DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 27Pagi pagi sekali, aku menelepon Aryan, memberi kabar bahwa aku sudah menemukan Intan. Tiga puluh menit kemudian, Aryan tiba menggunakan motorku. Tanpa ragu, dipeluknya sepupunya itu. Bagi Aryan, meski Intan bukan sepupu kandung dan mereka tidak bertalian darah, Intan adalah adik yang harus dia jaga. Mereka tumbuh bersama setelah Tante Rosa membawa gadis kecil berwajah murung yang dulu sangat pendiam.Dalam pelukan Aryan, Intan menangis lagi. Sedih sekali melihatnya ketakutan dan tertekan seperti itu."Setelah memberi kesaksian, aku akan menelepon Tante Rosa. Sebaiknya kau ikut ke Amerika."Intan menggeleng. "Aku tak henti merepotkan Mama.""Tidak In. Kau adalah anaknya juga. Bukankah Tante Rosa sudah mengajakmu ikut? Kau hanya tak rela meninggalkan pekerjaanmu."Intan diam saja, dia menarik tubuhnya dari pelukan Aryan, dan duduk di sofa."Apakah jika aku mengakui bahwa aku pernah berniat membunuh Jenny, aku juga akan dipenjara?" Tanyanya lirih."Ka
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 28Selepas isya, Intan bersikeras pulang ke kost-an nya. Dia juga menolak toyota camry yang hingga kini masih parkir di depan rumah. Bahkan dia tak mau sekedar menoleh sedikit saja. Untunglah aku tak lupa meminta nomor ponsel Ayah Intan. Kuminta dia mengambil lagi mobilnya sambil menerangkan kalau Intan memaksa pulang ke kost naik taksi online. Menjelang tengah malam, Ridwan Sanjaya tiba di rumahku dengan wajah gundah. Ditemani Papa, aku menemuinya di teras rumah."Dia sangat marah padaku." Ujar lelaki setengah baya itu dengan pandangan menerawang. "Aku memang lelaki bajingan, dan pecundang. Aku tak pantas dimaafkan."Aku tahu dia terjerat rasa sesal yang dalam. Jenis rasa sesal yang membuatmu merasa ingin mati saja. Pernikahannya dengan Jenny tak membuahkan seorang anak pun, sementara satu-satunya anak yang dia punya menderita karena ulahnya."Tolong beri tahu dimana kost anakku. Aku harus memastikan Intan baik baik saja. Aku akan mengirim pengawal u
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 29Aku berdiri diam, menunggu hingga isak tangis di dalam toilet mereda dan kucuran air berhenti. Lalu, pintu terbuka dan sepasang netra yang basah menatapku dengan raut terkejut."Kenapa kau menungguku?"Aku tersenyum getir. "Bukankah kita biasa seperti ini? Kenapa harus berubah?""Harus. Nadya, bukankah sudah ku suruh kau agar melupakan aku? Anggap saja kita tidak saling kenal."Suara Intan bergetar. Aku mendekat, menyisakan jarak sekian centi dari wajahnya."Apakah menurutmu semudah itu? Aku tidak tahu apa salahku Intan. Katakan! Katakan apa salahku!"Intan diam saja. Dia berusaha memalingkan wajah dariku. Namun kupaksa dia agar tetap menatap mataku."Apa kau marah karena aku memberi nomor ponselmu pada Ayah kandungmu?"Ada sedikit sentakan dalam ekspresi wajahnya. Lalu datar."Intan, aku minta maaf untuk itu, tapi aku tak bisa membiarkan seorang Ayah yang menyesali kesalahannya dimasa lalu, cemas pada keadaan putrinya."Mungkin aku salah karena te
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 30PoV HARISAku menatap layar ponsel itu tak percaya, lalu memeriksa profilenya demi memastikan dugaanku. Dan ternyata benar. Memang benar dialah Miss Secret, orang yang membongkar jati diriku sehingga aku dipecat dengan tidak hormat dari Universitas. Secara tidak langsung, dia juga yang membuat Jenny murka padaku hingga dia tak mau menemuiku sampai ajal menjemput.Dan, jika dia Miss Secret, apakah dia juga yang membunuh Jenny?Jika menuruti emosi, ingin sekali aku langsung mencekiknya saat ini juga. Tapi, hufff… hah… aku menarik nafas dalam dalam. Aku tak boleh gegabah. Meski nafsuku besar ingin segera membalas perbuatannya, namun aku tak ingin berakhir di penjara. Aku juga tidak yakin dialah yang membunuh Jenny melihat tingkahnya yang lembut dan tubuhnya yang mungil itu. Jenny jauh lebih kuat darinya.Tak lama, kulihat sosoknya keluar dari gerbang pemakaman sambil menyusut matanya. Aku membuang ludah, dasar munafik! Ular bermuka dua!"Maaf, membuat
