"Kalian?" Mata Gebby membulat sempurna tatkala melihat di depan pintu rumahnya ada Nadira dan Rashi."Ka-kamu Gebby?" ucap Nadira tsk percaya."Bukan, kalian salah orang," jawab Gebby sambil bersiap menutup kembali pintu rumahnya."Tunggu!" cegah Nadira. Nadira mendorong pintu sekuat-kuatnya sampai akhirnya bisa terbuka lebar."Aku yakin ini semua adalah ulah kamu. Walaupun semua bukti yang aku dapatkan belum terlalu banyak semua itu mengarah kepada kamu, Geb!" tuding Nadira."Apa sih maksud kalian? tolong ya jangan sembarangan masuk ke dalam rumah orang! aku bisa laporin kalian nanti," ancam Gebby."Nggak papa, laporin aja. Ternyata selama ini kamu yang sudah membuat huru-hara. Apa maksud kamu mengirimkan pesan kaleng kepada Rashi? Apa kamu sengaja, kamu berniat untuk mengadu domba aku dan Rashi?" tanya Nadira geram."Kalian berdua jangan asal tuduh kalau nggak punya bukti!" seru Gebby."Kamu juga kenal sama Melvin, kan?" tanya Rashi pula."Apa-apaan, sih, kalian ini? aku tuh nggak n
"Papa sabar ya, kita akan segera sampai di rumah sakit," ujar Nadira. Reyhan duduk bersandar setengah berbaring di jok mobil bagian tengah bersama Rashi.Mereka berdua tak menyangka kejadian tak terduga ini bisa terjadi. Ternyata kecurigaan Nadira pada Gebby kini telah terbukti. Gebby datang ke Jakarta membawa dendamnya dari masa lalu.Nadira benar-benar tak habis pikir mengapa Gebby masih saja membenci keluarganya. Padahal mereka sekeluarga juga pernah mengalami penderitaan yang hebat akibat perbuatan dari mamanya Gebby itu, namun mereka sama sekali tak pernah menghakimi Gebby apalagi meembalas dendam, karena memang ia tak ada sangkut pautnya dengan semua kejadian yang terjadi.Agaknya sampai hari ini Gebby masih belum bisa memahami bahwa sebenarnya yang bersalah adalah mamanya sendiri. Di matanya mamanya adalah orang yang selalu benar. Luar biasa pengaruh yang sudah diberikan oleh Luna pada putrinya itu, hingga dewasa pun, ia masih menyimpan dendam yang luar biasa dan sedang berusah
"Ma, kita ke bagian IGD sekarang juga yuk. Kita ketemu sama Nadira yang lagi jagain papa di sana,” ajak Rashi."Iya, Nak.""Malam ini Mama jangan pulang ke rumah mama dulu lebih baik Mama ikut aku pulang ke rumah mama Indah karena mama Indah bilang pengen banget ketemu Mama.""Apa Mama nggak bakalan ngerepotin kalian, Nak?""Enggak, Ma. Sekian lama kami mencari Mama. Sudah sepantasnya Mama Indah juga ingin bertemu sama mama dan mengetahui bagaimana keadaan Mama saat ini.""Baiklah, jika memang kamu ingin seperti itu Mama akan turuti.""Ma, ayo kita bertemu Nadira! Nadira juga pasti bakalan kaget kalau lihat mama ada di sini.""Iya, Nak. Ayo!" Keduanya pun berjalan cepat sambil bergandengan tangan menuju ke arah ruangan IGD. Sampai di sana terlihat Nadira juga sedang terduduk sambil menunggu kabar dari pihak medis terhadap perkembangan kesehatan papanya."Natld, coba lihat siapa yang aku bawa," ujar Rashi antusias.Nadira menatap wanita paruh baya yang bersama Rashi, otaknya mencoba me
"Nenek kenapa jadi begini?" Gebby menarik tangan Ana menepi mendekati mobilnya."Apa Nenek nggak salah lihat, apa kamu benar-benar Gaby cucuku?" tanya Ana masih belum percaya. "Iya, Nek, aku Gebby. Walaupun sekian lama kita nggak ketemu tapi aku masih tetap bisa mengenali wajah Nenek. Letakkan sampah-sampah itu, dan ayo masuk ke dalam mobil, Nek!"Gebby membuka pintu mobilnya lalu memaksa wanita tua itu masuk. Ana yang sudah lemah dan renta terpaksa menurut, ia meletakkan karung berisi barang rongsok itu di luar mobil.Gebby pun masuk lalu menutup pintu bagian sopir. Ia menyalakan mobilnya lalu membawa sang nenek pergi dari tempat itu."Kita mau ke mana? barang-barang Nenek tertinggal di sana," ujar Ana sambil menoleh ke arah rongsokan yang teronggok dan semakin terlihat menjauh."Nggak usah lagi Nenek urusi sampah-sampah itu. Sekarang Nenek ikut aku pulang ke rumah!""Kamu masih mau mengakui nenekmu yang sudah tua dan miskin ini, Geb?""Nggak ada yang berubah dalam hubungan kita, Ne
