Ayu mulai berpikir. Rasa sayangnya pada Dhika tidak bisa dibohongi. Ayu pun akhirnya memilih mengiyakan. Akhirnya Mihran pun dapat bernapas dengan lega karena Ayu tidak jadi mengundurkan diri."Terimakasih ya, Ayu. Kalau gitu, saya permisi pulang dulu. Terimakasih. Assalamualaikum," pamit Mihran. Ridho pun mengantar Mihran hingga ke teras rumah. Namun, beberapa saat Ridho menghentikan langkahnya. Pertanyaan Ridho membuat Mihran terkejut."Pak Mihran, apa anda mencintai adik saya, Ayu?" tanya Ridho."Saya lihat, Bapak sangat perhatian dengan adik saya. Saya hanya nggak rela adik saya dicintai pria yang sudah memiliki istri," tutur Ridho."Kamu jangan khawatir. Saya kapok melakukan poligami. Bahkan sampai detik ini saya masih sangat mencintai istri pertama saya. Saya permisi," pamit Mihran."Ok."Mihran pun akhirnya pulang. Ayu pun keluar dan mempertanyakan pada Ridho mengapa ia berbicara pada Mihran agar menjauhinya. Lalu, bukannya Ridho yang memintanya membuat Mihran jatuh cinta pada
Della kini dapat bernapas lega. Setelah misinya selesai ia pun sejenak beristirahat. Della duduk di sebuah bangku di salah satu sudut taman."Akhirnya satu masalah selesai. Kini aku terbebas dari teror bidan Nini. Makanya, jangan main-main sama Della.""Sekarang tinggal kasih pelajaran ke Eliza biar dia tidak semakin bossy dan semakin kurang ajar sama aku."Ambulance dan polisi yang dihubungi Amaliya akhirnya sampai dan memeriksa lokasi dan bidan Nini yang sudah meninggal."Begitu saya sampai di sini, ibu itu sudah terkapar, Pak. Ibu itu korban tabrak lari," terang Amaliya."Baik, Bu. Terimakasih atas keterangan ibu. Jika kamu masih butuh keterangan tambahan, kami akan hubungi ibu lagi. Tolong nomornya selalu aktif ya," ujar salah satu seorang anggota polisi."Baik, Pak.""Kalau begitu, kami permisi dulu."Ketika para polisi dan ambulance itu pergi membawa jenazah bidan Nini, Amaliya pun kembali bingung."Apa yang dimaksud ibu itu tentang anak aku?" pikir Amaliya.Tiba-tiba ponsel Ama
"Bu Della, kenalkan ini kakak saya Ridho," ujar Ayu tertunduk."Maaf, Ibu siapa ya?" tanya Ridho."Saya majikannya."Ridho pun mulai paham dan akhirnya menjalankan 'aktingnya' agar Della tidak curiga lagi pada Amaliya alias Ayu."Oh, ya ya. Adik saya baru cerita kalau dia nggak betah kerja di rumah karena selalu ditekan. Sekarang saya bisa merasakannya," ucap Ridho. "Ayu, apa benar kamu nggak betah kerja di rumah?" tanya Della yang kini berubah kasihan pada Ayu."Bu Eliza nggak pernah suka sama saya, Bu. Saya tidak mungkin bertahan kalau ...." ucap Ayu terisak. Della pun semakin iba dengan baby sitter Dhika itu.Della pun mulai berpikir. Della pun teringat ketika Eliza mengatakan jika Ayu terbukti bukanlah Amaliya. "Ayu bukan Amaliya. Eliza keterlaluan. Karena kepanikannya dia jadi membenci Ayu. Padahal Ayu nggak salah apa-apa. Ayu juga baik selama ini sama aku. Hm, sepertinya aku juga butuh kaki tangan di rumah karena Eliza mulai membangkang sama aku," ucapnya dalam hati."Ayu, say
"Ngapain sih Mihran dari tadi di depan kamar Dhika?" gumam Eliza yang sejak tadi memperhatikan Mihran yang tidak beranjak dari kamar putranya.Eliza pun memutuskan mendekati kamar Dhika ketika suaminya itu pergi ke kamarnya. Sungguh terkejut ketika ada Ayu dan Alia di kamar putranya itu."Jadi dari tadi Mihran memperhatikan Ayu? Keterlaluan banget sih?!" gerutu Eliza.Eliza yang murka pun langsung masuk ke kamarnya. Ia menarik tangan Ayu dengan kasar. Alia sempat menahannya, tapi akhirnya Ayu berusaha tenang di depan Alia."Ibu mau ngomong apa sih? Tolong ya, jangan bersikap kasar di depan Alia," ujar Ayu."Enggak usah sok bela Alia!" gertak Eliza."Kasihan saya sama Alia yang punya ibu tiri kejam kayak ibu!" bentak Ayu. Eliza pun tidak terima. Ia melayangkan sebuah tamparan keras ke wajah Ayu, tapi Ayu berhasil menangkisnya."Jangan macam-macam sama saya!" ujar Ayu tegas."Ngapain sih kamu tebar pesona di rumah ini sampai semua orang membela kamu?" pekik Eliza."Saya nggak pernah te
