Royan memeluk Rachel tanda perpisahan mereka di pintu masuk bandara. Royan sebenarnya masih merasa khawatir pada Rachel karena memang ia takut bahwa nyeri Rachel akan kembali lagi, namun wanita itu tetap bersikeras untuk segera pulang dan mempersiapkan pernikahan mereka. Rachel pun juga dengan berat hati harus sejenak berpisah dengan Rey dan Royan, walaupun masih sedikit khawatir karena Rey dari tadi terus murung saat tahu Rachel akan pulang ke halamannya.
"Nanti kalo udah mendarat jangan lupa langsung kabarin aku," ujar Royan yang masih setia memeluk Rachel.
"Iya, Mas. Udah ah bentar lagi kan juga ketemu terus." Rachel melepaskan dirinya dari pelukan Royan. "Aku masuk dulu ya, Mas. Takutnya nanti keburu telat, dan buru-buru," kata Rachel.
Mereka akhirnya berpisah dengan pemandangan Rachel yang membawa kopernya perlahan menjauh dari Royan. Pria itu pun juga akhirnya memutuskan untuk segera berangkat ke bistronya dan melakukan pekerjaannya sebagai owner. Royan be
Setelah mendengar bahwa calon suami Rachel adalah duda beranak satu, Neneknya segera menentang pernikahan ini. Namun Rachel sudah menyangka hal ini akan terjadi, sehingga ia bisa menangani masalah tersebut dengan mudah, walaupun memang sedikit menyinggung Eva, biarkan Rachel meminta ampun pada Mamanya nanti."Kamu tahu kan di daerah kita ini menikah dengan duda itu hal yang tabu. Bagaimana bisa malah menikahi duda anak satu," ujar Nenek Rachel."Kenapa? Apa Ibuk lupa, kalo dulu juga nikahin duda anak satu." Belum sempat Rachel mengutarakan hal tersebut, Eva sudah mendahuluinya dengan penuh keberanian."Eva! Sudah berani sekarang sama Ibuk?" tegur Nenek."Buk, dari dulu Eva selalu diam walaupun dihujat anak-anak Ibuk. Tapi sekarang Eva sudah dengan berbaik hati meminta restu Ibuk untuk pernikahan Rachel, anak Eva. Rachel nggak main-main bahkan tidak pernah sekalipun melanggar adat. Mas Adnan, Aku, dan keluarga calon besan sudah merestui. Kenapa kita masih
"Pa, Rachel mana?" tanya Royan begitu berhadapan dengan Adnan."Jadi niatnya lamaran apa mau ketemu Rachel nih," goda Adnan."Dua-duanya dong, Pa. Udah sebulan lebih Roy nggak ketemu sama Rachel ini," keluh Royan."Gimana ya, tapi Mama harus menggugurkan keinginanmu." Eva muncul dari balik Adnan untuk ikut menggoda Royan."Lah? menggugurkan gimana, Ma? Batal nikah nih?" ujar Royan panik."Huss, kalo ngomong ati-ati," tegur Adnan."Maaf banget nih, Roy. Tapi Rachel nya udah masuk masa pingit," ejek Eva pada Royan yang langsung bad mood mendengar hal tersebut.Abimayu dan Tiara sedikit kaget melihat kedekatan Royan dengan calon mertuanya, anaknya yang biasanya cuek dan bicara seperlunya, mendadak jadi sangat terlihat mengekspresikan emosi. Reyhan juga tak mau kalah dengan diam di tempat, ia segera berlari menuju Adnan, dan disambut dengan pelukan oleh pria tersebut. Eva juga langsung mengelus rambut pria mungil yang tampan itu, hari ini
"Oma, Opa, sebentar lagi Royan mau menikah kedua kalinya. Calon Royan yang sekarang baik banget, pasti kalo Oma sama Opa masih ada, juga bakal setuju sama Royan. Sekalian Roy bawa anak kemari, namanya Reyhan, dia baik dan nggak pernah nyusahin Roy. Kalau soal ganteng, jangan ditanya lagi, gen dari Oma sama Opa sudah pasti Roy turunkan ke Rey." Royan berdiri di antara dua makam yang tepat berada di hadapannya. Rey menempel pada Royan, sedang Tiara dan Abimanyu memilih untuk tetap di belakang."Oma tenang aja, Rachel jago masak kok, bahkan Mama udah ngerasain sendiri. Mertua Royan juga suka berkebun macam Oma, buahnya banyak di samping rumah. Juga punya kebun sayur, jadi pasti Royan hidup sehat," tutup Royan."Ma, Pa, sekali-kali boleh lah datang ke mimpi Tiara. Sekarang Tiara udah pulang, ngeliat rumah yang masih dijaga rapi sama saudara lainnya. Mas Abimanyu juga masih ada di samping Tiara, dia udah banyak duit sekarang, bisa beliin Tiara apa aja. Mama sama Papa nggak
