Damar kembali ke rumah besar itu pagi-pagi sekali setelah menginap semalaman. Membawa serta ibunya tercinta bersamanya. Sepanjang perjalanan Damar disiksa oleh rindu pada Keyra dan Naina. Pun disergap rasa cemas dan gelisah, takut jika Joya dan ayahnya akan membuat Keyra tidak nyaman.
Damar membuka pintu dengan tergesa, segera merangsek ke dalam rumah, menuju ke kamar belakang tempat seharusnya Keyra berada. Namun, alangkah terkejutnya pria itu saat tak didapatinya Keyra di sana. Pun dengan barang-barangnya. Bahkan aroma wangi bayi yang seharusnya mengiasi ruangan itu pun ikut sirna.
Damar berlari segera, hendak bertanya tentang keberadaan Keyra pada siapa saja. di ruang tamu, Damar berpapasan dengan Joya yang baru saja memberikan teh panas untuk ibu Damar. Pria itu menatap Joya penuh kebencian, tatapan yang selama ini tak pernah dia tampakkan d hadapan Joya.
“Kemana Keyra?” kalimat tanya itu mengalir penuh penekanan
Teman-teman, sebelumnya moho maaf atas keterlambatan updatenya. saya selaku penulis diuji dengan nikmat sakit selama beberapa hari. yuk baca bab barunya, semoga menghibur
21.Yusuf menghamipiri Nurma dan Keyra, menyusul duduk di samping Nurma.“Sepertinya ada yang mencari Keyra, Dik. Ini aku nemu pas ngider sayur, ditempel di mana-mana.” Yusuf menyerahkan selembar jertas kepada istrinya.‘KEYRA, NAINA, PULANGLAH. AKU TIDAK BISA HIDUP TANPA KALIAN.’Demikian tulisan kertas tersebut, disertai gambar Keyra yang sedang menggendong Naina. Entah kapan Damar mengambil gamabr terebut.Keyra meraih kertas tersebut, melihat gambar dirinya yang sedang tersenyum sembari menggendong Naina. Ah, hari itu rupanya, saat Keyra mengantar Damar berangkat kerja hingga ke depan pintu. Damar memegang handphone memang, akan tetapi Keyra tak tahu jika saat itu dia sedang memotretnya.“Key, kamu baik-baik saja?” Nurma menepuk pundak Keyra yang terguncang.Keyra menatap Nurma dan Yusuf bergantian. “Aku … aku harus bagaimana, Mbak?”Yusuf memilih meninggalkan Keyra bersama ist
22.Keyra menatap dunia yang lebih cerah di depannya. Meski itu artinya dia harus bersusa-susah dua kali lipat atau bahkan lebih. Pagi-pagi sekali Keyra dan Nurma sudah bangun dan menyiapkan kue untuk dijual. Sementara Yusuf nanti akan menghampirinya setelah dari kulakan sayuran.Terihat lebih sulit dan berat, akan tetapi Keyra semakin bersemangat. Baginya meninggalkan masa lalu kelam di bar murahan itu adalah pilihan paling tepat.Jam lima subuh Yusuf sudah mampir ke rumah untuk mengampiri kue buatan Keyra. Keyra kemudian akan meanjutkan aktivitas dengan memebrsihkan perkakas yang dia gunakan untuk memasak kue. Sementara Nurma dengan senang hati akan mengurus Naina.“Key, popok sama susu Naina habis, nih. Aku telepon Mas Yusuf dulu, ya?” Nurma menyodorkan Naina kepada Keyra. Berniat menelpon suaminya tersebut dan meminta tolong padanya untuk membelikan keperluan Naina.Keyra menerima Naina dan langsung menimangnya dengan sayang.
23.Perkelahian Damar diselesaikan dengan baik. Tentu saja dengan andil rupiah yang jumlahnya tak sedikit. Dalam hal ini kesalahan seutuhnya milik Damar. Dia yang sembarangan meninggalkan mobilya, dia jugayang mulai perkelahian hanya untuk melihat Keyra. Sedangkan orang yang dia cari keberadaannya sudah berjalan menuju rumah memasuki gang menuju perumahan tempatnya menumpang Nurma.Darmawan yang menjemput Damar tentu saja murka. Seumur hidup, Damar tidak pernah mengecewakannya barang sekali saja, berbeda dengan saudaranya yang lain, yang kerjaannya hanya keluyuran dan main perempuan.“Kamu berubah, Mar. sejak kapan kamu hobi berkelahi?” Darmawan yang sedang menyetir melirik Damar sekilas. Kemudian kembali fokus mengemudikan mobil tuanya.Damar membuang muka, terlihat betul raut kecewa di wajahnya. Bukan karena mobilnya yang terpaksa diderek oleh petugas bengkel, melainkan karena gagal bertemu Keyra padahal dia yakin bahwa itu adalah dia.