Eliza dan Della yang sudah terpecah akhirnya saling serang. Saling berusaha menghancurkan satu sama lainnya."Tante, aku mohon jangan hubungi Mihran," pinta Eliza memelas.Tante Della yang dendam dan sakit hati karena Eliza yang coba menghabisinya akhirnya menghubungi Mihran dan memintanya datang ke rumah sakit.[Halo, Mihran. Kamu tolong segera ke rumah sakit Permata paviliun 3/B ya. Eliza butuh kamu.]Mihran yang bingung mendapat kabar soal Eliza yang berada di rumah sakit pun akhirnya memutuskan segera pergi.Eliza pun semakin panik. Dia berusaha memikirkan cara agar bisa lepas dari jebakan Tante Della.Ridho dan Amaliya pun melihat dari balik jendela kamar Eliza. Ridho pun senang akhirnya rencana memecah belah Della dan Eliza berhasil."Apa kita nggak keterlaluan ya, Dho?" tanya Amaliya yang merasa kasihan melihat pertengkaran Eliza dan Tante Della."Apa yang kita lakukan tidak sebanding dengan kekejaman yang mereka lakukan," sahut Ridho."Berkali-kali Mel mereka mau menghabisi ny
"Saya nggak gila. Saya nggak gila. Tolong bebaskan saya. Saya nggak gila!" teriak Tante Della histeris.Tante Della akhirnya sampai di rumah sakit jiwa. Ia pun langsung dibawa perawat menuju kamarnya. Karena kondisi Tante Della yang sangat histeris pun membuatnya harus masuk ke ruang isolasi. Hanya seorang diri."Tolong percaya sama saya. Saya ini nggak gila!" teriaknya ketika para petugas mengunci kamar."Eliza, ini pasti semua perbuatan kamu. Kamu yang sudah membuat tante seperti ini. Kamu jahat, Eliza!" teriak Tante Della.Ayu dan Ridho akhirnya datang ke rumah sakit. Ke salah satu petugas yang membawa Tante Della, Ayu dan Ridho berusaha agar bisa membebaskan Tante Della. Namun, usahanya gagal. Ayu dan Ridho hanya diijinkan melihatnya.Ayu bersama Ridho akhirnya berjalan menuju kamar isolasi. Di ruang isolasi Della terus berteriak histeris. Bahkan memaki sang keponakan."Eliza, kamu jahat. Dasar keponakan kurang ajar. Awas kamu El, aku akan balas. Aku akan bongkar semua kejahatan k
Harapan tinggal harapan. Amaliya masih harus bersabar lebih lama untuk membongkar semua kejahatan Eliza. Ia masih harus menyamar sebagai Ayu -- baby sitter Dhika di rumah Mihran. Rumah yang dulu dibangunnya bersama.Kebahagiaan bertemu dengan sahabat lama ternyata justru membuat malapetaka bagi rumah tangganya. Ia terpaksa merelakan Mihran menikahi sahabatnya sendiri --Eliza. Bahkan janji akan bercerai setelah anaknya lahir pun tidak pernah ditepati. Bahkan Eliza justru mencoba menghabisinya berulangkali demi menjadi satu-satunya istri Mihran.Amaliya kini mencoba kembali bersabar. Setelah beberapa rencananya yang disusun bersama Ridho gagal. Kini satu-satunya harapan pun kandas sejak Tante Della mendekam di rumah sakit jiwa akibat ulah Eliza. Eliza akan slalu melakukan apapun demi posisinya aman.Pagi itu, sesuai rencana, ia mencoba mengajak Mihran ke rumah sakit menemui Tante Della. Sayangnya, ketika sedang mengajak Mihran bicara, Eliza datang hingga merusak semuanya."Pak, gimana
Permintaan Alia yang menginginkan Ayu sehari menjadi Amaliya membuat Eliza geram. Namun, tidak bagi keluarga Amaliya dan Mihran."Enggak, Mihran!""Kalau Ayu menjadi Amaliya, walau sehari aja itu bisa memberi harapan pada kita semua kalau Amaliya masih hidup. Padahal itu semua nggak mungkin!" ujar Eliza.Oma Siska dan keluarga Amaliya lainnya pun nampak ketus memandanginya. Hanya Taher dan Malik yang nampak tertunduk. Hingga Oma pun bersuara."Kami juga mau mengenang sosok Amaliya, Oma setuju dengan usul Alia," tegas Oma Siska."Saya juga setuju," sahut Arumi."Aku juga setuju," timpal Indah."Anak pungut ini benar-benar menyebalkan!" gerutu Eliza dalam hati.Eliza pun lebih kesal ketika Mihran berdiri dan mmbuat keputusan yang mendukung Alia dan keluarga Amaliya."Ok. Saya setuju. Malam ini saya akan merayakan ulang tahun Amaliya, walau digantikan Ayu. Biar kita semua bisa mengenangnya," tutur Mihran."Oma, Tante Indah, datang ya," kata Alia tersenyum."Anak pungut ini sama menyebalk