Share

Bab 8 : Ada Apa Dengan Pak Dito?

Melihat itu seketika membuat Sarah panik. Ia pun segera berlari mengejar Lyla.

"Lyla, tunggu sayang! Jangan lari-lari nanti kamu jatuh!" teriak Sarah. Tapi gadis kecil itu tak menghiraukan panggilannya.

Saat Sarah hendak menginjak anak tangga, seseorang mencekal pergelangan tangannya, "maaf, tidak ada yang boleh naik ke lantai dua kecuali non Lyla dan orang yang tuan panggil," tutur lembut seorang wanita paruh baya.

"Siapa namamu?," tanya wanita itu lagi.

"Sarah," jawab Sarah. Ia tengah fokus pada Lyla hingga tidak terlalu memperhatikan orang yang mengajaknya bicara.

"Dengarkan mbok, nak Sarah. Non Lyla akan baik baik saja. Percaya sama mbok! mbok harap nak Sarah bisa mematuhi peraturan rumah ini." Wanita paruh baya itu kembali memperingati.

"Baik mbok. Tapi biarkan saya tetap di sini sampai saya lihat non Lyla turun. Saya ingin memastikan bahwa ia baik-baik saja," jawab Sarah menatap sang mbok dengan penuh harap.

"Kalau begitu mah, malahan bagus nak. Biasanya Ayu juga seperti itu, kalau non Lyla sedang menemui om nya, ia akan menunggu di sini. Terimakasih sudah mau menjaga non Lyla," ucap mbok. Ia pun berpamitan dan berlalu dari hadapan Sarah.

"Malang sekali nasibmu, non Lyla. Masih kecil, tapi sudah jauh dari orang tua. Ayah di penjara, dan ibu sedang koma," gumam mbok.

"Siapa yang di penjara?, dan siapa yang koma?" gumam Raina. Ia masih sempat mendengar mbok bergumam ada orang yang di penjara dan koma, tapi ia tidak mendengar siapa orang yang di maksud.

Sedangkan di sebuah kamar besar nan mewah. Seorang pria tampan baru saja akan memejamkan matanya, namun tiba-tiba gadis kecil datang dan menarik kakinya memintanya untuk bangun.

"Om ayo bangun, cepetan! Ayo kita antelin kak Salah. Kasihan ayahnya sendilian. Ayo dong om!"

teriak gadis itu tanpa lelah. Meskipun di abaikan Al cukup lama.

Karena Al yakin keponakannya tidak akan berhenti mengganggu nya sebelum Al menuruti keinginannya. Al pun bangun dengan malas.

"Baiklah tuan putri kecil, om mu telah menyerah," ucap Al. Ia pun segera bangkit lalu masuk ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya sekaligus mengganti pakaian.

Sarah tetap menunggu di bawah tangga dengan sabar.

"Huuuh," Sarah tampak menghembuskan nafas lega, saat gadis kecil akhirnya keluar dari sebuah kamar yang entah milik siapa. Tapi tidak lama kemudian, keluar Alvaro dengan menggunakan pakaian santai, kaos lengan pendek berwarna putih dan celana selutut berwarna abu. Alvaro begitu terlihat tampan. Kedua nya turun dengan saling bergandengan tangan.

Saat Al sudah sampai di bawah, ia mendekati Sarah seraya berbisik, "kamu memang hebat. dalam hitungan menit kamu sudah mampu mengambil hati Lyla sepenuhnya. Tapi kamu harus tahu, bahwa Lyla adalah keponakan saya. Jika ia harus memilih antara kamu atau saya, Lyla pasti memilih saya!"

mendengar itu Sarah tampak menyeritkan keningnya seraya berusaha menahan tawa. Ia tidak mengerti dengan apa yang baru saja di ucapkan pria dewasa di sampingnya.

"Saya rasa, apa yang tuan katakan lebih pantas di ucapkan oleh anak-anak," timpal Sarah membuat Al tersinggung dan kesal. Saat Sarah menyadari bahwa tuannya tidak lagi bersahabat, Sarah langsung berlari menghindar dan ia segera menghampiri Lyla yang berjalan lebih dulu.

"Selu ya kak, jalan-jalan sole. Apalagi kalau habis hujan kaya gini! Lain kali om seling-seling ya ajak Lyla jalan-jalan sole. Nanti kita jemput kak Salahnya," ucap Lyla gembira. Sepanjang jalan ia tidak berhenti mengoceh mulai dari menyebutkan apa yang di lihatnya, bercerita hingga bernyanyi membuat nya semakin tampak lucu.

"Om kok belenti, sih?" tanya Lyla ketika mobil Al berhenti.

"Karena kita sudah sampai," jawab Al.

Sarah pun segera turun dari mobil Al kemudian bertanya, "Lyla mau turun dulu?" Sebelum menjawab Lyla beralih menatap omnya mencari jawaban.

"Ini sudah sore, kita main lain kali aja ya?"

"Iya om," jawab Lyla.

"Kak, Lyla nanti aja mainnya. Sekalang udah sore," tutur Lyla.

"Oke, hati-hati di jalan. Terimakasih sudah mengantarkan kakak," ucap Sarah seraya melambaikan tangannya. Lyla pun melakukan hal serupa.

Setelah mobil Al hilang dari pandangan, Sarah langsung memasuki cafe. Wajahnya terlihat sangat khawatir. Pandangannya mengitari sekeliling.

"Ya ampun, semua teman ku yang satu sift sudah pulang semua. Bagaimana ini?" lirih Sarah. Ia melangkah menuju ruangan pak Dito berada.

"Apapun resikonya, aku akan menanggunya. Tapi sebelumnya aku harus menyampaikan alasanku, semoga saja pak Dito bisa mengerti," batin Raina dalam hati.

Setelah di persilahkan masuk, ia pun langsung bergegas masuk.

"Pak tolong maafkan saya. Saya akan akan menjelaskannya.

"Sarah, si karyawan teladan, akhirnya kamu datang juga. Silahkan duduk. Kamu mau minum apa?, biar bapak minta tolong sama Rudi supaya membuat kan minuman untuk mu," ucap pak Dito panjang lebar.

Bukannya menjawab pertanyaan atasannya, ia malah bengong. Sarah menatap pak Dito tak percaya. "Ada apa dengan pak Dito?, aku benar-benar tidak mengerti," lirih Sarah.

Sarah pikir akan ada drama panjang lebar hingga menangis massal para karyawan.

"Terimakasih pak, tidak perlu. Saya pikir bapak saya akan mendapat sangsi karena bolos kerja. Karena itu saya ke sini untuk meminta maaf," tutur Sarah.

"Apa yang kamu katakan Rah, itu tidak akan mungkin. Bahkan kamu akan mendapat gelar karyawan teladan. Dan khusus bulan ini, kamu akan mendapatkan bonus!"

Mendengar kata bonus, mata Sarah membulat sempurna saking bahagianya.

"Beneran pak?" tanya Sarah memastikan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status