Share

43. Menyeberang

Setelah menendang tubuh si pemimpin yang sudah menemui ajal dan menyarungkan kembali pedang pendeknya, Pancaka langsung melompat ke kuda lalu menggebah kuda tersebut hingga berlari.

Danurwenda terbengong melihat tindakan Pancaka tersebut sambil garuk-garuk kepala. Menghempas napas sejenak, menggeleng lalu menyusul si pengawal pribadi Raden Jatnika itu.

"Ternyata ada orang yang berwatak aneh seperti dia," batin Danurwenda.

Dua hari kemudian mereka sampai di pantai selatan. Sepanjang jalan memang tidak menemui hambatan lagi, tapi naluri mereka yang tajam merasakan bahwa sepanjang perjalanan selalu ada yang mengikuti secara diam-diam.

Mereka tidak khawatir apalagi takut. Selama tidak menggangu, maka mereka juga tidak akan membuat masalah. Danurwenda dan Pancaka fokus pada tugas yang sedang diemban.

Di pantai ini tampak sepi karena bukan merupakan dermaga tempat berlabuhnya kapal dari berbagai wilayah.

Karena ini hanya tempat khusus
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status