"Sesuai keputusan aku sama Mas Akmal, Bu Tika dan Nila bisa bebas dari sini karena Dimas sudah bayar setengah dari utangnya kek Kak Alyssa." Zanna berucap tegas pada dua perempuan yang berdiri tidak jauh dari tempatnya duduk. Melipat kedua tangan di depan dada, posisi kaki menyilang serta memberi tatapan dingin."Dimas dapat uang dari mana?""Itu bukan urusan aku, intinya kalian sudah bebas dan harus pergi dari sini."Bu Tika dan Nila saling pandang, padahal tadi malam mereka berencana untuk tetap tinggal sampai gadis itu resmi menikah dengan Akmal karena tidak punya tempat tinggal lagi. Tidak, meskipun tanpa suara, anak dan ibu itu saling mengerti isyarat yang ditunjukkan.Satu detik kemudian, Nila menjatuhkan diri ke lantai, menatap sendu pada wanita yang pernah menjadi kakak iparnya. Kedua tangan saling mengatup. "Mbak, kami rela tinggal di sini untuk tiga atau empat bulan lagi. Apa kami punya salah?""Ini keputusanku dan tidak bisa diganggu gugat.""Atau minimal sampai Mbak Alyssa
"Semua sudah terpantau, Bu Za. Sekarang Nila sibuk mencari pekerjaan. Bagaimana rencana selanjutnya?" Zanna tersenyum mendengar informasi dari bodyguard-nya. Baru dua hari, tetapi katanya ibu dan anak itu sudah tidak betah. Apalagi pemilik kost garang dan pandang bulu. Setiap malam mereka akan terusik oleh musik dangdut dari penghuni kost sebelah, tetapi mereka enggan menegur karena tahu dia adalah preman pasar. "Biar saja dia cari pekerjaan, kalau sudah dapat, kamu datangi tempat kerjanya dan minta mereka memecat Nila satu atau dua hari ke depan. Mengerti?" "Tapi gimana kalau mereka menolak karena butuh karyawan, Bu?" Zanna memejamkan mata menahan amarah. Bodyguard-nya bertubuh kekar dan tinggi, tetapi pikiran pendek. Setelah cukup tenang, dia pun menjawab, "Sogok mereka. Satu juta juga mau itu sekalian bawakan gadis yang nyari kerja. Pokoknya lakukan sesuai perintah." "Siap, Bu." Setelah kepergian lelaki berkacamata hitam itu, Zanna duduk santai di rumah. Hari ini dia enggan pe
Hampir sepanjang malam, Zanna terus gelisah, padahal sejak tadi suaminya sudah lama terbang ke alam mimpi. Terkadang miring ke kanan, beberapa detik kemudian balik ke kiri. Sekarang Zanna justru mengambil posisi telentang, menatap langit-langit kamar dalam cahaya temaram.Sepasang suami istri yang unik. Zanna sangat suka kegelapan, tetapi Akmal justru tidak bisa tidur tanpa cahaya. Untung ada lampu tidur sebagai solusi. Namun, bukan itu yang membuat Zanna gelisah, galau, merana saat ini.Menjelang magrib tadi, wanita berambut ikal itu menonton You-Tube secara acak. Pertama dia menghabiskan satu episode Drama Cina, lalu berakhir pada sebuah ceramah dari salah seorang ustaz. Sebuah nasihat yang disampaikan tentang rasa sabar dan ikhlas menerima setiap ujian dari Yang Maha Kuasa.Hal itu membuat Zanna bertanya-tanya, apa memang dirinya kurang sabar sehingga berhasil menumbuhkan dendam di dalam hati? Salahkah dia sejak awal karena balas memperlakukan mantan suami dan keluarganya seperti y
Nila terus memutar otak agar mantan kakak iparnya mau menerima. Kebetulan Alyssa belum pulang dan tentu menjadi kesempatan besar bagi keduanya. Hanya sebentar karena sesuai janji dari Falen bahwa mereka dibiarkan tinggal di rumahnya. Bukankah itu bagus? Beberapa detik berpikir, Nila mengambangkan senyum diam-diam, memegang tangan kanan Zanna yang langsung ditarik kasar. Gadis itu tidak berputus asa demi mencapai tujuan. Tepat di hadapan Zanna, dia bertekuk lutut. "Mbak, kami rela melakukan apa saja di sini asal diberi tempat berteduh dari panas dan hujan. Mbak mau membalaskan dendam, silakan. Aku sadar telah salah di masa lalu dan anggap saja ini penebusan." "Kamu yakin?" Nila terpaksa mengangguk sambil mengepalkan kedua tangan karena emosi. Zanna sendiri tertawa sumbang lantas meminta mereka berdua masuk lewat pintu belakang karena kondisi basah kuyup. Setelah berganti pakaian, mereka kembali berdiri di hadapan wanita berwajah oriental itu yang tengah duduk melipat kaki di sofa b
