VOTE YA
Semua penglihatan Anelies benar-benar tetap terjadi tidak perduli segigih apapun Amanda coba menghentikannya. Yang lebih mengejutkan ternyata justru tindakan Amanda sendiri yang membawa nasib Dom berakhir seperti apa yang sangat dia takutkan. Sebuah ledakan dahsyat telah terjadi dan Dom pilih mengorbankan diri untuk menyelamatkan nyawa gadis itu. Kejadiannya sama persis seperti yang juga pernah dilihat oleh Jared pada saat dirinya berkelahi dengan Dominic Rodriguez. Waktu itu Jared masih belum paham kenapa Dom mau menyelamatkan putrinya. Yang pasti Dom merasa harus bertanggung jawab atas semua tindakan Amanda. Jika Anelies sampai ikut celaka itu juga karena kecerobohan Amanda. Amanda benar-benar kurang perhitungan ketika melibatkan kepolosan seorang gadis muda dalam rencana berbahaya. Dom langsung melemparkan tubuhnya tanpa berpikir dua kali karena dia juga punya anak gadis, dan dia juga seorang ayah. Waktu itu Dom hanya berpegang pada satu keyakinan, jika semua pengorbanannya tidak a
"Dom sempat mengalami kerusakan tingkat sel yang sangat parah, meski berhasil diperbaiki kembali tapi sepertinya dia kehilangan beberapa ingata masa lalunya. Biasanya hal seperti itu hanya bersifat sementara karena syok dan masa pemulihan pasien, namun untuk kasus ini kami perlu observasi lagi karena kami belum tahu sejauh mana tubuh Dom dapat beradaptasi. Jika kulihat sekilas, sepertinya dia cenderung mempertahankan memory yang kuat. Dia tidak lupa keluarga dan sebagian masa lalunya, Dom hanya lupa hal-hal yang tidak terlalu penting dan mungkin sebagian lagi hal-hal yang memang tidak ingin dia ingat."Nathan coba menjelaskan apa yang tadi juga telah dijelaskan oleh Jane padanya."Kurasa tidak masalah selama dia tidak kehilangan kemampuan intlektualnya." Brandon harus memastikan Dom cukup aman untuk mereka lepaskan."Hal seperti itu jarang terjadi, bahkan untuk pasien dengan kehilangan ingatan total."Jared ikut menyimak tapi belum berkomentar karena pikirannya juga masih terbagi denga
Dom ikut pulang bersama Amanda dan tinggal di rumah mereka berdua tanpa pengawalan khusus lagi seperti dulu. Dom juga merasa tidak nyaman terus diikuti, dia ingin hidup normal."Di mana suamiku?" tanya Amanda pada pengurus rumah yang baru merapikan meja bekas sarapan."Baru saja keluar nyonya."Amanda segera ikut keluar ke arah garansi yang tadi ditunjukkan asisten rumah tangganya."Evan, kau mau ke mana?" Amanda heran melihat suaminya memakai jaket kulit dan menenteng helm."Aku keluar sebentar.""Dengan motor?" Amanda masih heran hingga cuma bisa berkacak pinggang di dekat anak tangga garasi."Ya, ini lebih mudah dan cepat." Dom terlihat santai seolah orang lain tidak akan merasa aneh melihatnya berkeliaran dengan motor."Tapi lebih aman memakai mobil."Amanda tetap menyarankan untuk memakai mobil. Namun, justru Dom yang balas menatap Amanda dengan aneh, kemudian tersenyum."Aku biasa membawa motor, Amanda. Jangan berlebihan ...""Oh, sial!" Amanda kembali menepuk jidatnya sendiri.
