Mr Big menghampiri seorang anak buahnya yang tampak menundukkan kepala, begitu takut untuk sekedar menatap wajahnya.Tiba-tiba ia merenggut rambutnya dan menariknya hingga ke belakang, "hanya ini batas kemampuanmu?! Selama ini kalian telah dilatih menjadi pasukan tangguh, tapi malah menghasilkan para pecundang!""Sekarang saya tanya! Dimana laptop tempat bukti-bukti itu berada?"Mendengar pertanyaan itu, seluruh anak buahnya tampak tegang dan tak bersuara.Mr.Big semakin meradang hingga terbelalak matanya memandangi Mereka. "Kenapa kalian diam?! Jawab pertanyaan saya!" Dengan terbata-bata, salah satu anak buahnya berkata, "Kami sudah berusaha semaksimal mungkin menjaganya.""Laptop itu sudah dihancurkan, Tuan, " Jawab salah satu anak buahnya.Mendengar itu, kemarahan Mr. Big tak dapat terbendung lagi. hingga tampak memerah wajahnya dan mengepal keras kedua tangannya."Apa kalian tidak berfikir! Jika bukti itu dihilangkan, bagaimana kita akan menjatuhkan wibawa Adam!""M–maafkan kami
Diam-diam, Lusiana memperhatikan Adam dan pengawalnya tengah berbicara.Setelah pengawalnya pergi dari hadapan Adam. Lusiana langsung menghampirinya dan menaruh sepiring makanan ke atas meja di hadapan Adam."Ada apa? keliatannya serius sekali?" tanya Lusiana, penasaran.Adam tak lantas menjawab pertanyaan itu. Karena ia tak ingin Lusiana dan Paul merasa terancam untuk tinggal bersamanya.Lusiana tampak mengerutkan keningnya melihat sikap Adam. Lalu ia berkata, "Adam! Kamu kenapa malah diam?" tanya Lusiana, ia sedikit kesal.Adam menoleh ke arah Lusiana, lalu mengelus pundaknya. "Sabar ya, nanti kita bicarakan di kamar. Untuk sekarang jangan memikirkan hal itu dulu, kita habiskan saja dulu makanan ini," ucap Adam, seketika kembali beralih menatap sepiring nasi goreng di hadapannya."Oke kamu janji ya! jangan menyembunyikan sesuatu kepadaku!" ucap Lusiana, menatap kesal ke arah Adam."Iya! aku tak akan menyembunyikannya kepadamu. Kamu berhak mengetahuinya," ucap Adam."Ya sudah kalau b
Di saat Adam menghampiri Mr Big dan kawannya yang tengah duduk di sebuah bangku sofa. Tiba-tiba seseorang berpakaian hitam melayangkan tendangan dari arah belakang.Tubuh Adam sedikit terdorong ke depan. Rupanya kali ini tendangan lawannya memiliki kekuatan yang tak biasa. Sontak Adam menengok ke arah belakang. Lalu menatap tajam seseorang itu. "Siapa kau? Mau mencoba ikut campur!" Adam langsung menghantam kepala orang itu dengan tinjunya.Wuss...Dengan begitu cepatnya orang itu seketika menundukkan kepala lalu bergeser ke arah samping. Serangan Adam kali ini meleset dari sasaran.Kini Adam mengetahui kemampuan lawannya. Dan ia harus lebih mengerahkan kekuatan dari sebelumnya."Hahaha... Sebelum kau berhadapan Mr. Big. Kau harus hadapi kami dulu!" ucapnya, menyeringai.Tiba-tiba muncul dua orang lainnya dari arah belakang orang itu."Kalian pasti yang menculik anak istriku?!" seru Adam, tampak geram."Ya, kami lah pelakunya. Mau apa? "tanyanya, mengangkat dagu dan menyolot."Bagus
Firasat Adam seperti berbicara. Ia mengetahui adanya sebuah bahaya yang datang.Adam menoleh ke belakang. Dan mendapati Mr. Big tengah berlari dengan keadaan terpincang-pincang dan menggenggam pedangnya.Matanya memerah penuh amarah. Pandangannya begitu tajam mengisyaratkan dendam.Ia terus menatap keluarga kecil itu dengan penuh kebengisan. Seakan ingin sekali menghabisinya.Lusiana dan Paul tampak ketakutan dan berlindung di belakang tubuh Adam. "Lusiana! Cepat bawa Paul ke mobil. Biar orang gila itu aku yang menghadapinya," ucap Adam, tetap berdiri dengan gagah bersiap menghadapi serangan."Adam, kamu hati-hati ya! Aku takut terjadi suatu hal kepadamu," Ucap Lusiana, cemas.Lantas Adam menoleh ke arah Lusiana, lalu memberikan senyuman kecil. "Percayakan saja semua kepadaku. Niscaya semua akan baik-baik saja."Ia mengusap wajah istrinya dengan penuh kelembutan.Lusiana pun tersenyum, lalu menganggukkan kepala. Kini ia telah menaruh kepercayaan penuh kepada Adam. "Ayah! Dia semakin