"Sah!" jawab semua saksi yang sudah memenuhi rumah Rachel hari ini.Rasa gugup yang menerpanya sejak kemarin kini sudah terbebas dari hatinya, Rachel kini sudah resmi menjadi istri dari Royan Geraldi Bagaskara. Dengan lantang pria yang dicintainya itu mengucap ijab dengan satu tarikan nafas, dan sekali jadi. Eva sudah masuk ke kamar Rachel, sambil mengusap air matanya yang tadi sudah tak terbendung, anaknya kini sudah menjadi istri orang, dan ia sangat tenang menyerahkan Rachel pada orang yang tepat."Yuk, udah ditunggu," kata Eva yang hari ini berubah menjadi kalem, karena emosional.Dengan didampingi Eva, dan beberapa pendamping pengantin, kini Rachel sudah melangkahkan kakinya untuk segera bertemu orang yang sangat dirindukannya. Ia yang biasanya pemberani, kini entah mengapa jadi pemalu, Rachel menundukan kepalanya melewati para saksi, hingga kini sudah berada di samping Royan."Ayo, dicium tangan suaminya, sebagai tanda bakti," ujar penghulu yang ada
Rachel sudah tidak bisa lagi menggerakkan kakinya, kalau saja dirinya bisa melarikan diri sekarang, sudah pasti akan dilakukannya. Royan hanya tersenyum dengan pernuh arti di samping, sedangkan Rachel harus menahan gerah efek dari bajunya yang berlapis-lapis. memakai sepatu high heels memang sudah sering ia lakukan dulu, namun ini lain lagi, karena sudah hampir empat jam dirinya berdiri menyalami para tamu undangan."Masih kuat?" tanya Royan."Kaki aku udah sekarat banget sih ini, Mas." Rachel menggelengkan kepalanya.Royan melangkahkan kakinya menuju ke arah Adnan dan Eva yang tepat berada di samping mereka, sedangkan Tiara dan Abimanyu sudah turun dari panggung untuk menjaga Reyhan yang rewel, mungkin karena gerah."Pa, acaranya masih lama nggak?" Royan berbisik ke arah Adnan."Bentar lagi udah selesai kok, terus nanti malem lagi," jawab Adnan."Hah? Malem masih ada lagi, Pa? Pake baju begini juga?" tanya Royan sambil menunjuk bajunya yang
"Untung, aku sabar sama anak sendiri," ucap Royan yang kini sudah berbaring di samping Rey."Mas, tapi adegan ini kayak nggak asing kan, ya?" kata Rachel sambil terkekeh."Emang, waktu Rey ngambek nggak kita ajakin jalan kan dia ngungsi ke apartmenmu, dan minta tidur di sana," jawab Royan yang juga merasakan hal sama dengan Rachel."Mas waktu itu bilang, anggap aja jadi simulasi. Nah loh, ini berarti doanya Mas Roy yang dulu, baru terwujud." Rachel terkekeh saat mengingat kejadian waktu itu."Kalo bukan anak sendiri, udah aku jadiin urap-urap beneran deh Rey, waktunya nggak tepat banget tadi dia ngegangguin," keluh Royan.Walaupun berkata demikian, namun pria tersebut tetap mengelus lembut puncak kepala putranya. Menunjukkan bahwa ia sebenarnya sayang pada Rey, dan tidak ada yang bisa menggantikan putranya tersebut. Rachel dapat melihat ketulusan dari mata Royan dalam mengasuh Rey. Meskipun suaminya tersebut kadang kelelahan saat Reyhan susah diatu
"Kamu yakin kuat perjalanan jauh?" tanya Royan yang sibuk menggantikan Rachel untuk mengemas barang bawaan mereka. "Yakin, Mas. Lagian kan semuanya udahready mulai dari tiket sampai vila, yakali mau dibatalin," ujar Rachel. Setelah memastikan satu per satu barang bawaan sudah ada di dalam koper, Royan kini melangkahkan kakinya untuk lebih mendekat pada Rachel yang sedang bersadar di kasur besarnya. Karena insiden 'siang pertama' yang merobohkan kasur lamanya, Royan dan Rachel memutuskan untuk langsung membeli kasur baru, sebelum Eva dan Adnan mengejek mereka semakin jauh. Mama dan Papa mertuanya itu terus saja membahas apa yang terjadi, dan mencerca Royan tentang banyak hal, hingga ia tak sanggup melanjutkan makan malam bersama mereka. Rachel yang sebenarnya masih merasakan kesakitan, memang tak terkena imbasnya. Istri Royan tersebut memilih untuk tetap di dalam kamar, dan mempersiapkan diri agar besok bulan madu mereka tetap lancar, tanpa hala
Setelah puas menikmati pantai di malam hari, Royan masih belum menyelesaikan misinya, segala persiapan yang sudah ia pikirkan sejak jauh-jauh hari harus terlaksana. Berlainan dengan Royan, istrinya itu kini sudah nampak sangat lelah, mungkin karena ia belum sepenuhnya pulih dari keadaan kemarin. Rachel kini sudah menyandarkan dagunya ke pundak kiri Royan, merasakan terpaan angin malam, di pulau yang berisi sejuta pantai ini. Ia sudah tak berekspektasi terlalu tinggi, dan menyangka bahwa mereka akan segera kembali ke villa dan merebahkan punggung."Jangan ngantuk dulu," kata Royan sambil menggerakan pundaknya."Ya gimana lagi, Mas. Udah ngantuk ini," jawab Rachel yang masih bertahan di sisi Royan."Malamnya masih panjang, Babe," ujar Royan.Rahel yang masih belum terbiasa dengan panggilan barunya tentu saja merasa tersipu dan malah ngenggebuk ringan bahu Royan. Bagaimana tidak, suaminya yang terkenal dingin itu, bahkan memanggilnya dengan sebutan yang bisa