Author POV.
Setelah acara dua hari yang lalu, Dika tidak menghubungi Rara lagi secara pribadi. Dika hanya bertukar kabar di grub chat mereka. Entah kenapa, Dika ingin sekali menghubungi Rara secara pribadi. Dika selalu di hantui dengan rasa yang mengganjal. Dika tahu, pasti ada yang disembunyikan oleh Rara. Maka Dika memutuskan untuk menghubungi Rara.
Dika :
Assalamualaikum Ra.
Rara :
Waalaikumsalam Dika, wih tumben nih ada apa Dik?
Dika :
Mau cerita ga?
Rara :
Ngga Dika, ngga ada yang perlu di ceritakan.
Dika :
Beneran?
Rara :
Bener, kan kalau ada apa - apa orang yang pertama aku ceritakan pasti kamu.
Dika :
Iya juga sih.
Rara :
Yaudaaah tuh tau sendiri.
Dika :
Aku mau ngomong.
Rara :
Ngomong aja Dik, telfon?
Dika :
Chat aja, rame di sini Ra.
Rara :
Oh owkiee.
3 menit, 5 menit, 10 menit masih tidak ada
Author POV.Pagi ini Rara mengambil cuti 2 hari, karena sedang merasa tak enak badan."Ma kamu ga mau ke dokter aja?" tanya Alvin khawatir."Masa medis di medisin?" jawab Rara."Ma?" kata Alvin lagi."Ga usah pa, ga perlu. Aku ga papa. Ini cuma pusing biasa kok.""Pa, akhir - akhir ini mama sering sakit." kata Vina.."Iya pa, mama beneran ga papa kan?" tanya Vano."Mama ga papa sayang, mama baik - baik aja. Mama butuh tidur aja ini mah.""Hmmm ...""Yaudah.""Yaudah sana kalian berangkat, udah siang. Nanti telat lagi.""Yaudah aku anter anak - anak dulu ya? Lanjut langsung kerja." kata Alvin."Iya pa, hati - hati yaa.""Kalo ada apa - apa kabarin.""Iya - iya bawel.""Daaah mama, Vina sama Vano berangkat dulu ya. Assalamualaikum.""Assalamualaikum ma.""Assalamualaikum sayang.""Waalaikumsakam kakak, Vano, papa. Jangan lupa berdo'a. Hati - hati."
(( Oh iya, maaf ya kalau ada yang salah dalam penulisan atau pengertian tentang kesehatan atau akmil. Soalnya aku bukan dari bidang kesehatan, apalagi akmil. Aku cuma dapet info dari google.))Author POV.Hari sudah sore, setelah ini Vina dan Vano pulang sekolah. Rara sudah membersihkan semua tissue yang ada darahnya tadi, Rara berhasil mengahapus jejak dia mimisan tadi. Rara baru ingat, jika minggu depan ke dua anaknya sudah menginjak usia 17 tahun. Rara belum memikirkan kado untuk kedua anaknya nanti. Rara akan membicarakan ini dengan Alvin."Assalamualaikun Ma.""Vina dan Vano pulaaang.""Waalaikumsalam sayang, kok kalian bisa barengan gini pulangnya?""Ga tau deh ma, biasanya duluan kakak." jawab Vano."Yaudah sana kalian mandi sama sholat ashar dulu. Keburu asharnya habis.""Iyaa mamaaa siap.""Kakak dulu deh yang mandi, aku masih gerah.""Bilang aja mau mau mabar.""Ngga dih. Fitnah mulu.""Uda
Author POV.Pagi menunjukkan pukul 06:00 pagi, sama seperti pagi – pagi biasanya Rara dan di bantu oleh Vina menyiapkan sarapan di meja makan. Alvin dan Vano sudah menunggu srapannya siap di meja makan.“Kakak jalannya lama banget sih!!!” kata Vano.“Dih? Ga bantu malah ngeselin gini.”“Kan itu tugas cewe wuuu!!”“Terus kalau cowo ngapain? Simulasi jadi majikan?”“Kalau aku simulasi jadi majikan, kakak simulasi jadi pembantu dong.”“Diem atau aku lempar sama centong.”“Galak bener, pantes ga tembak – tembak.”“Kata siapa? Orang udah jadian!!!”“HAH???!!!” kata Alvin, Rara, dan juga Vano serempak. Mereka semua terkejut dengan apa yang Vina ucap kan barusan.“Em pantes mukanya berseri – seri, baru jadian kan?”“Emang, baru kemaren sore jadian.”&ld
Author POV.Keesokan harinya Rara sudah masuk seperti biasa dan mulai bekerja. Syukurnya hari ini, pasien tidak terlalu ramai. Jadi Rara mempunyai banyak waktu senggang. Rara berfikir untuk menuliskan surat – surat yang akan di berikan kepada Alvin, Vina, Vano, dan juga para sahabatnya. Dengan merasakan dada yang sesak, karena membayangkan bagaimana rasa sedih dan terpukulnya mereka semua, jika mereka membaca surat ini dan Rara sudah tak ada lagi di dunia ini. Dengan dadak yang terasa sesak, perasaan yang sangat sedih, Rara menuliskan surat – surat itu dengan sepenuh hati.Untuk Alvin :Hai mas, kamu tau ga seberapa bersyukurnya aku di hidup ini karena ada kamu di hidup aku? Aku bersyukur banget mas, sangking bersyukurnya sampai ga bisa di gambarkan dengan kata – kata. Makasih udah mau sabar dengan aku yang dulu belum bisa lepas dari masa lalu. Aku sadar, aku dulu hidup dengan masa lalu sampai ga bisa ngelihat kamu. Aku sayang sama kamu mas, ak
