Share

Cupang Di Leher Suamiku
Cupang Di Leher Suamiku
Author: Liya Mardina

Perselingkuhan yang terkuak

"Mas, kenapa hari ini pulang larut sekali?" tanya seorang wanita pada sang suami yang baru saja memasuki rumah, sehabis pulang bekerja.

"Lembur!" jawab suaminya dengan nada sedikit meninggi, membuat sang istri seketika tertunduk.

Pernikahan yang telah mereka bina bertahun-tahun lamanya, semakin hari semakin terasa hambar, tiada kemesraan lagi di antara mereka, namun sang buah hati yang mereka miliki satu tahun yang lalu membuat mereka terpaksa harus bertahan.

"Kinara! pergi ambilkan aku handuk!" perintah sang suami tanpa menoleh sedikitpun ke arah istri yang tengah mengikuti langkah kakinya.

"Baik Mas," jawab singkat sang istri yang di panggil Kinara oleh suaminya.

Kinara hanya menurut, tak ada niatan dalam hatinya sama sekali untuk menolak setiap permintaan sang suami, terlebih, Bayu sang suami merupakan orang yang kasar, dia tidak segan-segan untuk memukul atau menjambak rambut Kinara jika dia tidak menuruti perintah.

"Ini Mas." Kinara menyodorkan handuk yang baru saja dia ambil pada Bayu yang telah melepaskan kemejanya di ambang pintu kamar mandi.

Bayu tak mengucapkan sepatah kata pun, dia hanya mengambil handuknya dari tangan Kinara, berbalik untuk segera menutup pintu kamar mandi untuk membersihkan diri.

Namun tangan Kinara secara tiba-tiba menahan pintu yang hendak tertutup ketika melihat sesuatu di sekitar leher suaminya, matanya membelalak, mempertegas pengelihatannya. Beberapa bercak merah nampak terlihat begitu jelas pada lehernya.

"Lehermu kenapa Mas?" Suara Kinara terdengar begitu lirih, ada sesuatu yang tengah bergejolak di dalam hati kecilnya, membuat mata itu seakan ingin mengeluarkan cairan dari dalam sana. Perasaan sesak seketika memenuhi dada. Rentetan pertanyaan melintas seketika dalam pikirannya. 'Apa yang sebenarnya terjadi?'

Bayu terkejut mendengar pertanyaan dari Kinara, spontan dia meraba-raba lehernya.

'Jangan sampai Intan meninggalkan sesuatu di sini?' gumamnya dalam hati.

Bayu begitu panik, bergegas mencari cermin untuk memperlihatkan tanda merah pada lehernya. Dan benar saja, terdapat beberapa bekas kecupan panas di sana, tanda cinta yang di buat oleh Intan, selingkuhannya.

"I-itu aku bisa jelaskan, sebenarnya ...." Bayu tak melanjutkan kalimatnya, dia benar-benar bingung harus membuat alasan apa agar Kinara tak menaruh curiga terhadapnya.

Padahal Bayu telah mewanti-wanti Intan agar tak meninggalkan jejak apapun di tubuhnya, tapi bisa-bisanya Intan malah melakukan hal sekonyol ini.

Kinara terdiam cukup lama, dia berusaha menjernihkan pikirannya, beberapa kali mencoba menenangkan diri dalam hati, mungkin karena terlalu mengantuk, kepalanya di penuhi oleh pikiran-pikiran aneh yang sebenarnya tidak pernah terjadi.

Namun ketika mendengar penjelasan dari mulut Bayu, membuat Kinara semakin yakin jika hal itu memang benar terjadi.

"Kamu, marah?" tanya suaminya lirih, melihat Kinara yang masih terdiam, terlihat jelas wajah Kinara yang mulai memerah, bulir demi bulir bergantian turun dari kelopak mata, hingga terdengar suara isakan tangis dari bibir kecil yang tengah ditahannya. Perasaan kecewa itu kembali muncul setelah sekian lama Bayu berjanji untuk berubah. Ya, ini memang bukan yang pertama kali untuk Kinara, namun berkali-kali juga ia dengan mudahnya memaafkan sang suami.