"Sudah, kamu jangan menangisi masa lalu. Inilah kenyataan yang harus kamu tahu. Sejak dulu Luna yang selalu berambisi untuk selalu membuat Indah menderita. Luna berambisi pada harta dan juga apapun yang membuat Indah bahagia pasti akan selalu berusaha dirusak olehnya," ujar Ana sambil mengusap rambut Gebby."Tapi aku nggak mau lihat mama semenderita itu, Nek! Kasihan Mama.""Ya, Nenek paham pada kesedihan yang kamu rasakan. Jika kamu masih bisa menangis itu tandanya hatimu masih hidup, masih bisa menerima nasihat, maka janganlah sekali-sekali kamu berusaha untuk kembali mengusik kehidupan Indah dan keluarganya termasuk anak-anaknya.""Tapi aku nggak rela papa Reyhan memberikan sebagian aset perusahaan untuk mereka. Aku yang paling berhak untuk menguasai itu semua, Nek.""Nenek yakin tanpa diberi sepeser pun mereka tidak akan pernah menuntut apapun dari papa kamu. Tapi papamu melakukan itu semua pasti juga karena ia sudah memikirkannya secara matang. Ingat Gebby harta kita tidak akan b
Rashi kembali ke rumahnya dengan perasaan hati yang bahagia. Ia yakin mamanya sedang menunggu. Rashi sudah membeli kebutuhan bahan makanan untuk mengisi kulkas mereka. Kantong belanjaan itu ia tenteng sembari melangkah masuk ke dalam mobil.Meski lelah, namun Rashi tak mau menunjukkan itu semua di depan Maya. Ia ingin mamanya melihat dirinya dalam keadaan yang selalu ceria.Sesampainya di rumah ternyata mamanya sudah menyediakan makanan dan menunggunya di meja makan.“Loh mama udah masak? Ini aku juga baru aja belanja bahan makanan, Ma.”“Iya, Mama belanja di pedagang sayur yang lewat. Yuk, kamu mandi dulu, habis itu kita makan.”“Oke, Ma. Waah … harum sekali, Ma.”“Iya, Nak, mama masak makanan kesukaan kamu.”“Mama tau kalau aku suka sekali makan opor ayam?”“Tahu, mama tanya sama mama Indah.”“Makasih, ya, Ma!”Suasana baru di rumah itu membuat Rashi merasa sangat nyaman. Meskipun biasanya ia tinggal bersama keluarga Indah yang selalu ramai terutama riuhnya suara kecerewetan Nadira,
Gebby kali ini tak bisa berkutik saat akhirnya semua berkas yang ia simpan kini diambil kembali oleh Reyhan. Untung saja ada Ana yang bisa meredakan amarah Gebby. "Nak, papa ingin melihat kalian itu akur, tidak saling memarahi seperti ini," ucao Reyhan hampir menangis. Nadira pun terpaksa menahan emosinya pada Gebby demi menghargai sang Papa. Setelah berhasil mendapatkan semua dokumen itu Nadira Reyhan dan juga pengacaranya langsung pergi dari sana. Reyhan minta diantar ke apartemen pribadinya yang sudah kosong. Sebelumnya apartemen itu disewakan namun karena kontraknya sudah habis sekarang apartemen itu kosong."Nad, maafkan papa ya kata-kata Gebby tadi pasti membuat kamu sangat sakit hati.""Nadira ngerti kok, Pa. Mungkin Gebby memang masih dendam pada kami, sebab termakan pada ucapan mamanya dulu. Yang jelas Nadira dan Rashi sama sekali gak pernah ada niatan untuk merebut apa yang menjadi hak Gebby. Bagi Nadira bisa ketemu dan merawat papa sudah cukup membuat Nadira bahagia.""Se
"Luna, aku datang untuk minta maaf sama kamu. Aku harap kamu sudahi saja semua rasa sakit hatimu selama ini. Gebby sangat ingin kamu sembuh dan dia juga ingin merawatmu," ucap Reyhan hari itu di hadapan Luna. Setelah sekian lama, Reyhan akhirnya bersedia menjenguk Luna lagi. Ia berharap Luna mengerti dengan maksud kedatangannnya itu."Kamu, kamu yang bawa pergi anakku, kan? Mana anakkuu?" jerit Luna dengan wajah memerah karena marah. "Maaf, Lun! Aku minta maaf. Kamu harus tahu kalau Gebby sudah dewasa sekarang. Dia bahkan sudah menjenguk kamu beberapa kali," jelas Reyhan. Reyhan sadar, berapa kalipun ia berusaha menjelaskan, Luna tak akan bisa langsung mengerti. Kondisi kejiwaannya sangat parah, sikapnya berubah drastis menjadi impulsif."Kamu! Kamu buat aku dipenjara! Jahat, kamu dan orang-orang jahat itu bersekongkol untuk menjatuhkan aku!" pekik Luna lagi. Reyhan pasrah, Luna memang benar-benar sulit untuk mengerti.Reyhan pun memilih pergi dari sana dibantu oleh Nadira yang sejak