"Boleh saya masuk?"Erlangga menoleh ke arah pintu saat Daniel membuka pintu kamarnya."Ya, masuk saja. Ada apa?""Ah, aku hanya ingin melihat keadaanmu. Bagaimana perasaanmu? Sepertinya anda harus menunda pengambilan foto itu untuk sementara." Daniel duduk di ujung ranjang agar Erlangga merasa lebih nyaman berbincang dengannya.Er bisa menebak kemana arah percakapan mereka.Namun, Er akan tetap bertahan pada karirnya sebelum semua penjahat itu memdapat karmanya.Sampai kapanpun, dia tidak akan merasa tenang. Mimpi buruk itu akan selalu datang menghantuinya selama pembunuh itu belum tertangkap dan dihukum."Ya, Paman tidak perlu khawatir. Mereka mengerti keadaanku, jadi ... aku akan kembali ke sana saat aku siap."Kepala Daniel mengangguk pelan. Dia memikirkan kalimat lain untuk ditanyakan."Apa aku boleh tanya sesuatu?""Mau tanya apa?" kata Er datar.Daniel menjawabnya, "Apa anda melihat siapa orang yang telah menyerang anda waktu itu? Mereka mengatakan telah menangkapnya dan membaw
"Tenanglah, Nyonya. Mereka tidak akan melukaimu. Prabujaya tidak akan tega padamu." Jhon berkata dengan datar. Setelah itu dia kembali melanjutkan, "Tidak ada bukti yang memberatkanmu sampai hari ini. Tenang saja! Jika mereka menangkapnya, pasti mereka akan datang ke rumah mencari kita."Dada Liana terasa sesak. Dia setuju dengan ucapan Jhon, tetapi hatinya masih merasa tidak tenang."Cepatlah kembali setelah menyelesaikan urusanmu. Aku benci menunggu!""Aku tahu. Jaga dirimu!"Pembicaraan di antara mereka berakhir. Liana melempar ponselnya di atas sofa karena kesal."Ya, Tuhan ... pikiranku jadi tidak tenang. Pasti banyak kerutan halus yang muncul karena aku terlalu stres." Liana mengeluh, tangannya meraba kulit tebal di wajahnya yang terawat dengan baik."Aku benci terlihat tua! Aku akan membuat janji temu dengan Dokter Anna. Aku harap besok dia tidak terlalu sibuk," gumam Liana.***Di tempat lain, seorang laki-laki dengan stelan hitam serta memakai topeng keluar dari mobil bersama
"Terima kasih, Pa, udah mau mengerti aku. Oya, jangan terlalu keras pada diri sendiri, setidaknya perhatikan kesehatan Papa. Jangan memaksakan diri! Ingat, Papa masih punya Rangga yang bisa diandalkan untuk membantu Papa.""Hah ... jangan pikirkan dia! Pikirkan saja dirimu sendiri dan bersenang-senanglah. Saat kamu sudah bosan mengejar mimpimu, kamu bisa datang pada Papa. Paman Daniel akan mengajarkan banyak hal padamu."Erlangga langsung mengangguk sambil tersenyum penuh arti. Dia memang harus bersiap saat dirinya berhasil mengungkapkan semua kejahatan mereka.Hanya tinggal sedikit lagi, batin Erlangga.Jika itu berhasil, hal pertama yang akan dia lakukan adalah menyingkirkan Rangga dari hadapannya. Dan membuat dirinya diakui oleh semua orang.Erlangga membersihkan bibirnya dan bangkit berdiri setelah sup di mangkuknya telah habis.Dia baru akan meninggalkan meja makan saat Prabujaya kembali berbicara padanya."Er, mulai hari kamu akan ditemani oleh pengawal baru yang Papa rekrut un
"Ya. Kami menahannya untuk sementara. Sangat berbahaya jika melepaskannya, dia bisa saja membuka mulut dan melaporkannya pada polisi. Atau ... kemungkinan terburuknya adalah pelaku utama dibalik serangan itu bisa jadi sedang mencarinya sekarang." Asisten baru Erlangga berbicara dengan suara pelan.Mata obsidian Erlangga berputar.Dia menelan salivanya, membuat jakunnya bergerak turun."Bawa aku ke sana. Aku ingin bertemu dengannya secara langsung!""Baik."***Pukul sebelas pagi, Erlangga tiba di kantor majalah mode.Dia mengetuk pintu lalu masuk ke dalam.Erlangga akhirnya bertemu dengan Ibu Maya, Manager redaksi majalah mode milik orangtua Sylvia, setelah satu minggu penuh menjalani masa pemulihan sejak dia terbaring di rumah sakit."Selamat siang, Bu Maya." Erlangga menyapanya sambil tersenyum ramah.Wanita itu mengangkat wajahnya. Dia tersenyum lebar saat melihat Erlangga berdiri di depannya."Hai, selamat seiang juga, Tuan Er. Bagaimana kabar anda? Apa anda sudah benar-benar puli