Author POVHari ini adalah hari ulang tahun kedua anak Alvin dan juga Rara, seperti apa yang dikatakan kedua anaknya, mereka tidak mengadakan pesta seperti anak – anak yang lain pada umumnya. Pagi ini, sebelum mereka berangkat sekolah Alvin dan juga Rara sudah menyiapkan surprise kecil – kecilan untuk kedua anaknya. Rara membawa kue dan Alvin membawakan dua kotak hadiah untuk masing – masing anaknya. Sekarang Vina dan Vano sedang asik sarapan di meja makan seperti biasanya, sedangkan Alvin dan juga Rara meyiapkan semuanya di depan teras.“Kak mama sama papa lama banget deh ke pasarnya, biasanya juga mama beli di tuakng sayur yang biasanya keliling di depan rumah itu.”“Wajar lah lama, namanya juga ke pasar. Mama sama papa ke pasar tuh karena nanti mau ada temen papa kesini katanya. Dan mereka dadakan ngasih tau ke papa, jadi mama ga siap apa – apa deh.”“Yaudah si, aku nanya gitu doang jawabnya malah g
Author POV.2 tahun kemudian, anak – anak Rara dan Alvin sudah kelas 12 dan mereka sudah ada di masa – masa ujian. Ujian sudah datang satu persatu, Vina dan Vano sangat serius dalam menghadapi ujian ini. Sesekali mereka refreshing berdua agar tidak terlalu stress. Rara dan Alvin juga tak henti – hentinya berdoa untuk kesukseskan mereka dalam mengerjakan ujian. Semakin parah mula penyakit Rara, dan semakin sering pula penyakit Rara kambuh. Riski pun sering kali mengingatkan Rara untuk memberitahukan penyakitnya ini ke keluarganya, terutama Alvin. Namun, Rara selalu menolak dan Rara masih setia dengan keputusannya untuk merahasiakan penyakit ini ke keluarganya. Sama seperti sebelum – sebelumnya, Rara berusaha terlihat baik – baik saja di depan banyak orang. Rara masih menjadi wanita yang periang dan selalu banyak bicara. Rara tetaplah Rara, yang selalu memikirkan kebahagiaan oraang lain ketimbang kesehatannya sendiri.Malam ini, Rara, Alvin,
Author POV Hari ini, hari pertama Vina dan Vano Ujian Nasional. Raut wajah Vina sangat berbeda dengan raut wajah Vano. Raut wajah Vina sangat gelisah, berbeda saat Ujian Nasional waktu SMP kemarin, pasalnya Ujian Nasional saat ini menentukan masuk atau tidaknya ia di universitas yang ia idam – idamkan. Sedangkan Vano, dia sangat santai dalam menghadapi Ujian Nasional ini, bahkan pada pagi ini ia masih bermain game online kesukaannya. “Kak kok gelisah gitu? Sedangkan Vano malah asik main game tuh di ruang tamu.” Tanya Alvin tiba – tiba. “Itu mah Vano aja yang ga niat ujian.” “Dih kata siapa? Tadi habis sholat subuh aku belajar lagi loh. So tau tuh Vina pa.” “Dihhh??” “Udah – udah masih pagi kok udah berantem aja.” kata Rara melerai. “Yaudah ayo, berangkat cepet udah siang ini.” “Tuh pa, kakak ngajak berantem mulu, jadi siang kan.” “Dih ngapa jadi gua? Lu aja dari tadi main game.” “Kak kok gitu bahas
Author POV.Malam ini, Rara, Alvin, Vina dan Vano sedang makan malam bersama di ruang makan. Mereka makan dengan nikmat, karena masakan Rara selalu menjadi makanan favorite bagi mereka bertiga.“Gimana anak – anak mama, sukses ga tadi ujiannya?”“Alhamdulillah ma, soalnya 11 12 sama detik – detik. Seneng banget deh kalau soal ujiannya mudah gitu.” jawab Vano.“Sama ma, Alhamdulillah. Vano juga bisa ngerjainnya. Gampang, kecil itu mah.”“Alhamdulillah, emang anak – anak papa nih pinter semua.”“Alhamdulillah kalau gitu, tapi kalian jangan seneng dulu. Masih ada besok dan beberapa hari lagi loh.”“Siap mama!”“Iya mama, tapi ini awal yang baik.”“Bener, yaudah ayo lanjut makan. Keburu dingin masaknnya.”“Okey, selamat makan semua!” kata Vano.“Selamat makan!” kata Rar