Dua minggu kemudian, seluruh anggota keluarga dari Subroto yang diundang dalam perhelatan lamaran Luna telah hadir satu jam sebelum keluarga Devan hadir. Di rumah mewah Subroto hadir adik perempuan Subroto yang bernama Pungki dengan putra kembarnya berusia 20 tahun tanpa kehadiran sang suami yang sedang berada di luar negeri. Hadir pula, Susetyo bersama Jessica dengan membawa dua anak mereka, Dini dan Dina serta beberapa kerabat dari Subroto yang kini terlihat mengenakan setelan jas berwarna abu-abu dengan kemeja berwarna biru muda dan duduk di kursi rodanya di dampingi oleh ajudannya, Dicky.Pada ruang tamu yang cukup besar hingga menuju ruang keluarga digelar karpet permadani nan empuk dan lembut berwarna biru tua. Beberapa anggota keluarga Subroto berada di ruang keluarga hingga ke ruang santai. Dimana di ruang santai ditata kursi-kursi yang awalnya berada di ruang tamu dan keluarga ditempatkan pada ruang santai.Sampai akhirnya, tamu dari pihak keluarga almarhum Reza yang diwakili
Devan dan Amrita yang mengikuti langkah Luna pun, sampai di ruang kerja wanita cantik itu. Kemudian, Luna yang tampil glamour dan cantik mempersilakan Amrita dan Devan untuk duduk di sofa panjang pada ruang kerjanya.“Silakan bicaralah,” ucap Luna menatap Amrita yang tampak memandang ke arah putranya.Kemudian dengan menatap lekat pada Luna, mantan madu Luna yang kini akan menjadi mertua pun membuka pembicaraan.“Non Luna, setelah menikah ... Devan harus tetap tinggal di rumah. Karena, Non Luna juga tau sendiri kalau Devan, kini menjadi kepala rumah tangga di rumah kami,” ucap Amrita memandang ke arah Devan dan Luna bergantian.Mendengar hal itu, Luna yang juga tidak bisa meninggalkan Subroto di rumah mereka merasa keberatan dengan permintaan Amrita.“Kak Rita, sepertinya aku juga nggak bisa tinggal di rumah bersama keluarga Kak Rita. Kalian sendiri tau, bagaimana kondisi papaku,” ujar Luna memandang ke arah Devan seolah memohon pengertiannya.Devan yang tahu posisi Luna memandang ke
Akhirnya setelah dua bulan lamaran yang dilakukan oleh keluarga Amrita lewat iparnya yang bernama Rizky, perhelatan pernikahan antara Luna dan Devan dilakukan di rumah Luna. Sekitar pukul 9 pagi, seluruh anggota keluarga Devan yang menggunakan kostum seragam tradisional berwarna biru muda dengan kain batik memberikan perbedaan yang mencolok dengan keluarga Luna yang menggunakan gaun pesta berwarna biru muda pula bagi wanita dan untuk prianya memakai jas berwarna biru muda dengan kemeja berwarna putih dan dasi kupu-kupu berwarna biru tua.Sementara Luna menggunakan kebaya brokat berwarna putih dengan payet putih dan ikat pinggang berwarna biru tua dengan rambut yang di sanggul serta make up lengkap hingga membuat aura kecantikan pada diri Luna terpancar saat wanita cantik itu menggunakan kerudung berwarna putih.Begitu juga dengan Devan, lelaki tampan itu menggunakan jas berwarna putih dengan kemeja putih dan satu bunga mawar pada kantung jasnya berwarna biru tua serta sebuah penutup k
Luna yang tak mampu memejamkan matanya merasakan detak jantungnya kian berdebar dibarengi dengan basahnya telapak tangan wanita cantik itu saat mengingat hal yang akan terjadi pada dirinya dan Devan saat berada di dalam kamar berduaan.“Gimana aku harus menghadapi lelaki muda itu? Apa aku diam saja? Atau mengikuti saran Arumi dan Cintya?” tanyanya pada diri sendiri.Kembali Luna teringat kata-kata kedua sahabatnya pada pertemuan antara Ia dan kedua sahabat karibnya Arumi dan Cintya, tiga hari lalu di rumahnya.“Luna, menurut gue ... Elo nikmati aja pernikahan yang tiga hari lagi elo lakuin. Masalah si Devan masih punya pacar, abaikan aja. Yang paling berhak atas diri Devan itu elo!” ujar Arumi.“Betul Rumi! Soalnya nih ... Abis nikah pastinya elo lakuin malam pertama dong. Maksud gue, kalau elo bisa servis si Devan yang masih muda itu di ranjang, gue rasa perjanjian di atas kertas itu akan jadi sebuah perjanjian. Kecuali ... si Devan udah pernah juga main kuda-kuda’an sama pacarnya,”