"Orang itu adalah Jhon ..."Kalimat itu terus menggema di kepala Erlangga. Nama yang membuat hatinya terasa mendidih."Urus laki-laki ini!" Erlangga berkata dengan keras."Hei, Tuan ... jangan tinggalkan aku sendiri! Kau sudah berjanji akan melindungiku. Tuan, Tuan ... jangan pergi!"Pria tambun itu segera berteriak memanggilnya berulang kali.Dia takut pengawal itu akan melukai dirinya saat Erlangga meninggalkannya.Erlangga mengacuhkannya.Kakinya yang panjang melangkah dengan cepat meninggalkan bangunan villa.Asistennya, Alex, masih mengikutinya dari belakang.Dia berlari untuk membukakan pintu belakang mobil saat Erlangga mencapai taksi."Kembali ke kota, Pak," ucap Alex kemudian memasang sabuk pengamannya.Mobil taksi itu mulai bergerak meninggalkan villa. Satu jam kemudian mereka telah meninggalkan daerah itu dan kembali ke kota.Supir taksi membawa mobilnya kembali ke gedung perusahaan dimana dia menjemput mereka.Erlangga tercengang saat melihat mobilnya tidak berada di area
"Nyonya Liana ada di ruangan mana? Bisa tunjukkan dimana ruangannya?" Jhon berbicara pada staf resepsionis setelah masuk dengan tergesa-gesa ke dalam klinik kecantikan.Staf wanita itu langsung memeriksa catatan di layar komputernya.Beberapa saat kemudian menjawab, "Nyonya Liana ada di lantai dua. Saat ini sedang melakukan perawatan wajah dan akan selesai sekitar dua puluh menit lagi. Untuk sementara Bapak bisa menunggu di loby depan."Staf wanita itu menunjuk ke arah sepasang sofa berwarna hitam di dekat pintu masuk.Jhon merasa tidak puas dengan jawabannya, jadi dia memutuskan untuk langsung berlari naik ke lantai dua.Jhon memeriksa setiap ruangan yang dia lewati. Wajahnya terlihat berkerut seperti sedang mencemaskan sesuatu.Saat dirinya hendak menuju ke ujung lorong, Jhon bertabrakan dengan seorang perawat yang keluar dari salah satu ruangan."Bapak sedang apa di sini?" tanya wanita itu. Dia menatap Jhon dengan penuh curiga."Saya mencari Nyonya Liana. Apa dia ada di ruangan ini
Liana mencengkram pundak Jhon dan berbicara serius padanya untuk mencegahnya. "Jangan! Kalau kau lakukan itu maka Daniel akan semakin curiga padaku. Bawa saja aku kembali ke rumah. Aku tidak ingin membuat Rangga khawatir."Jhon membuang napasnya kuat ke udara. Dia dilema untuk sesaat."Baiklah, terserah padamu. Untuk sementara lebih baik berdiam di rumah saja dan jangan keluar. Kita tidak pernah tahu apa yang sedang menunggu kita di luar sana," kata Jhon menyarankan."Dan mungkin polisi juga pasti sedang menyelidiki masalah ini, setidaknya berada di rumah akan menjadi alibi yang baik untuk kita,"sambung Jhon."Hmm ...."Wajah tegang Liana perlahan memgendur.Dia menyandarkan tubuhnya di jok belakang dan mulai memejamkan matanya.Rasanya sia-sia saja dia melakukan perawatan mahal hari ini, jika masalah selalu datang bertubi-tubi dan membuatnya tegang seperti ini. Itu hanya akan membuat kerutan di wajahnya semakin bertambah.Mobil yang dikemudikan oleh Jhon akhirnya sampai di kediaman
"Jhon?" Alex memutar bola matanya, setelah itu dia mengangguk pelan.Dia kemudian berkata, "Dia adalah supir pribadi Nyonya Liana. Orang itu adalah seorang penjilat. Dia selalu berusaha untuk mendekati Nyonya Liana, bahkan jauh sebelum mereka berpisah seperti sekarang."Jakun Erlangga menggelinding turun di lehernya. Sesuatu yang baru saja dia dengar iitu adalah salah satu hal mengejutkan lainnya tentang keluarga Pamungkas.Dia menarik napasnya dalam-dalam. Pikirannya menerawang jauh.Erlangga coba mengaitkan setiap cerita yang dia dengar tentang keluarga barunya itu.Kematian Mama Olivia, lalu Daniel membawa dia masuk ke rumah besar ini.Namun, disaat yang bersamaan kasus tentang kematian mamanya ditutup ketika Prabujaya mengirimnya jauh ke luar negeri.Dan sekarang, dia diserang oleh orang tak dikenal yang mengaku dikirim oleh salah satu orang kepercayaan istri Prabujaya.Apa mungkin itu --?Erlangga tiba-tiba memutar tubuhnya dan melihat Alex dengan tajam."Apa kau bisa aku percay