Jack sama sekali tak peduli dengan luapan kemarahan Pamela. Dia memberi perintah terakhir sebelum pergi. “Periksa ikatan seluruh tubuhnya. Kalau perlu beri duct tape agar dia tak bisa bergerak dan bersuara sama sekali! Mulutnya berbisa, merayu siapa saja untuk berkhianat!”“Baik!” Penjaga di sana segera menjawab perintah, setelah melihat kode instruksi dari bawahan Brodie.“Saya akan pastikan dia tak bisa ke mana-mana!” Orang itu mengantar Jack dan Falcon hingga keluar pintu.“Terima kasih.” Jack mengangguk dan masuk ke mobil kembali. Lalu iring-iringan mobil Jack dan pengawalnya segera pergi dari sana.Di perjalanan, Jack mengirimkan rekaman suara Pamela pada Brodie Baker. “Kirim dia ke penjara!” perintahnya“Ahh ... akhirnya pulang juga,” ujar Jack. Dia menyandarkan tubuhnya yang lelah, di samping Stefano yang sudah tertidur pulas kelelahan.***Suasana pagi yang sejuk di perkebunan anggur di bukit itu, tak mampu mengusir kehangatan di ruang makan. Tom dan Tuan Fredd bercerita bahwa
Jack menyipitkan mata pada Hunter, dan pria itu langsung mengetahui arti pandangan itu. “Aku akan jelaskan hal itu, nanti. Sekarang orang ini bagaimana?”“Kalian belum menginterogasinya?” tanya Jack.“Belum!” sahut Hunter. “Kami langsung membawanya ke sini saat dia pingsan!” tambahnya lagi.“Apakah kau membawa bukti-bukti yang kau temukan di sana?” tanya Jack lagi.“Ya!” Hunter memutar tubuh utuk mengambil sebuah tas belanja dari tangan Phoenix. “Ini semua yang kami temukan di sana!”Sekarang tas belanja itu ada di atas meja Jack. Pria itu mengangguk. “Singkirkan dulu dia. Setelah malam, kita interogasi!” perintah Jack.“Baik!”Hunter dan yang lainnya bergegas keluar dari ruangan Jack membawa Leland. Entah ke mana akan mereka bawa pria itu. Namun, Jack tidak peduli. Dia merasa sedikit lega karena Leland akhirnya berhasil ditangkap. Diintipnya sedikit isi dari tas belanja yang isinya tak seberapa itu. JAck mengernyitkan dahi.“Hanya ini?” batinnya.Diambilnya ponsel dan mengabari Tuan
Hunter mengajak Jack dan yang lain ke ruang kerjanya. Jack tak menyangka hal itu. Sebelah alisnya naik dan senyuman tergurat di wajahnya. “Kau letakkan dia di sini?”“Yah ... agar tidak perlu ada lebih banyak orang yang melihatnya,” jawab Hunter.‘Hemm ... baiklah.” Jack membiarkan Hunter membuka pintu dan mereka semua masuk ke sana, memenuhi ruangan.Leland masih terbaring tak bergerak di lantai. “Kau yakin dia hanya pingsan, tadi?” tanya JAck.“Ya!” Hunter membungkukkan badan dan kembali memeriksa leher Leland.“Dia hanya pingsan,” kata Hunter yakin.“Bisa jadi dia meneruskan pingsannya dengan tidur, karena udara nyaman di ruanganmu!” canda Wolf.Hunter tak menanggapi gurauan temannya. Dia menuang air dari botol mineral ke tangan, lalu dipercikkan pada wajah Leland. Kelopak mata pria itu langsung bergerak. Tak lama dia mulai mengerjapkan mata dan menyadari bahwa ada banyak orang di tempat itu.Refleks dia bergerak menghindar. Hanya saja, gerakan itu membuat rasa nyeri yang semula me
Di sebuah gazebo dengan tanaman wisteria merambat di atasnya, duduk seorang wanita cantik dan pria paroh baya. Mereka menikmati makan malam berdua. Beberapa pengawal berdiri di sekitar taman, tak jauh dari tempat itu.“Bagaimama pendekatanmu padanya?” tanya Pria paroh baya itu.“Dia terlalu sibuk!” sahut wanita itu tak peduli.Pria itu menghembuskan napas sebelum menyuap lagi makanannya. “Apa mungkin kau terlalu mengintimidasinya? Mencoba terlalu dekat dalam waktu singkat?” kritiknya pedas.“Aku melakukan dengan cara yang biasa kulakukan saat mendekati para pria yang keras kepala!”sanggah gadis itu ketus. Dia merasa terusik sekarang.“Jangan menyuruhku mendekatinya lagi! Aku tak suka mengemis-ngemis pada pria seperti itu!” gerutunya.Pria paruh baya itu mengernyit dahi hingga terlihat garis-garis samar di sana. “Memangnya pria seperti apa dia?” kejarnya tak puas pada penejelasan sepotong-demi sepotong dari gadis itu.“Dia bukan hanya keras kepala. Tapi juga dingin, lebih memikirkan ke
