Share

Frustasi

Tidak sengaja Jojo memencet blokir akun Erika, terkejut karena melihat Sari saat ia menoleh ke dalam kamar. Istrinya berdiri di dekat ranjang dengan pakaian tidur transparan. Sari tersenyum sambil memanggil lembut nama suaminya. Meminta lelaki itu mematikan puntung rokok dan menghampiri. 

Sari yang sangat menyesal telah membuat Jojo kecewa, memberanikan diri untuk berpakaian seksi. Mencoba menjadi apa yang diinginkan Jojo. Meski belum sepenuhnya ia merasa nyaman dengan baju seksi itu. Sesekali kedua tangannya menutupi bagian intim yang transparan. Sari sadar, usahanya itu tidak membuahkan hasil. Bagian-bagian seksi tubuhnya tetap terlihat. 

"Kamu ngapain pakai baju begitu?" tanya Jojo. Setelah mematikan puntung rokok, ia menghampiri Sari. Berdiri tepat di depannya. 

Seraya menahan tawa Jojo meminta istrinya mengganti pakaian lagi. Ia tak kuasa melihat wajah lugu Sari yang malu-malu menggunakan pakaian seksi. Bukan membuatnya tergoda, justru merasa lucu. Sikap tidak percaya diri Sari sangat terlihat meski wajahnya berusaha menutupi.

Perlahan Jojo luluh dengan usaha Sari dan menyesal telah membuat wanita itu tampil tanpa rasa percaya diri, sangat terlihat terpaksa. Kecewa pada hati Jojo pun memudar. 

Ia terdiam, apa yang muncul dibenaknya tadi? Mencoba membiarkan Erika masuk lagi diantara mereka? Hubungan ini sudah terikat tali pernikahan yang direstui tidak hanya oleh orang tua mereka melainkan Tuhan. Apa Jojo akan mengkhianati Sari lagi? 

"Kalau tidak nyaman, jangan dipaksakan," ujar Jojo lagi. Kali ini pria itu tersenyum. Membuat Sari salah tingkah, lalu kembali lagi ke toilet dan mengganti pakaian dengan wajah bersemu. Jojo terbahak sambil mengetuk pintu toilet. 

"I-iya, sebentar, Mas."

"Kok diganti lagi?" tanya Jojo kala istrinya sudah membuka pintu. 

"Eh, kata kamu kalau tidak nyaman, jangan dipaksakan?" Jojo menggeleng mendengar pengakuan lugu Sari. 

"Oh, jadi terpaksa? Ya sudah." 

Jojo meninggalkan Sari penuh tanya yang masih mematung di depan toilet. Wanita polos itu tidak paham ingin suaminya. Ia bingung, hanya bisa tertegun. Apa harus kembali menggunakan baju itu lagi agar lelakinya memaafkan?

Namun, Jojo menarik bibirnya tersenyum lalu tertawa lepas. 

"Mas, nggak lucu."

Sari paham bahwa suaminya tengah meledek. Ia segera menghampiri lelaki itu yang tengah tergelak tak henti di ranjang. Hingga terdapat genangan air mata dari ujung matanya. 

"Cukup, ih… aku malu," bujuk Sari. 

Jojo mencoba menghentikan tawa, memeluk dan mengecup kening istrinya dengan penuh kasih. 

"Terus, kenapa kamu bisa berpikir begitu, pakai itu?"

"Hmmm… ingin menyenangkan kamu. Tapi, maaf kalau terlihat kaku dan kamu tidak suka."

Jojo menggeleng. Ia segera meraih tubuh Sari dengan pelukan lagi. Beberapa ciuman hangat, penuh penyesalan mendarat di kening. Membuat pemilik kening tersipu. Ia merasa lega, suaminya telah kembali seperti semula. 

"Ndok, maafkan aku. Memaksakan kamu menjadi bukan dirimu."

Sari menghentikan ucapan Jojo dengan sebuah jari yang ia tempelkan di bibir suaminya seraya menggeleng. Jojo yang merasa bersalah mencoba menutupi malu dengan mencium bibir Sari. 

Memang, tak bisa Jojo pungkiri bahwa dirinya sangat menyukai wanita yang pandai merias diri dan mampu memuaskan napsu. Akan tetapi, ia luluh lagi saat melihat keluguan Sari. Sungguh, ia tidak bisa menyakiti wanita itu lagi karena ketulusan cinta Sari. 

Jojo menyingkap beberapa helai rambut yang sedikit menutupi wajah wanita itu. Menatap penuh kasih kepada Sari. Wanita polos ini sungguh tidak pandai memuaskan napsunya. Akan tetapi, ia selalu berusaha belajar menjadi yang Jojo inginkan. Mencoba, meski takut dan ragu. Apa boleh buat, demi keutuhan dan keromantisan rumah tangga mereka. Sari harus berusaha melakukan yang terbaik, pikirnya. 

