Share

Bab 2

"Rumah saya tepat di belakang tembok rumah juragan Suryo Mas" jawab Fitri, sambil menunjuk ke arah belakang rumah pak Suryo.

"Emm, ibu kamu sudah lama kerja di rumah pak Suryo?" tanya Abdul, ingin tahu. 

"Semenjak ayah saya meninggal, ibu terpaksa bekerja di sana, karena Ayah mempunyai hutang yang cukup besar kepada Juragan" jawab Fitri, tampak sedih.

Abdul merasa tak enak, karena pertanyaannya, sudah membuat gadis itu terlihat sedih.

"Karena hari sudah sore, saya pamit dulu ya. Oh iya, kapan-kapan, saya boleh kan, main ke rumah kamu?" tanya Abdul, tersenyum.

"Silahkan Mas, tapi sebenarnya, saya tidak biasa menerima tamu laki-laki" jawab Fitri, sambil membetulkan letak kerudungnya yang miring, karena angin.

Abdul tersenyum penuh arti, mendengar jawaban dari gadis di depannya itu.

"Tentu, saya akan membawa nenek saya juga, supaya bisa berkenalan dengan mu" ucap Abdul, tersenyum tipis. 

"Ya sudah ya, saya pamit dulu, Assalamu'alaikum!" pamit Abdul, mengucap salam. 

"Waalaikumussalam" jawab Fitri, juga tersenyum tipis. 

Setelah Abdul pergi, Fitri kemudian bergegas membawa belanjaannya, karena jika terlalu lama dan terlambat, bu Retno akan terus mengomelinya dan juga ibunya. 

Sedangkan belanjaan yang rusak tadi, Fitri menyimpannya di bawah tembok, dekat pagar.

Sepulang nya nanti, dia akan memilahnya, dan mengambil yang masih bisa di pakai.

Abdul tampak masih menoleh ke belakang.

Pemuda bertubuh jangkung dengan kacamata yang bertengger di atas hidungnya yang bangir itu, tampak tersenyum, melihat ke arah Fitri.

'Cantik, dan juga baik' batin Abdul, kemudian, memencet remot mobilnya, yang dia parkir agak jauh dari rumah pak Suryo. 

Andai tadi Pak Suryo melihat mobil mewah yang di bawa oleh Abdul, mungkin penyambutannya, tak akan seperti tadi.

*******

"Dasar pemuda tidak tahu malu, cuma jualan bakso, kok berani-beraninya melamar putriku yang ayu ini" gerutunya, masih terlihat kesal.

"Iyo Pak, padahal anak tadi wajahnya ganteng, dan juga gagah! tibak'e (ternyata) cuma bakul bakso!!" timpal bu Retno, juga terlihat kesal.

"Mayang!! dengerin Bapak Ibumu ini, kalau cari suami itu, yang penting sugeh nduk!!  Karena setampan apapun suami kamu nanti, tapi kalau kere! hidup mu bakalan susah!!" ucap bu Retno, untuk yang ke sekian kalinya, menasehati putrinya, dengan nasihat yang sama.

"Iya Buk! lagian siapa juga yang mau hidup susah" jawab Mayang, sambil asik memainkan ponsel mahalnya.

"Bagus!  itu baru anak Bapak sama Ibuk" ucap Pak Suryo terkekeh, sembari mengepulkan asap rokok dari mulut dan hidungnya.

"Siti!!! Siti!!" panggil bu Retno, kepada pembantunya, yang tak lain adalah ibu dari Fitri.

"Nggih Ndoro!!" jawab bu Siti, bergegas, menghampiri majikannya itu. 

" Ini di beresi, bawa ke belakang! " perintahnya ketus, seperti biasanya. 

"Oh iya, Fitri sudah datang atau belum dari belanja!! terus catatan dan uang kembaliannya mana! Jangan sampai kembaliannya di tilep sama anak kamu itu!!" ketus bu Retno lagi, selalu su'udzon, dan merendahkan pembantunya itu.

"Sudah Ndoro, ini catatan dan uang kembaliannya" jawab Bu Siti, kemudian menyerahkannya kepada sang majikan.

Bu Retno kemudian tampak sibuk mencocokkan jumlah belanjaan dengan uang kembalian yang tak seberapa itu.

"Yo wes, kamu tata di kulkas seperti biasa, setelah itu kamu masak , buat makan malam!" perintah bu Retno.

"Nggih Ndoro" jawab Bu Siti, kemudian undur diri, untuk ke belakang. 

***

"Kamu tadi kok lama sekali to Nduk, Ibu sampai ketar ketir, kamu bakal di marahi sama bu Retno " ucap sang ibu, kepada putrinya, yang sedang mencuci telur-telur, untuk di masukkan ke lemari pendingin. 

"Tadi sempat ada kecelakaan kecil setelah Fitri belanja Bu" ujar Fitri.

"Kecelakaan gimana?" tanya bu Siti, kemudian memeriksa tubuh putrinya.

Fitri terkekeh, melihat ibunya yang sangat khawatir. 

"Fitri gak kenapa-napa kok Buk" ujar Fitri tertawa kecil.

"Laa tadi katanya kecelakaan" jawab sang Ibu, terlihat heran.

"Iya, tadi tamunya Juragan, tidak sengaja nabrak Fitri, ketika sedang jalan, mau pulang. 

Jadi tadi belanjaannya banyak yang hancur" bisik Fitri sambil menoleh ke arah pintu tengah.

Wajah bu Siti seketika pucat pasi, mendengar cerita putrinya.

"Duhhh, bagaimana nanti ibu yang akan menggantinya Nduk?" tanya bu Siti panik.

"Sstt, Ibu tidak perlu menggantinya, sudah di ganti sama tamunya Juragan Suryo tadi" jawab Fitri berbisik.

"Alhamdulillah, syukurlah kalau begitu, terus belanjaan yang rusak gimana?" tanya bu Siti lagi, tampak kepikiran.

"Ada, Fitri simpan di dekat pagar, nanti kita pilah yang masih bagus ya Bu" ucapnya tersenyum.

"Iya Nduk..." angguk bu Siti, terlihat senang.

Karena sudah hampir dua bulan, dia tidak di bayar, dengan alasan memecahkan piring mahal.

Padahal bu Siti tahu, harga piring itu tak seberapa, di bandingkan dengan gajinya.

Bersambung 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status