu"Sudah berkali kali ku katakan An, perbedaan itu hanya manusia yang membuat, dihadapan Tuhan kita semua sama, aku mencintaimu bagaimanapun kamu, tidak usah meragukan apapun" Liana menitikan air mata akhirnya, Azfer lalu mengusapnya lembut, memeluknya sekilas sampai Ana mendapatkan ketenangan, lalu mereka memantapkan hati untuk keluar dari mobil itu."Assalamu'alaikum?" Liana mengetuk pintunya"Wa'alaikum salam" sahut suara dari dalam, Liana membuang nafas pelan, dia sedang menyiapkan hatinya kini, lalu pintu terbuka lebar, wajah ibu Liana yang masih berdaster keluar setelahnya.
Liana POV Kau pernah hiking?" Tanyaku pada Azfer yang sedari tadi konsen menyetir, jalanan yang padat membuat dia sedikit menegang. "Pernah beberapa kali" jawabnya memandangiku sekilas disudut matanya. "Pasti kau bukan mahasiswa pecinta alam dulu" Azfer tersenyum, mendapatkan sindiran dariku, aku memang kadang suka mengargumen orang tanpa pikir panjang dulu. "Aku pernah mendaki Everest" "Hah gunung tertinggi itu?" Nah kan, aku dibuat melonggo. Azfer menganguk santai, gantian dia sekarang yang meremehkanku. "Bukanya disana
Liana POv Kereta jakarta ke surabaya memakan waktu lebih dari tiga jam, Mert dan Elif ku lihat sudah terbang ke alam kapuk, Mert dengan air liurnya, ya begirulah mereka kami sudah bersahabat sejak pertama kali datang ke Istanbul, jadi dua setengah tahun ku habiskan dengan mereka membuatku hapal benar kelakuan mereka, sedangkan Azfer masih terjaga, ia membaca buku disebelahku dengan tenang, buku membuat dia seakan menyatu denganya, dia pasti terbiasa terjaga begini, bagaimana tubuhnya bisa baik-baik saja sampai sekarang?, ah pria satu ini memang luar biasa, pantas saja banyak wanita cantik mengaguminya. "Berapa lama rekor tidak tidurmu?" "Hem, tiga hari tidak tidur pernah, aku bisa terjaga semalaman" ucapnya berbisik tapi tidak terusik sama sekali dari bacaanya, bahkan ia hanya melirikku sekilas dari ujung matanya.
Liana POV "Kita istirahat liana" rengek Mert yang sudah kelelahan. "Sedikit lagi danau cantik, minumlah Mert, serahkan semua bebanmu pada Elif dan Pelin, enak enak saja mereka berdua" celotehku, aku sudah tidak sabar dengan dua orang gadis didepan itu. "Biar aku bantu" kata Azfer lalu membawa salah satu tas besar. "Terima kasih sayang" kataku padanya "Sama sama" kata Azfer, Mert hanya bisa memayunkan bibir melihat adegan ku dan Azfer saling memuji begitu. "Mert, Liana, Azfer buruan kalian lambat sekali" "Teman kalian sudah megap-megap seperti ikan yang kehabisan air kalian enak saja!!!" Teriak ku pada Elif dan Pelin
Ana pov Aku meregangkan tanganku lelah, kami sudah sampai di Bogor lagi, Azfer berkutat dengan handphonya disampingku, Elif dan Mert mereka minta diantarkan ke bandara Juanda Surabaya untuk langsung terbang ke Bali, mereka rencananya akan menghabiskan liburan ke Bali sambil menunggu acara pernikahanku, besok rencanya kami akan menjemput ibu dikampung, adikku Sari dan beberapa keluarga untuk terbang ke Bali termasuk Lisa, aku sudah jangan tanya lagi sekarang dimana, pemuda tampan ini membuatku terpenjara disini, di hotel yang Azfer sewa untuk tinggak sementara ini, dia tidak memperbolehkanku pulang kecuali menjemput ibu besok, itupun denganya. Aku memandangi TV plasma besar yang sedang memutar film lokal didepanku. Tapi tubuhku terlalu lelah untuk mencerna semua cerita yang berputar itu Al-hasil aku hanya menatapnya dengan kekosongan tanpa tau ceritanya bagaimana.
Liana POV -Bali island of paradise- Begitulah simbol dari bali, bali dengan berjuta keindahanya, bali dengan berjuta keramahanya dan bali dengan berjuta seninya. Aku penat setelah membagi bagi kamar di resort, aku ingin mereka mendapatkan yang terbaik, lagian tidak mungkin aku meminta Azfer untuk membantu, biar sebagian kecil aku membantunya. Tokkkkk tokkkk tokkk "Liana" itu suara Azfer mengetuk pintu "Iya sayang" aku bergegas membuka handle pintu kamar, terlihat Azfer yang sudah segar dengan kaos oblong putinya, celana jeans dan sepatu putih, kaca matanya dibiarkan mengantung begitu saja di kaos, aku berdoa pada tuhan dulu untuk menjauhkan saja Azfer dari
Author pov Make up artis Liana sedang menyelsaikan riasan terakhirnya, untuk calon pengantin, make up artis ini sengaja didatangkan Dilara dari Istanbul khusus untuk hari pernikahan Azfer. "Bukalah matamu sebentar" ucap make up artis itu begitu pekerjaan melukis wajah Liana selesai. Perlahan Liana membuka matanya melihat kekaca, ada wajah lain yang tak ia kenali dalam kaca itu, sungguh wanita dalam kaca itu sangat cantik dan angun, Burcu tersenyum dikaca memandangi hasil karyanya pada wajah Liana. "Bagaimana, masihkan Azfer mengenalimu?" Tanyanya tersenyum. "Siapa wanita itu" "Itu kamu Li -ana, sangat... natural"