"Apa tanganmu tidak panas!" Amanda buru-buru merampas tisu dari atas meja dengan gugup dan panik."Tidak aku tidak apa-apa." Dom terlihat santai hanya mengibaskan tangannya yang baru ikut terkena tumpahan kopi panas."Kau yakin?" Amanda memastikan, dia juga masih menggenggam gumpalan tisu yang baru dia cabut sembarangan dari dalam kotak. "Cuma tumpahan kopi tidak akan membahayakan nyawaku." Dom malah tersenyum."Kemarilah aku tidak apa-apa, jangan khawatir." Dom menarik lengan Amanda agar duduk di pangkuannya. Amanda mengikuti perintah Dom untuk duduk kemudian meraba otot paha suaminya."Jadi tadi kau memanjat pohon mangga sendiri?""Ya." Dom menggetarkan senyum sambil membelai perut Amanda. "Maaf karena dulu aku tidak sempat membelikanmu mangga muda."Ternyata Evan masih ingat ketika Amanda minta dibelikan mangga muda dan ia menjanjikan minggu depan pada saat gajian di bengkel sampai akhirnya dia lupa. Bayangkan bertapa susah hidup mereka dulu, hanya untuk membeli satu kilo buah ma
Dom memang pelan-pelan ketika melucuti pakaian Amanda tapi ciumannya sama sekali tidak berangsur pelan, dia panas, bergairah dan penuh stamina untuk mendesak wanitanya ke dinding kaca. Napas lelaki itu seperti ikut beruap panas ketika menyapu kulit leher Amanda dengan deru kasar. Rahangnya juga terasa kasar, sedang basah menetes-netes tapi panas seperti magma, kombinasi yang rumit untuk bisa dihimpun dalam deskripsi yang tepat. Hanya dengan sentuhan tangannya saja sudah seperti uji nyali yang mendebarkan. Dom tidak sama, dia berubah, tapi Amanda masih belum bisa menyimpulkan dengan benar. Amanda tergolek pasrah untuk dijamah, buah dadanya yang sudah tidak berpenyangga diremas gemas hingga membuat barisan gigi serasa ikut menggigil ngilu."Oh ... Evan ...." Napas Amanda tersendat pilu oleh desahannya sendiri yang semakin terdesak pergulatan panas.Dom mengangkat salah satu kaki Amanda untuk melingkari pinggangnya hingga berjinjit sedikit terangkat. Amanda digesek lembut dan merekah cant
"Bagaimana perkembangannya?" Nathan kembali memastikan kemajuan kondisi Dom paska mendapatkan transfusi darah dari Jared Landon."Sepertinya masih belum ada perubahan." Amir mengetukkan ujung jari ke atas permukaan meja. "Dia juga masih sama sekali belum mengingat kami dengan benar." Amir melirik kedua pengawalnya yang juga sedang kompak mengerutkan bibir."Sementara ini aku yang banyak mewakili kepentingan bisnisnya untuk Dexter Global."Mereka memang masih sama sekali belum ada yang sadar mengenai beberapa perubahan tidak normal yang terjadi pada Dom, karena Amanda juga sengaja tidak memberitahu Amir dan kawan-kawannya."Mungkin kami akan mengambil sampel darahnya untuk kembali melakukan pengujian.""Dia tidak akan mau!" pasrah Amir dengan nanda nyaris bosan karena Dom juga jadi sangat keras kepala jika disinggung mengenai kesehatannya."Dom masih sama sekali belum ingat kami, bahkan Mr. dexter sebagai ayahnya sendiri. Yang dia ingat benar-benar hanya Evan putra dari Kansas!""Tetap
Dom benar-benar mandi di bawah derasnya guyuran air shower masih dengan pakain lengkap."Apa aku mengganggu tidurmu?" Dom terhenti untuk menatap Amanda yang sudah berdiri di ambang pintu bilik shower."Kau mandi di tengah malam!" Amanda masih heran hingga sulit berkata-kata."Aku hanya gerah dan ingin mandi."Padahal kamar mereka sudah memakai pendingin ruangan dan sama sekali tidak panas. Pikir Amanda mustahil jika Dom sampai kegerahan."Aku mencemaskanmu." Amanda serius dengan kecemasanya setelah berbagai kejanggalan yang terjadi pada suaminya."Tidurlah lagi aku akan menyusul."Amanda malah mendekat dan terkejut ketika meraba lengan serta dada suaminya. "Kau deman!" "Aku tidak apa-apa hanya panas," jawab Dom masih tidak terlalu menghiraukan keanehan yang terjadi pada dirinya."Apa kau juga masih belum ingat apa-apa?" Amanda cuma ingin kembali memastikan dan lelaki itu menggeleng.Ada perasaan yang ikut melembut di dada Amanda ketika menatap suaminya. Dia adalah Evan yang pernah sa
Amanda tahu semua rekan-rekannya mulai bergosip tidak sedap sejak kehadiran Silvie yang mengaku sebagai istri Flin Dexter. Karena selama ini yang mereka dengar Amanda juga sudah dinikahi oleh Flin Dexter, triliuner yang juga akan membiayai yayasan milik Amanda."Jadi sebenarnya Amanda yang merebut suami orang atau justru dia yang mulai diselingkuhi oleh suaminya dengan istri muda?" bisik salah seorang teman arisan Amanda pada yang lainnya."Entahlah, menurutku dia tidak kalah cantik dari Amanda."Silvie memang sangat cantik dan seksi, dia juga tidak kalah percaya diri dari Amanda. Persaingan yang sepertinya juga akan sengit karena Amanda jelas bukan tipe yang akan tinggal diam jika suaminya diusik hama pengganggu."Lihat saja mereka juga kelihatan tidak akur, pasti karena Amanda memang merebut suaminya dan sekarang dia datang ke mari untuk mempermalukan Amanda!"Walaupun Amanda senang tinggal di negara kelahirannya, tapi terpaan gosip tetap jadi wabah yang sulit untuk dihindari, apa la