Jack kembali memeriksa Leland setiap jam sekali. Bahkan hingga kaki pria itu membiru, dia tak membocorkan satu informasi pun. Jack berhenti menyuntikkan cairan itu. Karena Jack belum menemukan kelemahan Leland, makanya pria itu tak mau membuka mulut. Hari hampir pagi, dan mereka jadi kurang tidur karena hal itu. Leland sudah kembali pingsan karena kaki Hunter menginjak betisnya yang membiru akibat terlalu jengkel.“Istirahatlah dulu satu atau dua jam,” ujar Jack sebelum keluar dari ruang kerja Hunter.Jack masuk ke ruang istirahat kecilnya dan membaringkan tubuh di sana. Dia memikirkan apakah lebih baik mengantarkan Leland ke kantor polisi, atau langsung menghukumnya saja sendiri.Diliriknya radio komunikasi dan ponsel yang tidak memiliki nomor kotak sama sekali. “Pasti dia punya ingatan yang sangat bagus, hingga bisa menghubungi orang-orang tanpa perlu mencatat nama-nama mereka di penyimpanan ponsel,” gumam Jack.Dan radio komunikasi itu, meski berkali-kali mencoba, tetap tak tersa
Sore itu Jack pulang ke rumah setelah berpesan agar Hunter dan Phoeic menjaga Leland dengan baik. Dia masih menunggu hasil penyelidikan Lion dan Hunter terkait pria itu.Di mobil, JAck menerima panggilan telepon dari nomor yang tidka terdaftar di ponselnya. Namun, dia segera mengenali nomor itu sebagai nomor Brianna.“Ya, ada apa?” tanya Jack dingin.“Oh ayolah, Jack. Jangan bersikap terlalu dingin padaku. Aku tidak akan menggigitmu!” Suara seorang wanita di seberang dikenali Jack sebagai Brianna.“Apa yang kau inginkan?” tanya Jack lagi.Dia tak terlalu suka berbasa-basi dengan Brianna. Seperti kata Granny, gadis ini tidak tulus dalam berteman. Pasti ada yang diinginkannya dari bantuan yang sudah diberikannya.“Huh!” Terdengar Brianna menghembuskan napas kesal di ponsel. Anmun, Jack bergeming.“Ayahku mengundangmu untuk makan malam!” ujar gadis itu.“Aku tak bisa,” tolak Jack tepat.“Jack! Setidaknya, tunjukkan bahwa kau berterima kasih atas bantuannya waktu itu. Sekedar makan malam
Permintaan itu benar-benar tak terduga. Jack tak bisa berkata-kata. Mulutnya sedikit terbuka manunjukkan wajah tak percaya.“Apakah permintaanku sangat mengejutkanmu?” tanya Vladimir.“Sakit Anda satu hal. Pernikahan juga hal lain yang sama sekali berbeda,” jawab Jack diplomatis.“Bagaimana kalau Anda beri tahu Brianna apa yang terjadi. Jadi dia bisa meluangkan waktu lebih banyak sebelum semuanya terlambat. Sebelum dia menyesali diri dalam kesedihan dan rasa marah karena Anda tidak mempercayainya!” jelas Jack.“Sejak dia kecil dan ditinggalkan ibunya, aku berjanji pada diriku sendiri, akan menjaganya tetap aman dan melimpahinya dengan kasih sayang. Hingga dia tak perlu merasakan kehilangan. Hanya saja, waktuku hampir habis. Sementara aku belum menemukan pria yang tepat untuk menggantikanku menjaganya tetap aman dan bahagia, tanpa perlu merasakan kesedihan akibat kehilangan!” beber Vladimir.Jack menggeleng tak setuju dengan pendapat itu. “Saat aku pulang ke rumah setelah menadapat ber
Falcon langsung memeriksa nomor dua kendaraan yang menghalangi jalan Jack di jalur luar kota malam itu. Dia bahkan langsung mengerahkan bawahannya ke tempat dua kenadaraan itu berada.Pagi sebelum pergi bekerja, Jack memberi instruksi khusus agar semua pengawal yang ditempatkan di kediamannya, memeriksa berkeliling dan waspada. Tetap hati-hati pada siapapu pun yang mendekati perkebunan itu.“Kau, apakah masih tidak ingin bicara?” tanya Jack pada Leland.“Tampang sinis Leland sangat memuakkan bagi Ned dan Bob. Mereka menendangnya bergantian hingga pria itu kembali pingsan.Jack sangat jengkel melihat sikap keras kepala Leland. “Jangan beri dia minum dan makan! Aku ingin tahu sekuat apa fisiknya!”“Baik!” jawab Bob.“Aku akan berjaga di sini, sementara Falcon mencari informasi tentang mobil itu,” ujar Phoenix. Jack menyetujui dan berangkat kerja.Dalam perjalanan ke kantor, pesan Lion masuk. “Ada seorang korban tewas karena racun TTX. Seorang pria pengusaha dari Myrtle Beach, tewas di