Zevan sedikit kaget ketika sampai di Surabaya. Ternyata ibukota provinsi Jawa Timur itu memiliki beberapa kemiripan dengan Jakarta. Terutama dari segi macetnya, panasnya dan pulusinya. Padahal sebelumnya dia pikir kondisi lingkungan di Surabaya akan beda jauh dari Jakarta.Saking panasnya, belum ada setengah hari berada di Surabaya, laki-laki itu sudah mandi dua kali.“Lo bukannya tadi pagi pas nyampe sini udah mandi?” tanya Sisil ketika melihat rambut basah Zevan saat akan berangkat ke Grand City.“Iya mau gimana lagi. Panas banget sih,” kata Zevan.“Iya, ya, ternyata panasnya ngak beda jauh sama Jakarta,” kata Sisil.“Walaupun pas di Semarang kemaren juga panas sih. Tapi di sana macetnya nggak separah di sini. Ini sih udah kayak kakak-adek banget lah sama Jakarta,” kata Zevan.Sisil terkekeh. “Bukan cuma orang ya yang kakak-adek, tapi kota juga,” katanya.Zevan mengangguk. “Semua sudah pada ngumpul kah di bawah?” kata Zevan. Dia lalu mengunci pintu kamarnya.“Udah sih. Tinggal Dania
Karra mengetuk pintu setibanya di depan rungan Zevan. Karena tak ada sahutan, gadis itu lalu mencoba membuka pintu. Dia memegan handle pintu dengan tangan kirinya.Endra rupanya sedang tertidur. Dengan hati-hati, Karra lalu meletakkan cangkir di meja Endra dengan sangat hati-hati. Dia tidak mau bosnya terbangun.Selama beberaba menit mengamati wajah Endra saat sedang tidur membuat Karra takjub. Raut wajah laki-laki itu terlihat sangat damai. Dia ingin menyentuhnya, tapi takut Endra terbangun. Akhirnya Karra memutuskan untuk duduk di kursi di seberang meja. Dia tersenyum-senyum sendiri mengamati laki-laki itu.Namun semakin lama memperhatikan Endra, keinginan Karra untuk menyentuh wajah laki-laki itu muncul lagi. Dengan hati-hati sekali, Karra lantas menggerakkan tangannya. Dengan pelan, dia menyentuh pipi Endra. Dalam waktu sepersekian detik setelah itu, kepala Zevan bergerak. Tentu saja Karra buru-buru menarik tangannya.Perlahan, Endra membuka mata. Laki-laki itu gelagapan saat mel
Dania merebahkan tubuhnya di kasur setibanya di hotel. Perjalanan konser Evolution belum sampai separuh, tapi gadis itu sudah merindukan kehidupan normalnya. Kehidupan dengan jam tidur delapan jam dal semalam.“Yaampun, Dan, lo mau tidur lagi?” kata Sisil.Dania tak menjawab Sisil, dia malah menarik guling dan menyembunyikan wajahnya di balik guling itu.Sisil berkacak pinggang sambil geleng-geleng kepala. Dia lalu mengguncang-guncang tubuh Dania. “Bangun woy!” katanya.Dania bangkit. Dia lalu duduk di tepi ranjang.“Gue kangen hidup normal gue,” kata Dania.Sisil mengerutkan kening. “Maksud lo? Yang normal dan nggak normal itu kayak gimana?” tanyanya.“Ya hidup normal gue itu gue tidur delapan jam setiap malem. Terus tidurnya juga di kamar gue sendiri. Bukan pindah-pindah dari hotel ke hotel kayak gini,” kata Dania.Sisil tertawa. “Homesick lo?” tanyanya.“Terserah sih lo nyebutnya apa. Yang pasti gue kangen hidup normal gue,” kata Dania.Sisil terkekeh lagi. “Ya, mau nggak mau lo ha
Endra tersenyum. Dia lalu maju lagi. Dengan gesit tangan kanannya lalu meraih pinggang Dania, membuat tubuh mereka tak berjarak.“Aku kangen banget sama kamu,” kata Endra.Dania tersenyum. Dia mendongak. Ditatapnya laki-laki yang lebih tinggi lima sepulu senti meter darinya itu dengan tatapan takjub. Endra sungguh sangat tampan. Seketika Dania merasa sangat beruntung.Saat Endra mendekatkan wajahnya, jantung Dania berdegup berkali-kali lipat lebih cepat dari biasa. Saat bibir kekasihnya itu menyentuh bibirnya dengan perlahan, Dania memejamkan mata. Lalu dalam hitungan detik, keduanya beradu pagutan. Dania tak mau Endra mendominasi. Semakin intens serangan yang Endra lakukan, semakin intens juga balasan yang dia berikan. Sehingga meski dia merasakan tangan kanan Endra berkelana, dia seolah tak peduli. Baru setelah kehabisan napas, dia menarik diri.Dania mengerutkan kening saat melihat Endra tertawa kecil sambil menatap wajahnya.“Ke .. napa?” tanya Dania. Suaranya pelan lantaran napas