Sari yang bersungguh-sungguh ingin belajar menjadi apa yang Jojo inginkan, memberanikan diri mencium suaminya lebih dulu. Kini ia mulai memainkan seperti yang Jojo contohkan setiap kali bibir mereka berpagut. 

Jojo menghentikan sesaat permainan itu menyadari kelincahan istrinya yang tidak seperti biasa. Ia tersenyum genit menanggapi membuat Sari kembali meraih bibir lelakinya, menunjukkan bahwa ia pun benar-benar sedang berusaha menjadi apa yang diinginkan Jojo. 

Tugas Jojo sekarang, hanya bersabar. Membimbing istrinya perlahan hingga mampu menjadi apa yang ia inginkan. Agar tak ada lagi pikiran tentang Erika melintas, menggelayuti menggoda. Jika semua kebutuhan terpenuhi, sudah pasti Jojo tidak akan bisa membandingkan Sari dengan siapapun, pikirnya. 

***

Lagi-lagi Erika hanya bisa menangis sendiri setelah terbangun dari tidur. Ia baru mengetahui akunnya telah diblokir Jojo. Tidak ada tampilan untuk mengirim pesan ke Jojo serta foto profil yang menghilang. Bahkan akun lelaki yang sangat ia cinta sudah tidak dapat dilihat. Erika tidak tahu lagi, harus bagaimana membujuk Jojo? Bahkan dengan cara apa ia bisa komunikasi lagi, jika semua kontak yang dapat berhubungan dengannya terblokir? 

Erika berpikir, apakah benar lelaki itu telah berpindah dari hatinya? Melupakan apa yang pernah terjadi? Disaat Erika mulai membenahi diri dan menaruh penuh harapan? Meyakinkan hati Jojo adalah laki-laki yang mampu bisa merubah seorang wanita simpanan itu menjadi wanita baik-baik. 

Apa jalur hitam yang Erika tempuh tidak mempengaruhi perubahan sikap Jojo? Mengapa? Mereka masih tampak mesra dan bahagia. Sementara Erika menahan sakit dan kecewa. Haruskah ia kembali ke jalan yang sesat? Melupakan angan tak sampai? 

Erika menatap dirinya dari balik cermin. Wajah cantik yang sedang menangis, berulang menggeleng. Tidak berguna wajah cantik itu, tak dapat membuat lelaki yang ia cinta kembali. Bibirnya tak henti memaki bayangan diri. Apa harus Erika sudahi? Mengakhiri segala mimpi dan inginnya? 

Lalu tangan Erika terkepal keras dan ia layangkan bogem mentah itu ke arah cermin sebagai bentuk pelampiasan. Ia sungguh merasa sudah tidak berguna. Tidak ada cinta yang bisa menggantikan posisi Jojo. 

Cermin di hadapan Erika telah menampilkan bayangan wajah cantik itu menjadi beberapa bagian dengan meninggalkan tetesan darah di beberapa titik. Bahkan darah segar itu telah menetes ke lantai. Namun, sang pemilik jemari yang terluka tidak dapat merasakan sakit pada jemarinya. 

Seolah luka itu tidak seberapa ketimbang luka hati yang tak berdarah. Rasa sakit pada hatinya jauh menutupi tetesan darah itu. Lalu, ia mengambil sepotong pecahan kaca. Berusaha menggores pada nadi. Sebuah teriakan pun keluar dari bibirnya. Ia menatap darah yang menetes dari pergelangan tangan. Sambil tertawa, Erika merasa puas. Tidak ada lagi baginya yang bisa dipertahankan di dunia ini. Mungkin, jalan pintas ini akan segera membawanya lebih tenang. 

Teriakan dari luar kamar Erika terdengar memanggil namanya. Namun, gadis yang tengah sekarat itu tidak kuasa. Hanya bisa terbaring lemas di lantai. Perlahan, penglihatannya yang ke arah langit-langit kamar, memudar.

"Tidak berguna," gumam Erika sebelum sepenuhnya kesadaran menghilang. 

Beberapa teman kos Erika yang berada di depan kamarnya, masih berusaha mengetuk pintu. Namun, mereka meminta tolong para lelaki di sana untuk mendobrak pintu karena tidak ada jawaban atau suara lagi dari Erika.

Mereka berteriak histeris kala mendapati Erika yang telah berbaring di lantai dengan tangan bersimbah darah. Matanya terpejam. Telinganya masih mendengar samar suara-suara yang memanggil-manggil. 

Mereka mencari cara menyelamatkan Erika. Seorang teman mengambil sebuah syal dari sofa kamar Erika, mengikat pada pergelangan tangan gadis sekarat itu. Berharap bisa mengurangi tumpahan darah, seseorang dengan sigap berlari menyiapkan mobil sedangkan yang lainnya mengangkat tubuh gadis itu. Mereka berusaha menyelamatkan nyawa Erika, membawanya ke rumah sakit terdekat. 

Bersambung….

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status