Mondy bergemetar ketakutan saat Adam mengancamnya. Namun ia tak berhenti untuk berfikir.Pria berjas dengan rambut gondrongnya itu lantas mendekat kepada Adam untuk berusaha membujuknya."Em–begini saja Pak. Saya punya ide bagus untuk Bapak. Bagaimana jika bapak mendapatkan 20% pendapatan bersih saya setiap bulannya?""Asalkan Bapak tetap menjaga rahasia, maka uang itu tidak akan berhenti mengalir ke rekening Bapak."Mendengar Mondy yang malah melobynya. Adam semakin geram dan memerah wajahnya."Jadi kau mau cari aman ya?!" ucap Adam, murka hingga tampak urat dilehernya menyembul keluar."Bu–bukannya seperti itu Pak," Mondy tampak semakin ketakutan."Sekarang kau ikut saya!" seru Adam, geram.Adam lantas melangkah menuju ke mobil pribadinya yang terparkir di depan gerbang markas Mafia.Sementara Mondy mengikutinya dari belakang bersama dua pengawalnya yang juga bertubuh tegap. Namun masih tetap jauh lebih besar Adam dibanding mereka.Mondy terus bertanya-tanya dalam benaknya. Rasa cema
Mereka berdua saling berhadapan. Dan bersiap untuk penyerangan.Di antara para Mafia yang terus bersorak sorai di tengah pertarungan."Habisi saja dia!""Jangan ragu, bunuh saja!"Seru Mereka dengan begitu antusiasnya.Namun, Bush tak membiarkan hal itu terjadi. Ia berusaha melerai mereka berdua dari pertarungan. Karena jika sampai mereka saling bertarung. Maka konsekuensinya adalah kematian.Jody tengah mempersiapkan penyerangannya dengan kedua tangan mengepal dan terus memperhatikan titik kelemahan Erick.Tiba-tiba Bush menghadang mereka berdua. "Sudah! Guru tak akan senang jika melihat kita seperti ini! Kita tak perlu terpecah belah, Jika memang itu jalan yang dipilih Jody. Biarkan saja! Lagipula para pasukan Mafia juga tak akan sudi dipimpin oleh orang seperti dia!"Mendengar perkataan Bush. Jody tiba-tiba meradang. Ia langsung melayangkan tendangannya ke arah sahabatnya itu.Brakk!Bush terpental dan tubuhnya bertubrukan dengan Erick."Jaga ucapanmu!""Kita lihat, apakah para Ma
Dua pria bertubuh tegap menyeret paksa Mondy dan Mr. Big ke sebuah ruangan. Yang dimana ruangan itu merupakan ruang Pribadi Jendral Adam.Di tempat yang begitu remang pencahayaan, Adam tengah duduk di bangku sofa seraya menghisap cerutunya.Dua pria itu lantas menjatuhkan Mondy dan Mr. big di hadapan Adam."Kalian berdua berlutut!" seru salah satu tentara, memerintahkan dengan tegas.Mondy dengan paniknya langsung berlutut di hadapan Adam.Namun tidak dengan Mr. Big, Ia membuang muka dan menolak untuk tunduk kepada Adam. Karena baginya, harga dirinya adalah harga mati.Adam membisiki seorang pengawal yang berada tepat di sampingnya seraya terus menatap Mr. Big."Seret dia mendekat kepadaku..." "Baik Pak," ucap pengawal itu seraya menganggukkan kepala.Lalu Sang pengawal langsung melangkah mendekati Mr. Big.Dan secara tiba-tiba, ia menarik rambutnya hingga memaksa tubuhnya ikut terbawa ke hadapan Adam."Akh! lepaskan rambutku!" Teriak Mr. Big kesakitan dan terus meronta, walau kedua
Brakk!Adam menendang pintu hingga terbuka lebar.Sontak Mr. Big dan Mondy tersentak mendengar suara dobrakan pintu yang begitu bising memecah keheningan.Adam menatap tajam ke arah Mr. Big yang tengah meringkuk di sisi ruangan."Tindakanmu tak bisa dimaafkan!" seru Adam, seketika megepalkan kedua tangan dan menghampirinya.Mr. Big memandangi Adam dengan terheran-heran.Dan saat berada tepat di hadapannya, Tiba-tiba Adam menggenggam kerah bajunya lalu menariknya hingga memaksa tubuhnya ikut terangkat."Kau harus bertanggung jawab atas perbuatan pasukanmu yang telah mengacaukan ketentraman kota!" seru Adam, memelototi Mr. Big."Apa maksudmu?! Kenapa tiba-tiba menyalahkanku?!" tanya Mr. Big, mengerutkan keningnya."Jangan berpura-pura bodoh! Diam-diam kau mengerahkan pasukanmu untuk mengacaukan kota!""Mana ponsel yang kau sembunyikan itu?!" seru Adam, memintanya dengan tegas.Mr. Big seketika menjawab, "Aku tak menyimpan apapun. Pasukanmu yang telah merampas ponselku. Jika tak percaya,