Wu Lei tengah sibuk dengan komputernya. Bukan mengerjakan gambarannya, melainkan sedang melakukan manipulasi foto. Pria itu memberikan ide agar Lilian memakai foto profile bersama seorang pria agar teman-teman di dalam grup sekolahnya percaya jika wanita itu memiliki kekasih. Ide gila itu disetujui oleh Lilian dengan cepat dan menyerahkannya pada Wu Lei untuk mengeditnya. Wu Lei sangat piawai dalam memanipulasi foto dan hasilnya mendekati foto asli. Lilian sendiri duduk di sebelahnya sibuk dengan gambarannya yang semakin hari semakin luar biasa menawan. Butuh waktu setengah jam, Wu Lei akhirnya memberi kode pada Lilian untuk melirik hasil jerih payahnya. Lilian menoleh dan tercengang. Ilustrasi doang yah! Jangan protes wkwkkw"Benar-benar tampak nyata. Aku menyukainya, tapi ... siapa pria ini?" Lilian tidak ragu untuk memuji hasil karya Wu Lei. "Entahlah. Aku hanya mengambil foto sembarangan di Baidu. Aku pikir, penampilannya cocok denganmu," jawab Wu Lei seadanya. Lilian pun tida
Kemarin sore, Guan Xi, CEO Shanghai Publishing tempat di mana Lilian bekerja, memberitahu Lilian perihal pertemuan mereka dengan pemilik perusahaan animasi. Lilian pikir, pertemuan akan diadakan minggu depan atau bahkan bulan depan, tetapi ternyata ia salah sangka. Ekspetasinya sangat jauh dari kenyataan. Guan Xi mengabarkan jika sore ini mereka akan mengadakan pertemuan tertutup. Pertemuan itu akan dilakukan di salah satu hotel mewah yang ada di Shanghai, hotel milik keluarga Zhang. Guan Xi sudah memastikan jika tidak akan ada kebocoran identitas Lilian saat dan setelah pertemuan berlangsung. Lilian tidak dapat menolak. Wanita itu hanya bisa menghela napas kasar dan mencoba bersikap tenang. Saat ini, Lilian tidak pergi bekerja. Dirinya memilih untuk bekerja dari rumah. Sejak semalam, notifikasi ponselnya tidak berhenti berbunyi. Setelah Lilian menerima permintaan pertemanan dari Lu Wanwan, tanpa meminta izin darinya, menambahkan Lilian untuk masuk ke dalam grup kelas mereka. Di san
Louis kembali beraktivitas seperti biasa di rumah sakit. Tidurnya tidak begitu nyenyak karena terus terbayang wajah wanita dan anak kecil yang ditolongnya. Pagi ini, ia melangkah menuju ruangan dengan segelas kopi hangat yang baru saja diberikan oleh salah satu perawat. Baru di tengah perjalanan, seorang dokter cantik spesialis bedah menghampiri Louis sekadar menyapa dan memberikan satu kantong yang berisikan makanan sehat untuk sarapan. Louis menerimanya dengan ramah. Pria itu sama sekali tidak pernah menolak pemberian orang lain. Belum selesai, dua perawat menghadang jalannya dan menyodorkan sebotol jus buah dan juga satu box kecil aneka buah yang telah dipotong.Louis menghela napas. Menyenangkan sekaligus merepotkan. Hampir setiap hari kejadian itu berlangsung. Kadang kala, orang tua pasiennya turut serta untuk memberikan makanan padanya. Semua pemberian itu, sering Louis bagikan pada rekan dokter satu ruangannya.Saat hendak berbelok mengarah ke ruanga
Lilian merasa jika dirinya sedang diperhatikan oleh Victor Zhang. Lilian tidak mengerti maksud dari tatapan itu. Pria itu menyukai penampilannya? Ada sesuatu yang salah di wajahnya? Atau masih tidak mempercayai jika dirinya adalah Xi Nai? Entahlah, Lilian tidak tahu jawaban pasti dari semua pemikirannya mana yang benar. Lilian ikut mencuri lirik ke arah Victor. Wanita itu merasa wajah Victor sangat familier, tetapi ia tidak tahu pernah melihat wajah itu di mana. Mungkin saja, Lilian melihat di majalah atau iklan, sebab Victor Zhang termasuk orang yang berpengaruh di Shanghai, begitu pun keluarganya. Mereka menyudahi santapannya dan mulai mengobrol mengenai kontrak kerja yang akan ditandatangani. Victor meminta Lilian agar memantau progres animasinya secara langsung. Victor berharap dalam hati, Lilian menyetujuinya, tetapi ternyata tidak semudah itu. "Maaf, tetapi saya tidak bisa mengabulkan permintaan anda. Saya cukup banyak memiliki pekerjaan yang harus diselesaikan. Seperti yang l
