Masashi merenung di dalam kamarnya. Meski tabib telah menyembuhkan total luka di matanya, meminta ia untuk segera tidur, tetapi ia bandel untuk tetap duduk di atas kasur. Kedua kakinya yang terbalut sepatu menapak pada lantai, kedua tangannya sibuk ia tatap, pikirannya jauh di entah berantah. Kejadian saat perang tadi hampir saja membunuh ayah dan panglima perang karena keteledorannya. Masashi tidak tahu kekuatan apa yang ia miliki sampai mengeluarkan ekor aneh dari tubuhnya, membuat kekuatannya sulit dikendalikan---salah satu ekornya mengenai ayah dan panglima perang karena mereka berusaha menenangkan kekuatannya yang mengamuk. Kejadian itu terjadi setelah mereka memenangkan perang, setelah mereka terdesak. Entah karena alasan apa, ia merasakan kekuatannya seolah memenuhi seluruh tubuh, kemudian kejadian aneh muncul. Ia merasa perlu mengeluarkan sepenuhnya kekuatan di tubuhnya. Jika ayah dan panglima perang tidak menghentikannya, mungkin seluruh prajurit mati di depannya, serta d
Masashi segera memeluk sang ibu, menenangkan ibunya, ia tidak ingin ibunya merasa ketakutan. Meski ia tidak tahu apa yang terjadi di sini sampai ada beberapa pria yang meninggal dalam keadaan tubuh terpotong-potong. "Dia iblis! dia yang menurunkan semua meteor itu!" Mata biru Masashi menatap jahat ke orang laki-laki yang masih hidup itu, ia tidak suka ketika ibunya dihina seperti itu. Tanpa peduli dengan orang itu, ia angkat tubuh letih ibunya ke dalam rangkulannya, ia terkejut saat menyadari bahwa ibunya telanjang. Karena cahaya yang memutari tubuh ibunya terlalu terang, ia sampai tak sadar kalau ibunya telanjang. Tanpa perlu tahu apa yang terjadi, Masashi langsung mengeluarkan satu ekor rubahnya, mata Masashi menjadi merah darah kemudian ekornya menusuk jantung pria itu. Dia mati. "Manusia kaparat! bajingan!" umpat Masashi sambil pergi dari sana. Membawa ibunya ke kerajaannya. Hujan meteor berhenti bersamaan dengan cerita ibunya yang juga berakhir. Masashi akhirnya tahu kalau i
Kerajaan Heart memiliki dua pangeran kembar yang begitu disanjung tinggi oleh masyarakat sekitar. Keduanya sangat berbakti kepada orang tua, baik kepada masyarakat, dan memiliki jiwa ksatria yang patut diacungi jempol. Keduanya sama-sama telah menjadi remaja berumur delapan belas tahun yang menawan, tak jarang banyak yang sulit membedakan dua putra kembar dari pasangan Hajima dan Takemi. Sedikit yang membedakan mereka yakni gaya rambut yang agak berbeda, serta sifat mereka juga ada yang nyentrik. Akan tetapi perbedaan mereka sangat kecil, teramat kecil hingga tak mungkin bagi siapapun untuk membedakannya. Suara gementang pedang terdengar di lapangan belakang istana, suara itu berasal dari dua pangeran yang sedang berlatih pedang. Beberapa prajurit diletakkan di lapangan untuk mengawasi dua putra raja, supaya tak ada sejengkal kejadian yang membahayakan mereka berdua. Peluh membanjiri tubuh mereka, sudah beberapa jam mereka berlatih tanpa istirahat, akan tetapi mereka berdua tampak
Pertikaian Masashi dan Akira harus terhenti ketika seorang prajurit datang membawa kabar, membuat dua putra Hajima terdiam seribu bahasa, sedangkan Hajima langsung berlari menuju kamar sang suami. Dunia sedang runtuh. Raja kerajaan Heart yang terserang penyakit akibat masuk ke hutan terlarang pada akhirnya menemui garis akhirnya. Kerajaan Heart berkabung. Sang istri menangis tidak ada henti. Akira berusaha tegar meski sesekali air mata jatuh menguras matanya. Kemudian Masashi dia yang paling tegar, berani merangkul ibu dan adiknya dengan kuat. Masashi hanya bisa melakukan tindakan itu untuk menenangkan adik dan ibunya, ia tak memiliki kekuasaan untuk menghentikan kesedihan mereka, karena ia sendiri juga teramat sedih. Mata cokelat tua Masashi menatap adiknya yang duduk lemas di atas kursi, dia terlihat sangat tertekan, pandangannya pun kosong, pelan-pelan ia tarik Akira ke dalam dekapannya. Memasukkan adiknya ke dalam pelukannya, hatinya ikut sakit melihat sang adik tidak berkutik
