Share

Pertengkaran

"Hei, hei… dengar aku, Sayang. Sari akan pergi ke Makassar minggu depan. Kamu bisa tinggal di rumah dinasku sementara, gimana?"

"Kenapa harus sembunyi-sembunyi? Aku sudah bilang sama kamu, Mas. Aku mau kita segera menikah. Mumpung dia tidak disini, mengapa kita tidak menikah saja minggu depan? Jadi, aku bisa kamu bawa pulang ke rumah dinas."

Erika tampak mondar-mandir sambil berbicara. Saat Jojo mendekat dan mulai merayunya, ia kembali menghindar. Bahkan sentuhan Jojo pun ditepis. 

"Mana mungkin bisa?" tanya Jojo. 

"Bisa. Besok aku ke KUA dan urus semuanya. Kamu terima beres."

"Bukan itu maksud aku, Honey. Duitnya udah nggak ada. Aku nggak ada duit. Dari kemarin sudah mengambil uang tabungan Sari, bahkan tadi pagi buat pegangan uang makan pun aku minta ke dia. Gimana buat biaya nikah?"

"Aku ada uangnya. Kamu tenang saja. Lagi pula istri kamu itu banyak emasnya, kamu bisa pinjam dan ambil buat digadaikan sementara. Masa tidak bisa?"

Jojo terdiam mendengar saran Erika. Ia hanya menghela napas panjang. Lalu mengalihkan pikirannya dengan mengambil batang nikotin untuk dihisap. 

***

Sari mondar-mandir di ruang tamu hingga ruang tengah. Sesekali matanya melirik arah jam dinding. Ia tidak bisa tertidur meski mata telah terasa sangat mengantuk. Tubuh pun begitu lelah. Namun, pikirannya melayang. Menuntut jawaban atas tanya yang masih menjadi misteri. 

Jarum jam menunjukkan pukul  sepuluh malam tetapi tanda-tanda kepulangan Jojo belum juga terlihat. Hatinya semakin cemas, bayang wajah Erika menghantui Sari. Pikirannya tertuju pada perselingkuhan yang pernah Jojo lakukan. Hatinya terus bertanya apakah kali ini Jojo sedang membohonginya lagi seperti dulu. 

Nada sambung terdengar dari gawai Sari. Ia mencoba memanggil suaminya melalui gawai. Namun tak juga ada jawaban. Sari mengintip dari balik hordeng, ia melihat Roni yang sedang berjalan menuju rumah. Sari segera keluar dari dalam rumah, menghampiri pintu pagar. Sesaat Roni menoleh ke arah Sari yang terlihat tampak cemas. 

"Bang Roni," panggil Sari pelan. Ia membuka pintu pagar, matanya melempar pandangan ke sekitar, mencari keberadaan suaminya. "Lembur?" tanya Sari. 

"Iya. Ada apa, Mbak?" Roni sudah yakin dari tatapan mata Sari, wanita itu ingin bertanya tentang suaminya. Namun, belum sempat Sari mempertanyakan keberadaan Jojo, dari kejauhan tampak Jojo yang sedang berjalan menuju rumah. Sari membulatkan mata melihat ke arah Jojo. Lalu, ia segera berpamitan masuk ke dalam rumah dengan memberi isyarat ke Roni sebuah gelengan dan senyuman. 

Roni menoleh ke arah kanan, ia melihat Jojo juga yang sudah mulai mendekat. Roni ingat, hari ini Jojo tidak lembur, ia yakin bahwa lelaki itu masih menemui selingkuhannya. Hingga larut baru pulang dan beralasan lembur. 

Jojo yang berpikiran negatif segera mempercepat langkah kakinya. Saat melihat Roni di depan pagar rumahnya yang baru pulang. Serta Sari yang beridiri di depan rumah. Apakah wanita itu sengaja keluar rumah, pikir Jojo. Khawatir Roni telah membongkar rahasianya. Minimal memberitahu Sari bahwa suaminya tidak lembur hari ini. Mata Jojo menatap Roni tajam. Hingga lelaki yang menjadi tetangganya itu pun mengurungkan niat masuk ke rumah. Ikut menatap tajam. 