PoV Nila___________Aku sangat bahagia karena di akhir pekan, Mbak Za mengizinkan aku jalan-jalan bersama kekasih. Kini, kami saling bergandengan tangan menelusuri setiap keindahan di taman ini. Sebelumnya kami sudah pergi ke pusat perbelanjaan dan lelaki tampan itu memberiku jam tangan cantik.Meski sebenarnya aku mendambakan Alexandre Christie, tetapi jam warna merah muda ini tidak begitu buruk. Terutama karena dibeli oleh pujaan hati. Menarik napas dalam seraya merentangkan tangan, aku menikmati embusan angin sore ini."Bahagia?""Sangat. Semoga saja tidak ada yang berubah.""Maksudnya?"Sekarang aku beralih menatap Falen lekat. Suasana di taman terbilang sepi, entah kenapa. Mungkin mereka lebih memilih menghabiskan waktu di rumah atau tempat lain. Lagi pula, aku hanya suka dengan taman karena ada beragam bunga.Taman adalah tempat ketiga yang kami kunjungi hari ini setelah kafe. Menarik tangan Falen menuju pohon rindang untuk duduk bersamanya. Aku menyilang kaki, lalu menyandarka
Nila pulang dalam keadaan menyedihkan. Harapan yang telah melambung tinggi patah begitu saja oleh kenyataan. Tidak ada yang bisa dia lakukan di sepanjang jalan tadi selain menangis dan menangis.Setiap orang yang melihat Nila pasti bertanya-tanya dalam hati. Tidak sedikit dari mereka menaruh simpati dalam diam. Gadis malang itu terus menunduk, kemudian menjatuhkan diri di depan pintu utama.Penderitaan demi penderitaan yang dia alami belum berakhir. Setelah putus dari Falen, pasti dirinya akan disalahkan semua orang. Akan tetapi, apa yang bisa dilakukan Nila kecuali pura-pura asing dengan kakak kandungnya? Mencuri adalah aib, sebab itu Falen memutuskan hubungan mereka.Menghela napas kasar, gadis itu menatap nanar pada lantai. Matahari semakin dekat dengan peraduan, Nila berpikir ingin mengakhiri kehidupan pula. Hamil tanpa suami adalah malapetaka, mungkin setelah kebenaran terungkap di depan semua orang, Nila akan lebih menderita lagi."Nila?" Suara bariton Akmal mengagetkan gadis it
"Mas, kamu urus dia. Aku biar ketemu sama Sandra dulu. Ada sesuatu yang harus dia terima hari ini!" pinta Zanna tiba-tiba setelah mendapat telepon dari seseorang.Akmal yang sejak dulu tahu masa lalu istrinya mengangguk lantas tersenyum penuh arti pada Dimas. Rencana berlibur di hari minggu harus ditunda karena kedatangan tamu istimewa sejak pagi buta.Penampilannya jauh lebih bagus daripada saat bertemu Nila di jalan. Lelaki itu pun bersih dan wangi berkat pertolongan seorang teman. Dia datang dengan satu tujuan tentunya."Belum ada jawaban tentang keberadaan Alyssa. Di mana dia?" Dimas mengulang pertanyaan."Masih di Spanyol. Ada urusan apa?""Gadis yang cantik, tapi sangat garang. Aku tidak mau berurusan sama dia lagi." Dimas mengeluarkan sebuah tas berisi amplop cokelat besar lantas menyerahkannya pada Akmal. "Sisa utangku. Bilang sama iparmu itu, jangan ganggu Dimas lagi. Utang udah beres!"Akmal terkejut melihat uang merah yang begitu banyak. Pikirannya menerawang jauh, sekilas
Zanna diam-diam memantau ke rumah sakit yang diduga menjadi tempat di mana keluarga sialan itu dirawat. Dia sengaja memakai kaca mata hitam agar tidak dikenali oleh orang lain. Terus melangkah menyusuri koridor rumah sakit sampai ke salah satu ruangan khusus. ICU."Pasien atas nama siapa?" tanya Zanna pada seorang perawat yang baru saja keluar dari ruangan itu."Pak Hermawan."Wanita yang memiliki kulit seputih pualam itu mengangguk, berarti bukan orang yang dicari. Dia kembali ke depan untuk mengintip ke UGD dan menemukan mantan suami dan mertuanya terbaring lemah di sana.Di mana gadis sialan itu? Apa mungkin sudah berada di kamar jenazah? Pikiran Zanna semakin kalut, dia harus memastikan sesuatu sebelum mengambil tindakan lebih jauh. Adalah bagus apabila satu per satu dari mereka kehilangan nyawa tanpa meninggalkan jejak atau tuduhan yang kemungkinan memberatkan Zanna.Jika itu terjadi, maka reputasi keluarga Zaroun akan ternoda dan berimbas pada usaha yang tengah di jalani. Untuk