"Nanti, kau datang temuiku gadis kecil. Ada yang mau kubicarakan padamu." ujar tuan Adam.
"Baik, tuan. Nanti aku akan datang menemui tuan." sahut Kirana pelan.
Tuan Adam ingin bertemu dengannya. "Apa yang ingin tuan bicarakan, ya? Apa dia ingin memecatku?" batin Kirana dalam hati.
Tok! Tok!
"Tuan, ini aku Kirana. Apa aku boleh masuk? Katanya, tuan ingin bertemu denganku." ucap Kirana dari depan pintu kamar tuan Adam.
"Masuklah! Pintu tidak di kunci,"sahut tuan Adam pelan.
"Permisi, tuan. Ada apa ya tuan ingin bertemu dengan aku?" tanya Kirana bingung.
"Ada apa? Tentu saja, ada yang ingin aku bicarakan padamu. Ini berkaitan dengan kau berduaan dengan Erik. Kau ingat perja
"Paket dari siapa itu?" tanya tuan Adam yang kebetulan lewat di depan Alex yang sedang membuka paket. "Ini buket bunga mawar, tuan. Tapi, saya juga tidak tahu siapa pengirimnya. Tidak ada nama pengirimnya. Ini ada selembar kertas tapi hanya tertulis kata-kata pendek yang sepertinya memang ditujukan untuk nona Kirana, tuan." tutur Alex heran. "Buket bunga? Untuk Kirana? Aneh, sebenarnya siapa yang mengirimnya? Hanya ada dua orang yang akan mengirim ini. Kalo bukan pria itu, lalu pasti satu lagi adalah Erik.Iya, mungkin Erik." ujar tuan Adam yakin. "Tidak, mungkin tuan. Pasti pengirimnya bukan tuan Erik. Kalo menurutku mungkin ini dari pria itu. Kemarin saat, dia datang dan tuan mengusirnya pria itu kelihatan tampak sangat putus asa." ucap Alex pada tuan Adam. "Bisa jadi. Buang saja buket b
"Siapa gadis kecil tamunya?" teriak tuan Adam dari dalam rumah. "Bukan siapa-siapa tuan. Sepertinya, hanya orang iseng tuan." sahut Kirana dengan suara keras. "Oh ya, sudah. Sebaiknya kau masuk saja. Kalo cuma orang iseng. Jangan berlama-lama diam di luar." ucap tuan Adam lagi. "Baik, tuan. Ini aku juga mau masuk." sahut Kirana tak kalah keras. "Pulanglah. Dan, jangan datang lagi. Karena, aku tak mau bertemu lagi denganmu." usir Kirana kesal. "Sekali lagi, aku minta maaf, Kirana. Maaf, karena aku telah menyakitimu dan membuatmu terluka berkali-kali." ucap Edward penuh penyesalan. "Sudahlah, lupakan saja! Akan lebih baik bagi kita jika kita tidak bertemu lagi." ujar Kirana lagi. "Kau
"Sudah setengah tahun, aku bekerja di rumah tuan Adam. Tapi, hubunganku dengan tuan Adam belum juga mendapat kemajuan. Yang ada karena tuan Edo hubunganku jadi semakin jauh dengan tuan Edo." batin Kirana dalam hati. "Apa tuan Edo cinta atau tidak padaku ya?" gumam Kirana pelan. Kirana merasa pusing dibuatnya. Kisah cintanya yang tidak jelas entah akan dibawa kemana. Kirana merasa tak sanggup lagi tinggal di sini. Kirana ingin berhenti Kerja saja dari rumah tuan Adam. Tok! Tok! "Ya, masuklah!" sahut tuan Adam dari dalam ruang kerjanya. "Kenapa kau berdiri saja di situ gadis kecil? Bukankah kau datang ke ruang kerjaku untuk menemuiku? Apa ada yang ingin kau katakan?" tanya tuan Adam pelan. "Eng,.., aku rasa aku mau berhenti Kerja dari sini tuan "