Namun, Jojo tidak ingin berdebat. Khawatir semua orang akan mengetahui rahasianya jika ia memulai omongan dengan Roni. Jojo segera masuk ke dalam rumah dan mengalihkan pandangannya. Ia menemui Sari dengan tatapan penuh amarah.  

Sari menyodorkan minum ke arah Jojo. Ia menundukkan wajah saat suaminya menatap dengan mata merah. Tidak seperti biasanya, ada apa dengan Jojo, tanya Sari dalam hati. 

"Mas, minum," ucap Sari. 

"Kamu dari mana?" tanya Jojo. Ia tidak menghiraukan dengan segelas air putih yang telah Sari sodorkan. Matanya menatap tajam Sari tanpa berkedip. 

"Nggak dari mana-mana."

"Eh, jangan kamu pikir aku nggak lihat tadi. Kamu dari luar 'kan? Ngapain? Nemuin orang depan?" tanya Jojo beruntun.

Sari tergagap. Bukan karena ia berbohong tetapi tatapan Jojo dan nada bicaranya yang tinggi membuatnya terkejut hingga ketakutan. 

"Kenapa diam? Ada hubungan apa kamu sama Roni? Kamu selingkuh sama dia?"

"Astaga, Mas. Kamu ngomong apa? Istighfar. Aku nggak ngapa-ngapain. Aku tadi cuma--"

"Cuma apa? Mana ada maling mau ngaku?"

Jojo berlalu dari hadapan Sari yang masih terpaku tidak tahu harus mengambil sikap. Sari duduk di sofa ruang tamu sambil menenangkan diri sesaat. Kini matanya meneteskan air yang tiba-tiba tumpah, tak terbendung. Namun, Jojo tidak peduli. Ia segera mengganti pakaian dan mengambil selimut. Lalu tidur di sofa ruang tengah setelah mengganti pakaiannya. 

Sari mencoba menghampiri suaminya. Sikap Jojo semakin membuatnya bertanya-tanya. 

"Mas…" 

Tidak ada jawaban dari Jojo. Lelaki itu terdiam dan berpura-pura tidur dengan memejamkan matanya. Dalam hati, Jojo tertawa. Ia harus membuat banyak masalah dan memojokkan Sari. Sehingga bisa menjadikan ini sebuah alasan pernikahan keduanya karena sikap Sari yang kurang perhatian dan selingkuh. 

Sari duduk di karpet sebelah Jojo merebahkan tubuh. Sambil menahan tangis, ia mencoba menyentuh tangan suaminya. Mengelus lembut. 

"Mas, sumpah! Aku tidak selingkuh. Tadi aku cuma menyapa Roni. Aku khawatir karena telepon kamu tapi nggak ada jawaban."

Jojo masih terdiam. Bahkan hingga beberapa menit, lelaki itu masih enggan diajak berbicara. Air mata Sari semakin deras menetes. Mengapa tiba-tiba suaminya tidak mempercayai apa yang ia katakan. Padahal selama ini, ia selalu mengalah dan percaya dengan apapun yang Jojo katakan. Bahkan, sekali pun Jojo berbohong dan menyakitinya. 

"Kamu mau membalas dendam?"

Sebuah kalimat yang membuat Sari membulatkan mata. Ia menghapus air mata dari pipinya. Sambil menahan isak tangis yang semakin membuatnya sakit, Sari menggeleng. 

"Balas dendam gimana, Mas?"

"Ya, aku salah pernah mendua. Apa sekarang ku pun berpikir akan menduakan aku?" Senyum sinis Jojo terlihat dibarengi dengan lelaki itu bangkit dari tiduran. Duduk di sofa, menatap tajam istrinya. Sari masih menggeleng. Bibirnya mencoba menjelaskan ulang. Kekhawatiran yang menusuk, tanpa ia sadari tidak seperti biasanya. 

