Serangan dari tentara pemberontak telah membuat banyak pasukan berguguran.Namun pasukan Republik tak lantas menyerah begitu saja. Serangan balasan dengan begitu gencar dilakukan.Satu mortir yang menewaskan belasan pasukan dibalas dengan puluhan mortir yang mengarah pada ratusan pemberontak yang bersembunyi di antara lebatnya hutan.Serangan balasan itu membuat pasukan pemberontak kewalahan menghadapi kuatnya bala tentara pasukan Republik.Persenjataan mereka begitu jauh lebih modern dibanding persenjataan pasukan pemberontak yang notabene mereka dapatkan dari mafia setempat.Kini kekuatan pasukan merah berada di ujung tanduk. Mereka melangkah mundur secara perlahan. Sedangkan Pasukan republik mulai bergerak maju.Hingga pada satu titik. Pasukan merah tak dapat lagi melakukan pergerakan.Keberadaan mereka telah terkepung oleh pasukan yang berada di segala sisi.Di sebuah hutan jati, Seorang komandan pasukan pemberontak tengah sibuk melakukan kordinasi kepada seluruh pasukannya untuk
"Siap mengerti Jendral!" ucap Letnan Tukman.Kemudian Adam kembali duduk di atas sebuah batu besar di tepian sungai. Semangkuk makanan kembali disantapnya.Di tengah hari yang terasa semakin gelap. Kala matahari perlahan tenggelam di ufuk barat.Suara-suara binatang malam mulai terdengar. Kala itulah kewaspadaan semakin ditingkatkan.Pasukan melakukan penjagaan ketat terhadap segala ancaman. Di tengah peristirahatan Sang Jendral di tengah hutan yang gelap.Tenda-tenda perkemahan digelar. Pasukan secara bergiliran merehatkan tubuh di tengah dinginnya malam.Namun peristirahatan mereka tiba-tiba terganggu oleh sebuah tembakan membabi buta yang dari arah sebuah hutan di atas bukit yang terjal."Lapor Jendral! Perkemahan kami diserang!""Kalian jangan sampai lengah! Karena serangan ini bisa saja akan semakin gencar dilakukan oleh pemberontak di malam hari! Segera lakukan tembakan balasan untuk memukul mundur keberadaan mereka!" seru Adam melalui HT."Siap Jendral!" seru seorang pasukannya
Seorang Kaki tangan Ruly mengangkat tubuhnya untuk bangun. Lalu sedikit melangkah mundur dari hadapannya.“Maaf Tuan, saya tidak bermaksud membuat Tuan cemburu,” ucapnya dengan raut wajah memelas.“Aku tidak perlu masukanmu! Keluar kau dari ruangan ini!” seru Ruly seraya mengarahkan telunjuknya ke arah pintu.“Baik, saya keluar Tuan,” ucap anak buahnya itu dengan kekecewaan.Lalu ia pun keluar dari ruangan seraya menundukkan kepala.Ruly kembali terlentang di atas kasur. Tiba–tiba suara ponselnya berbunyi.Ia seketika bangkit kembali dan meraih ponselnya yang berada di atas meja.Ruly kemudian mengangkat panggilan itu.“Permisi Tuan, maaf mengganggu istirahat anda. Saya hanya ingin melaporkan bahwa keberadaan Adam Rudiant beserta pasukannya sudah berada dekat dengan keberadaan Tuan. Kurang lebih berjarak 1 kilometer dari sana,” ucap seorang anak buahnya,melaporkan.“Halau mereka dengan tembakan Basoka! Jangan sampai mereka menyentuh markas kita!” seru Ruly.“Siap laksanakan Pak!” jawa
"Aku telah bebas!" seru seseorang tersebut, seraya tersenyum.Lalu ia melangkah mendekatinya. Adam seketika bersiap siaga."Kenapa kau mencoba melindungi diri?" tanya seseorang tersebut yang ternyata adalah Jody.Adam menatapnya dengan heran."Tenang, aku datang kepadamu bukan untuk menyerang. Tapi untuk membantumu!" seru Jody kepadanya."Membantuku?""Apa aku sedang bermimpi?!" Adam mengerutkan keningnya.Di tengah percakapan itu, tiba-tiba Ruly bangkit kembali.Adam langsung bersiap siaga. Namun Jody seketika mengayunkan pedangnya ke arah kepala Ruly.Ruly mengelak lalu menendang perut Jody hingga ia terpental dan terguling-guling.Adam tak tinggal diam. Ia menghantam wajah Ruly dengan satu pukulan.Ruly seketika terpental terkena hantaman keras dari tangan besi Adam.Lalu ia dengan cepat menginjak kepala Ruly untuk menahannya agar tak dapat terbangun.Tiba-tiba Jody mengikat kedua tangan Ruly menggunakan tali.Hal itu membuat Adam semakin tak menyangka dengan perubahan Jody.Setela
"Baik, jika Tuan Jody telah siap untuk melakukan misi ini. Aku persilahkan," ucap Adam."Tentu saja aku sudah siap Jendral Adam!" jawab Jody, lalu ia berdiri dari bangku.Adam dan Charles turut berdiri lalu mereka berjabat tangan satu sama lain.Tiba-tiba Adam mengeluarkan sepucuk senjata kedap suara yang terbuat dari emas ke hadapan Jody."Ini alat untuk penjagaanmu tuan," ucap Adam."Terima kasih banyak engkau telah banyak sekali membantuku. Tapi aku tidak bisa menerima ini. Biarkan aku datang kepada mereka tanpa senjata," ucap Jody."Anda yakin tidak mau menerimanya?" tanya Adam."Ya, aku yakin," jawab Jody.Namun Adam tetap berniat memberikan senjata itu kepada Jody."Ambillah, jika tidak aku akan kecewa atas penolakan ini," ucap Adam.Jody menundukkan kepala. Lalu berkata, " Baik, jika memang Jendral Adam memaksa. Aku akan menerimanya dengan senang hati," ucap Jody.Lantas ia membuka telapak tangannya sebagai tanda bahwa ia menerima.Adam menaruh senjata emas itu ke tangan Jody.