"Ayo, kamu harus ikut aku ke RS gadis kecil! Kalau kamu sakit bisa repot aku. Tidak ada yang membantuku mengurus rumahku yang besar itu." ajak tuan Adam lagi. "Sudah kubilang tidak perlu tuan. Aku tidak perlu ke RS. Aku hanya perlu tidur dan mungkin juga harus menjauh dari tuan untuk sementara." sahut Kirana malas. "Menjauh dariku? Kenapa? Memangnya aku yang menularkan penyakit padamu?" tanya tuan Adam semakin bingung. "Bukan! Bukan tuan yang menyebabkan aku sakit. Tapi, perasaanku yang terlalu besar pada tuan. Aku sungguh tidak tahan lagi dengan perasaan ini. Aku merana tuan. Karena rasa cinta ini." ucap Kirana panjang. Kirana memberanikan dirinya untuk mengatakan yang sebenarnya pada tuan Adam. Kirana sungguh tidak tahan lagi pada perasaannya. "Jadi, kau sakit karena kau memendam rasa c
"Maksudmu, majikanku kenapa?" tanya Kirana bingung. "Maksudku...," Alice memutus ucapannya sesaat karena terdengar suara ketukan lagi di pintu depan rumah tuan Adam. Tok! Tok! "Gadis kecil! Itu ada siapa lagi. Cepat kau buka pintunya!" teriak tuan Adam dari dalam ruangan. "Baik, tuan. Akan aku bukakan pintunya. Tunggu, sebentar ya, Alice. Aku buka pintu dulu. Aduh, siapa lagi sih yang datang?" keluh Kirana jengkel. Klik! "Esti? Dan kau Rima bukan? Kenapa kalian semua malah datang ke sini? Aku jadi tak mengerti. Sebenarnya, siapa yang mengundang kalian semua?" tanya Kirana heran. "Sudah kubilang majikanmu." ujar Alice tenang. "Oh, ternyata kalian semua sudah datang
"Aduh, gimana ini? Kalo hitam begini aku kan, jadi malu kalo bertemu orang." jerit Kirana panik. "Kirana, tenang lah! Cara terbaik untuk menghilangkan hitam itu adalah tidur." saran tuan Adam. "Aduh, tuan bagaimana sih? Aku sedang panik karena warna hitam ini. Tuan malah menyuruh ku tidur." ujar Kirana jengkel. "Benar, Kirana percayalah padaku. Untuk menghilangkan warna hitam tidur adalah yang terbaik. Lebih baik, kau tidur sana!" perintah tuan Adam pada Kirana. "Baiklah, tuan aku akan tidur saja." sahut Kirana sambil berbalik masuk ke dalam kamarnya. Kirana menjatuhkan tubuhnya ke atas tempat tidurnya. "Ayah, aku harus bagaimana ya? Apa tuan Adam tidak akan berubah? Kirana takut kalau tuan Adam beruba
"Apa tuan akan menikah? Dengan siapa? Tapi, kenapa tuan meminta aku untuk membaca ini?" tanya Kirana bingung. "Tentu saja, aku akan menikah. Tapi, tidak sekarang. Nanti. Dan, bukan dengan orang lain. Tapi, denganmu. Maka dari itu kau kuminta untuk membaca dulu syarat-syaratnya itu. Kalau ada yang tidak kau mengerti kau bisa tanyakan padaku. Aku dengan senang hati akan menjelaskannya padamu. " ucap tuan Adam yang membuat Kirana terheran-heran. " Menikah? Denganku? Bagaimana mungkin? Apa tuan Adam tidak salah bicara? " batin Kirana dalam hati. "Bagaimana? Apa kau akan mempelajari dulu syarat-syarat tersebut?" tanya tuan Adam lagi. "Baiklah, tuan. Aku akan mempelajarinya lebih dahulu." sahut Kirana sambil membawa selembar kertas itu keluar dari ruang kerja tuan Adam. 
Alex hanya menunduk. Alex tidak berani menatap tuan Adam. "Maaf, tuan. Saya hanya mengatakannya pada satu orang. Saya tidak tahu bagaimana bisa menyebar ke semua para wanita itu?" ucap Alex merasa bersalah. "Alex! Saya tunggu kamu di ruangan kerja saya. Dan, kamu urus para wanita itu. Saya gak mau tahu bagaimana caranya terserah padamu. Pokoknya, saya mau kamu bubarkan kerumunan itu. Terserah kamu bagaimana caranya?" perintah tuan Adam kesal. Tuan Adam hanya memijat pelipisnya. Pusing. " Sudah! Sudah! Bubar sana! Berita itu tidak benar. Lebih baik, kalian bubar. Sebelum tuan Adam memanggil polisi. "hardik Alex pada kerumunan wanita itu. "Ya, siapa sih yang menyebarkan rumor itu? Berita tidak benar saja di sebarin." ujar salah satu wanita itu m