Namun, Jojo tetap menunjukkan sikap ketidak percayaannya. Ia menutupi kesalahan yang kembali dilakukan dengan memojokkan wanita itu dan memfitnahnya. Hingga Sari tak sanggup, mendengar tuduhan yang sama sekali tidak ia lakukan. Segera wanita itu bangkit dari duduk, perlahan berjalan menuju kamar. Mencoba membaringkan tubuh di ranjang. Berharap menemukan ketenangan. 

Ia mencoba menghentikan tangis. Menghapus setiap tetesan yang terlanjur membasahi pipi. Semua tanya masih belum terjawab, sebab dari sikap aneh Jojo. Bahkan berkurang dari jumlah saldo bank yang Jojo ambil pun, belum Sari dapatkan jawabannya. 

Mata perih dan sembab bekas menangis, perlahan membuat Sari tertidur karena keadaan. Besok ia harus berangkat lebih awal karena ada beberapa pekerjaan yang harus dikerjakan. Bagi Sari, ia harus tetap profesional. Meski hatinya tengah mengalami masalah hebat. Pekerjaan kantor tetap tidak boleh ia lalaikan. 

***

Suasana pagi itu tampak hening. Sari duduk sendiri di meja makan menyantap sarapannya. Sementara Jojo memilih tidak menyentuh sedikitpun masakan yang telah disiapkan istrinya. Tangan Jojo sibuk dengan gawai yang ia genggam, sambil berkirim pesan mesra. Siapa lagi kalau bukan Erika di balik percakapan pesan itu. 

Gadis itu terus mendesak Jojo untuk segera menikahinya. Jojo hanya bisa berjanji dan janji akan mengabulkan lagi ingin si wanita selingkuhannya itu. 

"Mas… Mas?" panggil Sari. Suaminya hanya melirik sebentar ke arah sumber suara. Lalu, mengabaikan seolah tak peduli dengan panggilan itu. 

Sari hanya bisa menghela panjang napas, sambil berjalan menghampiri. 

"Aku berangkat duluan, ya? Karena ada meeting. Aku mesti prepare data-datanya sebelum jam kerja." Sari berdiri tepat di depan Jojo yang sedang duduk di sofa. Tangannya terulur, menanti respon dari Jojo. 

Namun, Jojo masih diam dan pura-pura tak peduli. Lagi, Sari hanya bisa menghela napas panjang. Tidak ada hal yang bisa ia lakukan lebih selain bersabar dan menahan tetesan tumpahan air mata. Ia memaksa tangannya menyentuh lebih dulu lelaki itu, tetapi Jojo menghindar. Bahkan ia  bangkit dari sofa menuju toilet untuk mandi. Meninggalkan wanita yang sudah sangat sabar menghadapi serta menerima apa adanya. 

Sari menoleh ke arah gawai yang berada di dalam tas saat sebuah panggilan masuk. Ia segera mengangkat nomor telepon tak dikenal karena meyakini itu adalah taksi online yang baru saja dipesan. Sari bergegas setelah menyadari ada sinar mobil di luar yang berdiam di depan rumahnya, terlihat dari balik hordeng ruang tamu. 

[Saya ke depan, Pak.]

Sari mematikan panggilan telepon setelah menjelaskan dirinya bergegas keluar.

Sementara Jojo, setelah selesai mandi, melihat ke arah luar. Sudah tidak ada Sari di sana. Senyumnya mengembang. Lalu, ia segera membuka lemari pakaian dan mencari letak perhiasan milik istrinya. 

Jojo sendiri pun tidak pernah melihat berapa banyak perhiasan yang dimiliki Sari dan disimpan dimana. Namun, imannya terguncang kala melihat benda-benda berkilauan dari sebuah kotak yang berada di laci lemari Sari. Lengkap dengan surat-surat dari emas itu. 

Bersambung ….

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status