Demi menghindari jebakan ranjau yang telah direncanakan oleh musuh, Adam memerintahkan pasukannya untuk mundur.Namun bidikan senjata masih mengarah ke arah dimana mereka bersembunyi.Di tengah kewaspadaan tinggi, sebuah Helicopter bersenjata semi otomatis terlihat dari kejauhan.Semakin dekat dan mengarahkan sebuah mortir kepada pasukan yang tengah berdiri."Tiarap!""Selamatkan diri kalian!" seru Adam, memerintahkan pasukan.Pasukan seketika menjatuhkan diri dan bersembunyi di antara semak belukar."Tembakkan mortir ke arah Helicopter! Jangan biarkan dia semakin mendekati kita!" seru Adam kepada pasukan.Seorang prajurit seketika mengarahkan senjata Basoka ke arah Helicopter tersebut.Mengetahui heli yang terus mendekat, prajurit seketika melepaskan tembakan Basoka ke arah Helicopter.Sebuah mortir melesat dan mengenai badan helikopter tersebut. Hal itu membuatnya hilang keseimbangan dan jatuh seketika di antara lebatnya pepohonan."Lapor, tembakan mengenai sasaran. Helicopter berha
Kematian Jerry menimbulkan api kemarahan para mafia.Dengan membabi buta, gerombolan mafia melancarkan serangan ke arah Adam. Namun semua itu tidaklah berarti. Adam tetap berdiri kokoh walau ribuan peluru melesat menghujam tubuhnya.Di tengah serangan itu, sebuah mobil hitam berhenti tepat di titik keberadaan jasad Jerry berada.Seorang pemimpin mafia keluar dan menghampiri jasad yang tengah terkapar di hadapannya.Dari matanya tampak mengisyaratkan amarah yang begitu besar.Tatapannya seketika menjalar ke arah depan. Yaitu ke hadapan Adam yang tengah berdiri."Jangan harap kau akan bebas di tanganku, Ruly!" seru Adam dengan menunjuk wajah Ruly."Kau pikir semudah itu kau mengalahkanku?!""Aku yang akan menangkapmu lalu membunuhmu dengan keji!" seru Ruly, dengan menatap tajam wajah Adam.Ruly melangkah ke hadapan Adam. Lalu seketika melayangkan tendangan ke arah wajahnya.Namun tendangan itu seketika ditangkap dengan cepat.Lalu ia menyelengkat salah satu kaki yang menjadi pijakan. R
Ruly yang terkapar setelah terkena hantaman. Lantas ia berusaha bangkit kembali.Dan mendapati Rose yang tengah terlentang tak berdaya."Kau telah menyakitinya! Kau harus bertanggung jawab!" Ruly berteriak dihadapan Adam.Adam terdiam. Ia merasa bersalah dengan apa yang dilakukannya kepada Rose."Maafkan aku...Rose...." ucap Adam, dengan nada pelan.Perlahan ia melangkah menghampiri Rose, namun Ruly tiba-tiba menghadangnya."Mau apa kau?! Aku tak akan membiarkanmu menyentuhnya!" seru Ruly dengan menatapnya tajam.Rose masih tak sadarkan diri setelah kepalanya terbentur tanah."Menyingkir kau dari hadapanku. Atau aku akan berikan pelajaran padamu," ucap Adam, pelan namun tegas.Mendengar ucapan Adam. Ruly pun bertambah murka. Dan seketika melangkah mendekatinya."Untuk apa?! Kau berikan uang sebagai tanggung jawabmu. Maka aku akan membawanya ke rumah sakit!" ucap Ruly, menuntut Adam."Aku katakan menyingkir. Sekarang kau menyingkir!" seru Adam.Namun Ruly masih saja berdiri di hadapann