“Ya gue nggak mau lah kalo misalnya suatu hari nanti ada kejadian mereka berantem terus cowok gue jadi bonyok-bonyok mukanya,” kata Dania.“Oh, lo lebih sayang kalo lihat Endra harus bonyok kalau suatu saat dia harus berkelahi sama Zevan gitu?” tanya Sisil.Dania mengangguk. Walaupun sebenarnya bukan itu yang dia inginkan. Dia tak ingin kedua-duanya terluka.“Udah sih, Dan, mereka berdua udah sama-sama gede. Mereka pasti tahu batasan sampe mana harus saling nyakitin. Kelihatannya gitu kalo salah satu sakit juga yang satunya bakalan sedih,” kata Sisil.Dania menghembuskan napas panjang. “Mungkin emang nggak seharusnya gue ikut campur,” katanya.Tapi, dalam hati Dania bertekad akan berusaha terus membuat mereka damai. Kalau perlu, dia akan mendekati ibunya Endra dan berbicara dengan wanita itu.***Seperti rencana Dania sebelumnya. Kalau dia gagal merayu Endra untuk berbaikan dengan Zevan, maka sekarang dia harus membujuk Zevan.Dania mendekati Zevan sesaat setelah latihan berakhir. Gad
Setelah berkeliling pabrik mebel itu selama hampir satu jam, Endra lalu berpamitan. Mereka lalu mencari rumah makan terdekat untuk makan siang. Keduanya sepakat untuk makan di restoran seafood yang loksinya sekitar satu kilometer dari pabrik mebel itu.“Lo mau pesen apa, Kar?” tanya Endra sambil membolak-balik buku menu.“Aku cumi aja deh, Pak,” katanya.“Cumi satu sama lobster satu ya,” kata Endra.“Minumnya apa, Kar?” tanya Endra.“Saya mau jus melon aja, Pak,” jawab Karra.“Gue juga deh,” sahut Endra. Dia lalu berpaling pada pramu saji, “jus melonnya dua.”Duduk bersama Endra seperti ini membuat Karra tersiksa. Rasanya seperti tidak mungkin dia menjauh dari Endra. Sangat mustahil bahkan. Kecuali kalau Karra mau resign dan berhenti bekerja di perusahaan Endra.“Kar, lo ngelamun?” kata Endra.“Eh, enggak, Pak,” sahut Karra, “sa ... saya cuma kepikiran tadi kerjaan saya bisa saya selesaikan nggak dalam sehari. Karena saya agak keteteran.”Endra mengangguk-angguk. “Ya habis ini kan ki
Karra melihat akun dateapp-nya lagi. Match-nya yang terakhir rupanya sudah tak membalas pesannya lagi. Terakhir laki-laki itu online ya saat dia berbalas pesan dengan Karra beberapa hari lalu itu.Lalu Karra memutuskan untuk mencari match lagi. Setelah beberapa kali melakukan swipe kanan dan kiri dia akhirnya menemukan satu match yang menurutnya cocok dengannya. Laki-laki itu cukup tampan, waalaupun tetap saja di mata Karra tidak bisa menandingi ketampanan Endra. Dari posturnya, laki-laki itu cukup tinggi dan bentuk tubhnya atletis.Tanpa ragu, Karra lalu memulai untuk menyapa lebih dulu.Karra:Malem.Karra bersyukur karena match-nya itu meresppon dalam hitungan detik.Ardhy:Malem.Karra:By the way, Ardhy Jakarta mana?Ardhy:Jakpus. Kamu?Karra:Serius? Aku Jakpus juga loh.Ardhy:Beneran? Wah, kayaknya kita jodoh.Karra tersenyum masam. Dia agak kurang nyaman dengan laki-laki yang baru sekali chat sudah membawa-bawa kata jodoh. Untuk melihat seseorang bisa benar-benar sehati deng
Karra memasuki sebuah ruangan yang besar dan megah. Di dalam ruangan itu sepertinya sedang diadakan sebuah pesta. Ada banyak sekali orang di sana. Semuanya berpakaian serba mewah. Yang perempuan memakai gaun, sementara yang laki-laki memakai jas. Suasananya seperti pesta kerajaan seperti yang biasa Karra lihat di film Cinderella.Karra mencoba masuk dan berjalan lebih jauh. Tak peduli kalau nanti dia akan diusir karena pakaiannya tidak terlalu bagus. Dia hanya ingin menikmati suasana pesta.Tetapi pada akhirnya Karra menghentikan langkahnya karena dia melihat Endra dan Dania. Mereka berdua sedang berdansa. Dania memakai gaun berwarna nude pink. Dia tampak seperti seorang puteri. Sementara Endra menggunakan tuxedo berwarna hitam. Laki-laki itu terlihat berkali-kali lipat lebih tampan.Dada Karra sesak saat melihat Endra Dan dania berciuman. Bersamaan dengan itu air matanya jatuh membasahi pipi. Dia lalu berteriak kras-keras. Bersamaan dengan itu matanya terbuka.Napas Karra tak beratur