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 31PoV NADYAAku keluar dari kantor dengan hati gundah. Sikap Intan yang dingin hingga berhari hari ini membuatku gelisah dan tak tenang. Meski ada Tiur dan karyawan lain yang mencoba menghibur, juga Aryan yang rutin mengirim pesan WA, mereka tidak sama. Hatiku terasa hampa, seakan ada lubang besar menganga disana.Aku berhenti ketika mendengar suara langkah kakinya di belakangku. Dan ketika berbalik, aku mendapati Intan tengah berjalan dengan kepala tertunduk. Kupegang bahunya sebelum dia sempat menghindar."Bagaimanapun kau menjauh In, aku tak peduli. Kau tetap sahabatku."Intan diam saja. Dia sama sekali tak mau menatapku."Terserah kau mau berbuat apa, aku akan tetap berada di sampingmu."Kali ini Intan mengangkat kepalanya. Matanya yang sendu itu membalas tatapanku."Nadya, aku mohon berhentilah. Persahabatan kita tak akan pernah sama lagi.""Tapi kenapa?""Suatu saat kau akan tahu." Dia lalu berlari menghampiri motornya. Menghidupkannya dengan
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 32"Kau serius mau berangkat ke kantor?" Tanya Aryan. Pagi pagi sekali dia sudah datang, membawa tiga porsi bubur ayam yang dikemas dalam styrofoam untuk kami bertiga sarapan. Katanya kasihan jika aku harus memasak sementara kepalaku masih pusing. Aku hanya tertawa. Padahal kepalaku baik baik saja, tapi perban besar yang menutupi luka kecil itu memang terlihat agak mengerikan. Belum lagi perban yang membalut ujung kakiku sehingga aku terpaksa memakai selop terbuka sebagai pengganti sepatu. Perban yang menutupi luka bohongan sebagai sandiwaraku demi membantu Salma yang berada dalam tekanan Mas Haris."Serius dong. Aku kan nggak sakit." Ujarku sambil memakai safety belt. Mobil toyota rush hitam yang kemarin menabrak pohon dan hancur bemper depannya kini ada di bengkel. Sebagai gantinya, Aryan membawa Vellfire putih yang pertama kali kunaiki saat dia jadi sopir taksi online."Jangan lupa kau harus berjalan sedikit pincang." Ujar Aryan sambil memutar kun
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 33PoV HARISSuara derum kasar mobil Jeep-ku yang berhenti di halaman luas rumah Ibu rupanya terdengar oleh Ibu. Wanita berusia lima puluh sembilan tahun itu tergopoh-gopoh keluar. Wajahnya yang sembab tampak tersenyum bahagia melihatku datang. Ya. Seperti itulah Ibu. Sebesar apapun kesalahanku padanya, seperti apapun perlakuanku padanya, Ibu akan menyambut kepulanganku dengan senyum yang mengembang."Haris, anak Ibu. Ibu tahu kau pasti pulang."Sesaat, aku terenyuh menatapnya. Dia telah banyak berkorban untukku, meninggalkan kuliahnya di tengah jalan demi merawatku sendiri sejak bayi. Apalagi setelah Ibu menyadari bahwa aku berbeda, tak seorangpun boleh menyentuhku. Semua keperluanku disiapkan oleh tangannya sendiri. Bahkan, Ibu siap menjadi tameng akan murka Bapak.Aku menghela nafas, masuk ke dalam rumah dan duduk di sofa ruang tengah. Kuhidupkan televisi layar datar dengan ukuran raksasa yang menempel di satu sisi tembok. Dari sini dapat kulihat I
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 34Aku menatap Intan tak percaya, sementara Aryan ikut terpana menatap anak angkat tantenya itu."Kau tidak main-main kan In? Kau sungguh-sungguh melakukannya? Kau tahu? Tindak kejahatan yang kau lakukan ini sangat serius." Aku mengguncang bahunya. Meski dia berkata telah membunuh seseorang, bagiku Intan sama sekali tidak seperti pembunuh. Dia gemetar, pucat dan ketakutan. Dia adalah gadis paling penyayang yang pernah kukenal. Kami selalu meledeknya bagaimana dia kerap datang ke kantor sambil membawa kucing jalanan, memberinya sepiring whiskas yang memang sengaja dia simpan di bawah mejanya. Ya, dia sepenyayang itu bahkan pada hewan terlantar. Bagaimana mungkin dia bisa membunuh manusia?"Aku… aku bermaksud membunuhnya. Aku yang memukul kepalanya sampai dia pingsan, lalu… lalu… lelaki itu datang dan mencegahku."Aku dan Aryan saling tatap. Cerita Intan yang dia ucapkan dengan gugup sungguh jauh berbeda dengan cerita yang pertama kali dia katakan, yan