"Jangan salah faham dulu, ini cuma bekas cipratan air panas yang tidak sengaja di tumpahkan OB di meja kerjaku," jelas Bayu yang sebenarnya tengah berbohong, seraya menghapus buliran air mata yang tak berhenti mengalir dari pipi istrinya.

Mungkin perasaan cinta pada sang istri telah memudar sejak lama, namun hati nuraninya tetap merasa tidak tega melihat Kinara seperti ini.

"Sudah jangan menangis seperti ini, ini bukan seperti yang ada dalam pikiranmu." Bayu merengkuh sang istri dalam pelukannya, ada perasaan bersalah seketika muncul dalam hati, namun Bayu sama sekali tidak ingin mengakhiri perselingkuhannya dengan sang mantan pacar.

Ini bukan pertama kalinya bagi Kinara, sebenarnya sudah beberapa kali dia menemukan barang-barang perempuan dalam mobil suaminya, namun ketika sang suami berdalih, dia terpaksa untuk mempercayai segala ucapannya seperti sekarang ini.

Dia yang tidak bekerja kerap kali mendapat perlakuan tak mengenakkan dari sang suami, Bayu sering mengungkit uang pemberiannya, sering menganggap Kinara adalah istri yang boros, suka menghambur-hamburkan uangnya, padahal kenyataannya Kinara bahkan jarang di nafkahi oleh Bayu, lebih seringainya Bayu yang selalu menjual habis perhiasan emas Kinara yang di kumpulkannya semasa gadis.

***

Keesokan harinya.

Kinara sedikit terkejut dengan kedatangan salah seorang tetangga baru yang baru pindah beberapa hari lalu di samping rumahnya, tetangga itu menghampiri Kinara yang tengah menyapu halaman rumah dengan menenteng beberapa plastik hitam besar.

"Mbak Kinara mau nyuci'in baju saya nggak? nanti saya bayar, soalnya saya gak ada waktu untuk mencuci, saya juga tidak tau tempat laundry dekat sini," seru sang tetangga yang memang adalah wanita karir yang cukup sibuk.

"Oh, iya Mbak Risa, boleh." Kinara sedikit gelagapan di buatnya, dia merasa senang jika ada orang yang memberikannya pekerjaan.

"Terimakasih ya Mbak Kinara, nanti malam saya ambil ya bajunya, soalnya mau di pakai buat besok," ucap tetangga yang di panggil Mbak Risa tersebut, Risa mengembangkan senyumnya melihat Kinara yang dengan senang hati menolong.

"Baik Mbak, akan saya kerjakan sekarang juga." Kinara tak henti-hentinya tersenyum, ia merasa senang bukan main, berarti bulan ini dia tidak perlu berhutang di warung depan rumah lagi untuk membeli susu anaknya.

Risa tersenyum dan berlalu pergi, Kinara menatapnya cukup lama, seandainya ia tidak resign dari pekerjaannya dulu, mungkin sekarang dia bisa menjadi seperti Risa, seorang wanita karir yang di hormati oleh suaminya.

Sebenarnya Risa mempunyai maksud lain terhadap Kinara, ia ingin memberitahukan sesuatu kepada Kinara, namun karena merasa sedikit sungkan karena baru pertama kali bertemu, ia memutuskan untuk memakai cara seperti ini, yang menurutnya sedikit lebih sopan.

Sementara itu, Kinara bergegas mencuci pakaian dari Risa setelah berhasil menidurkan sang buah hati, agar cepat kering dan bisa di ambil malam nanti, Kinara yang tidak memiliki mesin cuci, membuatnya harus mengerjakannya secara manual, dan mengandalkan sinar matahari untuk mengeringkan bajunya.

Sontak Kinara terkejut, ketika sebuah foto terjatuh dari salah satu saku kemeja yang tengah ia masukkan ke dalam bak cuci, ia mendapati foto wanita yang tengah tela*jang bulat bersama seorang laki-laki, yang tak lain dan tak bukan adalah Bayu, suaminya.

Kinara masih mempertegas pengelihatannya, berharap saat ini dia tengah salah mengenali orang dalam foto tersebut, namun usahanya tak membuahkan hasil, laki-laki dalam foto itu memang benar Bayu, suaminya.

"Bagaimana bisa Mbak Risa memiliki foto seperti ini?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status