Utusan Victor memberitahu Tuannya, jika Lilian menjadi korban bully teman-teman satu sekolahnya. Namun, wanita itu tidak lemah sehingga bisa membalas setiap perkataan yang menjelekkannya. Victor yang mendengar informasi itu bergegas turun menuju restoran tempat di mana Lilian mengadakan reuni. Akan tetapi, keinginannya tidak berjalan lancar untuk segera menjadi pahlawan bagi wanita incarannya. Victor bertemu dengan kolega kerja berasal dari luar negeri yang kebetulan menginap di hotelnya. Pebisnis tampan itu tentu saja harus berbasa basi, menyapa dan berbincang meskipun hanya sejenak. Victor berdiri di depan pintu masuk restoran. Dari sana, ia bisa melihat punggung Lilian yang duduk di antara teman-temannya, hanya saja tampaknya semua dalam keadaan baik-baik saja. Di dalam restoran, Lilian kembali dipancing emosinya oleh Lu Wanwan. Wanita itu bahkan sebelumnya tidak terpikirkan jika foto yang diedit oleh Wu Lei memang sangat mirip dengan Victor. Lilian merasa sangat celaka. Beberapa
Lilian menatap lekat genggaman tangannya dan Victor. Keduanya melangkah menuju lift khusus yang berada pada ujung lorong. Lilian masih sulit mencerna semua kejadian hari ini. Wanita itu melirik Victor dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Keduanya berjalan berdampingan dengan hening. Tidak ada yang ingin membuka suara selama berada di lorong. Saat di dalam Lift, Victor menoleh ke arah Lilian dan tersenyum. Bukan balasan senyum menawan diberikan Lilian, tetapi sebaliknya sebelah telapak tangan Lilian melayang dan mendarat tepat di pipi kiri Victor. Sontak Victor terkejut lalu genggaman tangan mereka terlepas. Kedua alis Victor bertaut, menatap Lilian bingung. "Itu bayaran untuk ciumanmu tadi," desis Lilian. Wanita itu menatap kedua bola mata Victor dengan berani. Tidak ada kelembutan di sana, apalagi gairah besar yang siap meledak seperti malam itu. Lilian yang berada di hadapan Victor seperti jelmaan wanita lain. "Seharusnya kau berterima kasih padaku, bukan justru menamparku,
Jeff melakukan perjalanan menuju ke wilayah Tiongkok Barat yaitu kota Chongqing. Chongqing berada di tepi Sungai Yangtze, salah satu kota yang berlimpah dengan budaya, sejarah dan kuliner yang lezat. Perjalanan Jeff kali ini untuk melakukan pemotretan sampul majalah sekaligus liburan satu hari berkeliling mengunjungi tempat-tempat wisata yang ada di Chongqing. Pria itu tampak antusias. Dengan pergi ke sana, Jeff bisa menggali ide baru untuk menulis lirik lagu dan juga membuat musiknya. Kepergian Jeff ke Chongqing bersama dengan asisten pribadi, manajer dan juga empat bodyguardnya. Saat sampai di bandara, para fans penyanyi tampan itu sudah berjejer dan berkerumun menyambut kedatangannya sambil membawa spanduk atau hanya ingin mengambil gambarnya. Jeff melambaikan tangan, menyapa semua orang yang datang ke sana untuk sekadar melihatnya. Jeff menerima banyak surat dari penggemar, tetapi pria itu menolak untuk diberikan hadiah berupa barang dan juga makanan. Jeff hanya menerima surat,
Victor berjalan di depan Lilian. Wanita itu mengekor, melewati lobi hotel dengan masker menutupi sebagian wajah. Victor membukakan pintu penumpang untuk Lilian masuk ke dalam mobilnya membuat beberapa pegawai hotel itu takjub, tetapi tidak ada satu pun yang berani mengucapkan sepatah kata pun. Victor benar-benar menaruh peraturan menjaga privasi tamu agar dipatuhi oleh semua pegawainya di seluruh perusahaannya. Victor mengambil tempat duduk bersebelahan dengan Lilian. Saat di mobil, Victor kembali menyatukan jari jemari mereka agar menggenggam satu sama lain. Lilian melirik sekilas, lalu membuang pandangan ke jalanan. Mengabaikan perlakuan Victor yang tentunya tidak bisa dilarang. Helaan napas kasar Lilian terdengar oleh Victor, membuat pria itu menoleh. "Di mana apartemenmu?" tanya Victor. "Zaozhuang Road, Blue Court Place Jingqiao Middle Ring," jawab Lilian. Victor mengangguk mengerti. Lingkungan tempat tinggal Lilian berada di tengah kota. Akses menuju landmark kota Shanghai p