Dania membuka mata perlahan. Dia tersenyum ketika menoleh dan melihat Endra tidur di sampingnya sambil memeluk erat sebuah guling. Laki-laki itu tidak memakai selimut karena selimutnya dipakai untuk menutupi tubuh Dania. Lantaran ingin ke kamar mandi, Dania lalu bangkit. Dia membelalakkan mata saat selimut yang menutupi tubuhnya melorot.Bagaimana bisa dia menggunakan kemeja pria? Dia lebih terkejut lagi saat melihat bajunya terlipat rapi di atas nakas.“Sori, ya, aku pikir kayaknya kamu nggak bakalan nyaman kalo tidur pake T-Shirt tebel sama celana jeans, jadi aku gantiin,” kata Endra.Dania lalu menoleh pada Endra yang sudah membuka mata tapi masih memeluk guling. Dia lalu menelan ludah. “Ka ... kamu,” katanya sambil menunjuk Endra.Endra melepaskan pelukannya pada guling. Dia lalu bangkit duduk. “Aku kenapa?” tanyanya.“Kamu lihat ... li ... hat ....”“Sori, aku nggak tega mau bangunin kamu dan nyuruh kamu ganti,” kata Endra. Dania reffleks menyilangkan kedua tangannya. “Ih, malu
Jam di ponsel Dania sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Namun, bukannya tertidur, gadis itu malah semakin cerah matanya. Dia lalu menoleh pada Sisil yang terbaring di sampingnya. Wanita itu sepertinya sangat kelelahan. Dania lalu mengambil selimut dan menyelimuti tubuh wanita itu. Kasihan Sisil. Wanita itu pasti sangat lelah karena tadi sempat tikut menenangkan fans yang sedikit ricuh di pertengahan konser.Merasa jenuh, Dania lalu melihat ponselnya. Gadis itu lalu mengecek akun Instagramnya. Lagi-lagi, gadis itu dibuat panas dengan postingan Karra yang muncul di timeline-nya.Di akunnya, Karra mengunggah foto Endra yang tengah duduk di meja kerjanya. Laku-laki itu terlihat fokus menatap laptop. Filter foto itu hitam putih. Karra menulis kata ‘orang ganteng ini janji ngajak liburan ke Bali, Guys. Aku inget-inget ya. Kalo sampe diingkari janjinya, enaknya diapain?’ sebagai caption di foto itu.Saat membaca kolom komentar, dada Dania semakin panas. Ada teman Karra yang men
“Mulai deh,” kata Endra, “aku nggak akan ter ....”Endra memutus kalimatnya. Dia ingin bilang tak akan tergoda dengan wanita lain. Namun nyatanya dia baru saja tergoda dengan tubuh sekertarisnya yang ternyata cukup seksi. Mengingat kejadian itu, kepalanya pening lagi.“Nggak akan apa?” tanya Dania.“Eh ... iya,” sahut Endra.“Nggak akan apa?”“Nggak ... lupain aja, “ kata Endra.Terdengar hembusan napas Dania dari seberang. “Beneran nggak ada apa-apa?” tanya Dania.“Nggak, By the way, kamu kirim foto-foto kamu selama ikit tour dong. Buat obat kalo misalnya aku lagi kangen,” kata Endra.Terdengar suara tawa Dania. “Emang bisa ngobatin?” tanyanya.“Nggak sih,” sahut Endra, “ya seenggaknya mengurangi.”“Boleh. Habis ini aku kurim. Oh iya, fotonya selfie yang wajah aja, setengah badan apa full badan?” tanya Dania.“Apa aja sih,” kata Endra, “yang topless juga gapapa kalo ada.” Dia lalu terbahak.“Dasar omes!” sahut Dania, “yaudah, aku matiin dulu ya. Habis ini langsung aku kirim fotonya.
@tiar**** “Nggak tau kenapa kok gue yakin banget ya malem ini lo peluk jas itu buat nemenin lo tidur, Kar.” @karraalexandra “Bener nggak ya tebakan lo? Bener sih kayaknya. Wkkwkwk” Karena dada dan pikirannya panas, Dania pun terjaga sampai pagi meski tubuhnya terbaring. *** Endra menyempatkan untuk mengecek ponselnya sselagi dia memanasi mobil. Seperti biasa, dia melakukan itu untuk mengecek kalau-kalau ada anak buahnya yang tiba-tiba izin untuk absen dan sejenisnya. Tetapi ternyata tak ada chat dari pegawainya. Yang ada malah chat dari Dania. Dia mengerutkan kening ketika membaca chat dari kekasihnya itu. IshaDania: Kamu nggak pernah kah ngecek I*******m? Penasaran dengan apa yang dimaksud Dania, Endra lalu mengetik balasan dengan cepat. Endra: Enggak. Aku jarang banget main sosmed. Aku nggak segabut itu, Yang, untuk punya waktu scrol-scrol I*******m. Kenapa sih emang? Endra menunggu dalam hitungan menit sebelum akhirnya chat Dania masuk. IshaDania: Kalo nggak sibuk, co