Happy Reading . . . *** "Apakah ia akan datang ke pesta temanmu itu?" "Kemungkinan besar. Seperti yang sudah aku katakan kemarin, Sayang. Rupanya Larry mengenal baik juga dengan bajingan itu. Dan pesta malam ini semua yang berteman baik, akan diundang olehnya." "Bagaimana bisa Larry berteman denganmu, tetapi ia juga berteman baik dengan musuhmu? Aku sungguh tidak mengerti dengannya," tanya wanita itu dengan heran sambil memperhatikan dirinya di depan cermin, yang saat ini sudah begitu sempurna dengan penampilannya yang akan pergi ke sebuah pesta. Gaun bewarna merah yang mencetak tubuh sempurna wanita itu, dipadukan dengan sepatu hak tinggi bewarna senada setinggi 8 centimeter yang semakin memperlihatkan kaki jenjang Nalla di belahan gaun setinggi paha kaki kanan wanita itu. "Sayangnya dia teman lamaku. Jadi, mau tidak mau aku harus datang di pesta pertunangannya ini." "Dan jika sampai pria itu datang, sepertinya aku langsung diculik setelah mengingat sudah hampir 1 minggu, aku p
Happy Reading . . . *** Wanita itu hanya bisa mengeluarkan desahan kecilnya, disaat sang pria sedang memberikan kenikmatan dengan memenuhi dirinya. Nafas panas yang saling berhembus dan beradu, menjadikan bukti bahwa percintaan kedua insan itu begitu terbakar akan api gairah. Kedua tatapan yang saling berpandangan itu, seakan menghanyutkan mereka dalam sebuah kesenangan yang telah mereka ciptakan. Hingga pada akhirnya, kedua insan itu saling menahan teriakkan bersamaan dengan sampainya mereka pada hal yang sejak tadi sudah mereka saling gapai. Nafas memburu pria itu mengiringi dirinya yang sedang menidurkan tubuh di samping sang wanita yang sedang menarik selimut untuk menutupi tubuh polos keduanya. "Selamat pagi," ucap Nalla sambil menampilkan senyuman manisnya kepada sosok pria di sampingnya yang tidak lain adalah Jacob. Sapaan itu membuat Jacob tersenyum kecil dibuatnya. Seperti yang sudah pria itu katakan kemarin malam, jika ia ingin melakukannya bersama Nalla di pagi setelah
Happy Reading . . . *** Jacob melangkahkan kakinya dengan cepat setelah ia mengendarai mobil dengan kecepatan di atas rata-rata untuk menembus jalanan, dan kini pria itu sudah berada di rumah sakit. Dan pada saat dirinya sudah berada di bagian gawat darurat, dari kejauhan pria itu sudah bisa melihat keberadaan Norah yang sedang memeluk Valyrea di kursi ruang tunggu, tidak jauh dari pintu ruang gawat darurat. "Hei, bagaimana ini bisa terjadi?" Tanya pria itu setelah ia mendudukkan diri di samping Norah dan langsung merangkul bahu sang istri ke dalam pelukannya. "Ini salahku, aku bukanlah Mommy yang baik." Balas Norah dengan air mata yang tadi sudah sempat reda, namun kini kembali menetes lagi. Berniat untuk menenangkan hati sangat istri, Jacob pun mengangkat Valyrea dan menggendongnya agar pria itu semakin dapat menarik tubuh Norah ke dalam pelukannya. "Ini bukan salahmu, Norah. Dan kau tidak perlu menjelaskannya dulu jika kau masih belum siap." "Tadi pagi setelah terbangun dari
Happy Reading . . . *** Dengan begitu sabar dan perhatiannya, Jacob menyuapi sesendok demi sesendok makan siang untuk Nalla yang masih terbaring di atas ranjang dengan lemah. Wanita itu begitu kehilangan banyak darah sehingga pemulihannya pun menjadi sedikit lama. "Aku bisa memakan makananku sendiri." "Kau cukup diam dan terima suapan ini saja," balas pria itu sambil memberikan suapan terakhir makanan Nalla yang sudah habis itu. "Sehabis ini kau bisa pergi. Aku bisa mengurus diriku sendiri." "Apa kau ingin buah apel? Saya bisa mengupaskannya." "Aku sudah kenyang." "Apa kau sedang menginginkan sesuatu yang lain? Saya bisa membelikannya." "Jacob, aku serius! Kau bisa pergi, jika kau tidak ingin di sini. Jangan memaksakan dirimu yang ingin berpura-pura berada di sini. Aku bisa mengurus diriku sendiri. Aku tidak ingin terus merepotkanmu." "Tetapi saya tidak merasa seperti itu. Dan saya memang ingin berada di sini, menemani dirimu dan merawatmu sampai kau pulih." "Aku tidak ingi