Luna memandang dan semakin menenggelamkan tubuhnya ke dalam buih sabun yang ada di bathup tersebut. Devan yang masuk ke dalam bathup tersenyum samar ikut masuk ke dalam bathup dalam posisi berbeda. Devan kini berada di hadapan Luna. Saat dirinya duduk di hadapan Luna, lelaki tampan itu meraih kaki jenjang Luna dan mengelusnya hingga Luna pun berkomentar atas apa yang dilakukan oleh Devan. Seorang lelaki berusia 23 tahun yang kini masih menjalankan study nya di sebuah universitas negeri jurusan komunikasi.“Kamu pasti udah biasa berhubungan dengan pacarmu, ya?” tanya Luna saat jemari Devan mengelus-ngelus betis dan memijat telapak kakinya yang berada dalam air hangat berbuih sabun aromatik.Devan hanya menggelengkan kepalanya dan menatap tajam pada Luna seraya berkata, “Berdirilah di hadapanku.”“Apa?!” pekik Luna yang tak menyangka atas apa yang diminta Devan.“Ya, berdirilah...,” pintanya datar.“Aku lagi dalam keadaan bugil. Bagaimana juga aku harus berdiri di hadapanmu?” tanya Luna
Devan memegang jemari Luna yang menoleh ke arahnya. Lalu, lelaki tampan itu meletakkan jemari tangan Luna tepat di atas batang kenikmatannya yang masih terlihat tidur bagai ujung belalai gajah.“Luna..., elus dia. Aku mau kamu merasakan bentuk punyaku,” pinta Devan mengelus lengan mulus Luna dengan rambut tergerai setengah basah membuat wanita berusia 35 tahun terlihat semakin seksi.“Van..., kayaknya aku nggak bisa. Aku ... Uhm... Maaf, Aku ... Ji-jik...,” ucap Luna terbata-bata sembari menggigit bibir bawahnya dan memandang ke arah Devan yang menatap lekat ada dirinya.Devan yang mendengar ucapan Luna kembali meraih jemari tangan wanita cantik itu dan mengajari Luna cara mengelus batang kenikmatan miliknya, sesuai dengan yang dibaca dan dilihat pada sebuah video. Tampak Luna memejamkan matanya dengan menelan salivanya dalam posisi bugil dan kini duduk di hadapan Devan yang memandang lurus ke arah kedua payudara Luna yang penuh dengan tanda merah. Melihat hal itu, lelaki muda berusi
Luna melangkah panjang keluar dari kamar menuju lift. Melihat hal itu Devan pun bergerak cepat saat melihat Luna telah menekan tanda turun pada lift.Ting!Luna masuk ke dalam lift dan menekan tanda tutup pada lift, padahal dirinya melihat Devan berlari kecil meraih tombol pada lift agar tidak tertutup. Tepat saat berada di depan lift, Devan loncat masuk ke dalam lift kala lift hampir tertutup hingga membuat lelaki muda itu hampir terjatuh.“Ooh!” teriak seorang wanita berusia 40 tahun yang melihat Devan dipegangi oleh suaminya yang berada di dalam lift. Di dalam lift tersebut hanya berisi 4 orang, wanita berhijab dengan seorang lelaki berusia 50 tahun dan Luna serta Devan.“Anak muda, berhati-hatilah. Siapa kamu kejar sampai loncat ke dalam lift seperti itu? Kalau kamu jatuh dan patah pasti orang tuamu yang pusing. Belum lagi kamu buat istriku terkejut. Pastinya mbak itu juga terkejut,” ujar lelaki berkemeja memandang ke arah istrinya yang tampak terkejut dan menunjuk ke arah Luna ya
Luna mengambil satu potong lapis legit yang telah dihidangkan pramusaji dan Devan pun melakukan hal yang sama dengan Luna. Baik cara mengambil kue lapis tersebut dengan meletakkan tisu makanan pada kue lapis tersebut sampai cara menikmatinya yang terkesan berkelas dari orang kebanyakan dengan memakan sedikit demi sedikit.Luna yang merasa Devan meniru caranya menikmati kue lapis legit melotot ke arah lelaki tampan itu dan berkata, “Kamu tuh ... Bikin orang bete amat sih! Liat orang makan ... Ikut cara orang makan. Emang kamu pikir, cara aku makan, aneh?!”“Justru nggak aneh. Kamu cuman terlihat berbeda dengan orang lain. Enak aja aku lihat, makanya aku belajar cara makan seperti kamu,” jawab diplomatis Devan dengan senyum manisnya.“Dasar anak sekolahan,” sungut Luna sembari memasukkan sisa kue lapis legitnya dan diikuti pula oleh Devan.Ketika Luna melirik ke piring ceper putih dengan satu potong sisa kue lapis legit, tangan wanita cantik itu pun meraih kudapan tersebut dan menggigit