Mimpi Karra semalam benar-benar membuat gadis itu terpukul. Semalam, setelah kembali dari dapur dia tak bisa tidur lagi. Sekalinya mencoba memejamkan mata, dia tak bisa tidur nyenyak. Lalu paginya sekitar jam lima dia menangis lagi.Sebelum bertemu dengan Endra, Karra pernah jatuh cinta. Tapi tak semenyakitkan sekarang. Seandainya dia bisa menjauh dari Endra dengan mudah.Tak ingin pusing sendiri, Karra lalu melakukan panggilan video call ke nomor Lya. Dia menghembuskan napas lega karena gadis itu menanggapinya dalam hitungan detik.“Pagiii, tumben lo nelfon pagi-pagi. Ada apaan?” kata Lya saat wajahnya muncul di layar.“Gue mau cerita sama lo,” kata Karra.“Cerita apaan?” tanya Lya. Dia mendekatkan wajahnya ke layar, seolah ingin memperhatikan wajah Dania lebih jelas, “kok mata lo sembab sih? Lo abis nangis ya?”Karra tersenyum miris. “Penyebab dari sembabnya mata gue ini yang ingin gue ceritain ke lo,” katanya.“Pasti karena Endra?” tebak Lya.Karra mengangguk.“Ngapain lagi tuh ana
Semalam Karra mimpi buruk lagi tentang Endra dan Dania. Ya, sebenarnya mimpi itu indah kalau yang memimpikan Dania atau Endra. Karena di dalam mimpi itu tidak ada hantu yang muncul dan tidak ada sesuatu yang menyeramkan.Di dalam mimpi Karra itu, Dania dan Endra bermesraan lagi. Kali ini tidak di dalam sebuah pesta tapi di rumah Endra. Mereka bercumbu seperti orang kesetanan. Dania sangat menikmati setiap sentuhan Endra.Karena mimpi itu, Karra tidak bisa tidur, lagi-lagi. Dia terjaga dari jam tiga sampai sekarang ketika jam di ruangan kerjanya menunjukkan pukul setengah delapan pagi. Akibatnya dia jadi lemas dan mengantuk. Wajahnya terlihat layu. Kondisi Karra yang seperti itu terus berlangsung sampai dia meeting bersama Endra dan beberapa tamu undangan yang semuanya merupakan investor.Karra tak menyangka Endra akan menyadari kondisinya yang seperti itu. Tapi nyatanya laki-laki itu menyadarinya. Sesaat setelah semua tamu undangan keluar dari ruang meeting, Endra menegurnya.“Lo saki
Karra masih membayangkan wjah lucu Endra saat laki-laki itu bingung sesampainya di kamar. Sebenarnya, dia tak bermaksud membuat Endra menjadi seperti itu. Semua terjadi begitu saja di luar prediksinya. Tapi, kalau dipikir-pikir, seru juga ya membuat Endra bertanya-tanya karena penasaran seperti itu.Setelah terduduk di ranjang, Karra memutuskan untuk bercerita pada Lya tentng apa yang dialaminya di kantor dengan Endra. Gadis itu lalu menelfon temannya itu. Dia menceritakan kejadian awal saat dia pingsan sampai saat dia dan Endra ada di dalam mobil saat laki-laki itu hendak mengantarkannya pulang.“Sumpe loh?” kata Lya saat Karra mengakhiri ceritanya.“Iya, Lya. Ngapain sih gue ngarang cerita.“Menurut gue, Endra itu tergolong orang yang nggak peka ya,” kata Lya, “kan selama ini lo bilang kalo lo selalu berusaha narik perhatian dia dengan cara apa pun dan itu nggak berhasil. Kalo termyata dia memang suka dibikin penasaran. Berarti ya itu cara paling efektif buat dia kepikiran terus sam
Zevan memutuskan untuk menghabiskan waktu di kafetaria hotel saat orang-orang menghabiskan waktu untuk makan bersama. Dia duduk di sudut kafe. Di mejanya ada seporsi wafle dan se-cup vanila latte.Saat sedang menikmati wafle-nya, Zevan tiba-tiba terpikirkan Dania. Bagaimana kalau ternyata apa yang Sisil katakan benar? Bagaimana kalau trnyata diam-diam dia mulai tertarik dengan Dania tapi dia tak menyadarinya?Sadar pemikirannya terlalu melantur, Zevan lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. Sejauh ini, dia tak pernah sekali pun suka dengan gadis yang disukai Endra. Mereka memiliki perbedaan yang kontras dalam selera dan memilih seorang gadis untuk dijadikan pasangan.Saat sedang membantah segala kemungkinan tentang kedekatannya dengan Dania, gadis yang dia pikirkan datang. Dania berjalan ke arahnya sambil tersenyum manis.“Boleh join nggak?” tanya Dania saat langkahnya terhenti di dekat meja Zevan.“Boleh ... boleh,” sahut Zevan, “ini kan tempat umum. Ya masak gue mau usir lo.”Dania ter