Happy Reading . . . *** Senyuman lebar terus saja terlihat mengembang di bibir wanita itu disaat tubuhnya kini berbaring di sofa panjang ruang tengah dan berada di dalam pelukan hangat seorang pria yang sejak tadi terus menerus memberikan kecupan-kecupan kecil di sekitar wajahnya. Kedua insan itu sudah menghabiskan waktunya sepanjang hari dengan menonton televisi dan saling berbincang atau berbagai cerita. Hal yang sebenarnya tidak terlalu istimewa untuk menghabiskan waktu berduaan saja dengan romantis, namun justru terasa hangat dan menggambarkan suasana romantis yang sesungguhnya. "Saya tidak pernah melihat senyumanmu yang terlihat selebar ini," ucap Jacob sambil menatap wajah Nalla dengan senyuman kecil yang juga terlihat pada raut wajahnya. "Benarkah? Dan sekarang kau sudah melihatnya." "Pertahankan yang seperti ini, okay? Saya ingin tetap ingin melihatmu yang terus bisa tersenyum." "Asal kau juga ingin berjanji untuk membuatku bisa tersenyum seperti ini terus." "Saya akan
Happy Reading . . . *** Nalla membuka matanya sesaat setelah ia mendengar suara teriakan kesakitan seperti yang dikeluarkan oleh Jacob. Sinar matahari yang masuk menembus jendela kamar langsung menyambut penglihatannya. Setelah menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya, wanita itu beranjak dari ranjang untuk memakai pakaiannya. Lalu, ia pun keluar dari kamar dan melangkah menuju asal suara yang ia dengar. "J..." panggil wanita itu yang membuat Jacob langsung menengok ke asal suara. "Hei, apa yang terjadi?" Sambungnya sambil menghampiri pria itu yang terlihat sedang duduk di kursi meja makan dan berusaha untuk mengeluarkan peluru yang berada di lengan. "Hanya luka kecil saja." "Kau terkena tembakan peluru?" "Sial! Saya tidak bisa menjangkaunya," teriak Jacob dengan kesal karena rasa sakit yang ia rasakan dan juga tidak bisa mengobati dirinya sendiri. "Aku ingin melihatnya." "Tidak perlu. Saya tidak ingin membuatmu takut, Aideen." "Aku bisa membantumu, J. Dan aku baik-baik saja
Happy Reading . . . *** Botol air mineral yang baru saja dibuka dan hendak diminum itu langsung dihentikan oleh suara bel yang terdengar berbunyi. Nalla pun langsung menutup kembali botol air tersebut dan menaruhnya di atas meja makan, lalu ia melangkah menuju pintu Penthouse untuk membukakannya. Keterkejutan langsung menyapa wanita itu ketika ia melihat kedatangan seseorang yang tidak pernah ia duga akan mendatangi Penthouse dimana dirinya itu sekarang berada. Namun, dengan cepat Nalla pun menghilangkan keterkejutannya tersebut dan digantikan dengan sebuah senyuman yang terbit di wajah. "Hai, apakah benar ini kediaman milik Jacob?" "Ya." "Apakah Jacob sedang berada di dalam?" "Dia baru saja keluar untuk membeli makan siang. Anda siapa?" "Bolehkah saya masuk?" "Hhmm..., saya tidak bisa membiarkan orang lain masuk ke dalam. Apalagi Penthouse ini bukan milik saya." "Saya Norah, Satu-satunya istri Jacob, pria yang memiliki Penthouse ini. Jadi, apakah anda sudah memperbolehkan sa
Happy Reading . . . *** "Maafkan aku." Kalimat itu pun mengisi keheningan yang terjadi di antara kedua orang yang sedang duduk berhadapan di kursi meja makan, dan saling memberikan tatapan yang tidak bisa diartikan. Sudah sejak tadi keduanya duduk saling berhadapan, namun hanya keheninganlah yang mengisi situasi di antaranya. Hingga cukup lama dirasa keheningan itu berlangsung, kini sebuah kalimat yang rasanya sangat sulit untuk diartikan pria itu ucapkan dan membuat sosok wanita yang mendengarnya sangat dibuat terkejut akannya. "Apa maksud dari semua hal yang kau ucapkan itu, Jacob? Aku sungguh tidak mengerti dengan dirimu yang sekarang." "Aku tahu hal ini membuatmu menjadi merasa tidak mengerti-" "Aku mengerti! Aku sungguh sangat mengerti dengan kau sudah menemukan yang lebih baik dariku di luar sana. Tetapi kenapa, Jacob? Kenapa? Aku ingin mengetahui kenapa kau bisa sampai mengambil keputusan ini setelah satu hari yang lalu aku mengetahui perselingkuhanmu itu? Bisakah kau men