Damar merenung di dalam kamarnya, benaknya lelah merangkai kisah. Lelah memikirkan ppermintaan berat ibunya. Hatinya terasa nyeri mengingat Keyra, membayangkan nasibnya yang entah bagaimana di luar sana. Terlebih permintaan Rahayu yang menyuruhnya melupakan Keyra. Bagaimana Damar bisa?Tok tok tok.Damar membenahi posisi, duduk bersandar pada kepala ranjang. “Nggak dikunci, masuk aja.”Pintu kamar Damar terbuka perlahan, Joya menyembul dengan senyum menawan. Meski bagi Damar senyum itu tak lagi mampu memikat hatinya. Gadis itu membawa nampan berisi bubur ayam dan jeruk hangat.“Mas, aku bikinin bubur ayam. Kata Paklik tadi kamu habis berantem, ya, Mas.” tanpa menunggu persetujuan Damar, Joya duduk di sisi ranjang, persis di sebelah Damar yang sedang duduk bersandar.Damar pun berinisiatif menggeser tubuhnya, sengaja menciptakan jarak antara dia dan Joya. Pun saat Joya hendak menyuapkan sesendok bubur ayam
Hari-hari dihabiskan Damar dengan merenung di dalam kamar. Sibuk memikirkan Keyra dan Naina. Menolak makan dan minuman yang disajikan oleh Joya.Rasa bersalahnya, rasa cinta dan sayangnya teramat besar. Rahayu yang semakin membaik kondisinya mulai sering mengunjungi Damar di kamar. Mengajaknya bicara dari hati, bercakap selayaknya ibu dan anak.Malam itu, Rahayu datang lagi mengunjungi anak lelakinya. Damar duduk bersandar pada kepala ranjang. Tatapan matanya kosong tak terisi harapan.Rahayu menyentuh tangan Damar, mengusapnya lembut. "Le, ibu sama ayah ndak maksa kamu menikahi Joya. Maafkan kami berdua karena sempat membuatmu tertekan. Hanya ibu minta satu hal sama kamu, Le, pikirkan baik-baik segala sesuatu. Jangan gegabah mengambil keputusan. Tanyakan hatimu, kemudian perjuangkan apa yang kamu yakini dengan sepenuh hati."Rahayu menatap anak lelakinya yang masih diam seribu bahasa. Dia tak mengkh
Keyra berhenti. Namun masih enggan menoleh atau pun menghampiri. Kakinya gemetar melaju, satu per satu dan berharap semakin menjauh dari Darmawan dan wanita itu. Sementara Rahayu dibuat pening oleh tingkah suaminya yang tiba-tiba menyuruh penjual kue itu menghentikan langkah. Aneh bukan menyuruh orang yang belum dikenal berhenti dengan nada tegas? "Mas, kenal dia?" Rahayu mengernyitkan dahi. Darmawan mengangkat tangan, memberi isyarat agar istrinya tak bertanya banyak dulu. Rahayu amat percaya dengan suaminya, maka dia pun diam. Bungkam dan menyaksikan. Darmawan melangkah ke arah Keyra, sementara gadis itu masih terpaku di tempatnya, seolah melekat dengan bumi tempatnya berpijak.
Damar sudah sampai di perumahan yang dimaksud ayahnya. Sepanjang sisa perjalanan gemetar sekali pria itu. Entah karena apa.Tiba di sebuah bangunan tak begitu besar, konsep rumah sederhana yang terlihat nyaman, Damar memarkirkan mobilnya tepat di halaman. Membuka pintu perlahan, kemudian melangkah menuju pintu berwarna kecoklatan.Setelah mengucap salam, mengetuk ringan, Si pemilik rumah keluar. Wajahnya semringah melihat Damar."Sudah sampai, Le? Ya ampun bagus tenan Saiki, Le. ( Ya ampun tampan sekali sekarang, Nak). Sini masuk, ayah sama ibukmu lagi makan siang." Wanita seusai ibunya itu ramah sekali. Seperti biasanya."Njih, Bude." Damar mengekori langkah wanita bernama Lastri itu.Lastri mempersilakan Damar menunggu di ruang tamu. Tak lama Darmawan datang dengan wajah tenang."Kamu menolak menjemput kami, lalu secepat kilat datang hanya karen
Ruang tamu rumah sederhana itu kembali sunyi. Keyra dan Damar duduk berjauhan, saling menikmati keheningan. Tak ada lagi pembahasan tentang celana Damar yang bau karena ompol Naina.Sementara Nurma sengaja membawa Naina pergi untuk memberi keduanya waktu privasi.Damar berdehem. "Key …." Lelaki itu mengembuskan napas panjang. "Kamu kenapa pergi?"Keyra menunduk. Kelopak matanya memanas dengan sempurna. Lelehan-lelehan air mata mulai berjatuhan. Entah sebab apa.Damar menggigit bibir bawahnya, seolah sedang memupuk keyakinan untuk mengeluarkan kata. "Key … jawab."Keyra menyeka sudut mata. Kemudian berani menatap Damar yang sedang menanti