Menghentikan langkah seorang lelaki tinggi dengan tubuh besarnya, akan tetapi langkah si lelaki kokoh terus maju dengan pandangan tajam lurus ke depan sama sekali tak acuh kepada sosok yang terus berusaha menghentikan langkahnya. Merasa ia terus diabaikan, ia dengan pakaian yang penuh dengan perhiasan serta mahkota yang terletak di atas kepalanya itu kembali berusaha menyamai langkahnya dengan langkah pria kokoh di depannya. Langkah kaki sang pangeran mahkota terdengar seirama dengan langkah kaki tegas sang panglima perang, membunyikan derap langkah selaras yang tak lagi mengheningkan lorong kerajaan. Bunyi sepatu kedua lelaki itu menekan telinga prajurit yang sedang berjaga di sekitar sana, membuat aksi sang pangeran yang mengejar panglima menjadi tontonan para prajurit. Tangan yang dibalut sarung berwarna emas dengan hiasan hitam dan perak kemudian digambari sebuah bunga mawar perak itu menjulur ke depan, menarik sebuah tangan kekar yang sedang menggenggam sebuah pedang. Langkah
Jerine Roxie. Dia hanyalah bocah berumur tujuh tahun yang tak tahu menahu soal dunia, yang selalu berjalan berdampingan dengan teman-temannya, serta anak kecil yang masih butuh tuntunan dari orang-orang tua di sekitarnya. Ketika semua telah terenggut, badai menyapu habis kepemilikannya, langkah kecilnya harus ia ke manakan? Pada ufuk timur yang menerbitkan matahari, pada daun yang bergerak karena angin, pada pohon yang menggerakkan burung untuk bangun, harapan apa yang harus ia jadikan pondasi untuk kesunyian hatinya? Kaki kecilnya tak bisa melangkah ke manapun, desa mana yang ia tuju, siapa yang ia panggil? Jeri, hanya menatap matahari yang pelan-pelan terbit dengan tatapan sendu. Sekarang dia bingung, ia berada di dalam mimpi, atau pada kenyataan yang memahitkan? Ketika dia pikir dunianya telah hancur, seseorang datang dengan perwujudan yang aneh, duduk di samping dirinya, dan mengikuti Jeri untuk menatap matahari pagi. Sinar matahari begitu hangat bergabung bersama uap panas d
Seharusnya pagi ini ia bisa bersuka cita menyambut semuanya, seharusnya ia tersenyum di depan cermin, atau menciumi bunga mawar putih yang ia genggam. Seharusnya. Tapi sayangnya kata-kata seharusnya itu ia tempik kasar, karena pernikahan ini sama seperti ia kehilangan kendali atas dirinya. Pernikahan ini bukan inginnya melainkan sebuah paksaan, pernikahan ini atas dasar pertumbalan, dan pernikahan ini antara manusia dan seorang iblis. Jeri tidak akan bahagia. Pernikahan ini sebagai tanda buruk bagi warga desa sebab sejak Jeri didandani beberapa kali desa terkena gempa ringan dan sungai di desa bergelombang besar padahal biasanya tidak terjadi sama sekali, tapi warga bersikap acuh kepada keadaan di sekelilingnya. Tidak lama Jeri digiring ke tebing mendekati gua, pemuda itu berkali-kali ingin jatuh karena tidak terbiasa memakai gaun, dan terkadang juga kedua tangannya menarik rambutnya yang digulung ke atas menjadi sanggul. Sejak pertama kali ia membuka mata, banyak orang yang mulai
Tubuh Jeri bergetar saat melihat monster di depannya, ya, seekor kelelawar raksasa sedang menghadapnya dengan mata merah. Monster itu menggunakan jubah merah menyala yang sangat elegan, tapi tidak cocok dengan postur tubuhnya. Di dalam kamus hidup Jeri sama sekali tidak ada namanya kelelawar sebesar rumah seperti ini, tapi sekarang di kamus hidupnya sudah tercatat bahwa iblis yang meminta menikah dengan gadis berumur 15 tahun adalah kelelawar besar ini. Sebentar lagi sepertinya ia akan dimakan oleh monster ini, Jeri mulai berdoa di dalam hati kepada Dewa jika ia melakukan kesalahan semoga cepat dimaafkan oleh Dewa. Tiba-tiba ada asap hitam yang mengelilingi tubuh monster tersebut hilang yang membuat Jeri harus melangkah ke belakang sambil menajamkan matanya. Monster itu menghilang dengan berganti wujud sebagai manusia berambut panjang, wajah rupawan seperti dewa, kulit putih susu, dan jubah panjang berwarna hitam. Kelereng hitam milik iblis itu menatap tajam mata cokelat menenangka