Sejak awal, Vanilla sudah punya firasat buruk atas gerak-gerik Aji yang mencurigakan.Dari masalah kedatangan lelaki paruh baya itu yang begitu tiba-tiba dan beberapa perkataan Aji yang menegaskan bahwa kini dirinya sedang terlibat dalam hutang besar dengan rentenir.Ya, Aji mengatakan pada Vanilla bahwa dia sedang membutuhkan banyak uang untuk melunasi hutang-hutang tersebut, tapi Aji tak ingin merepotkan sang menantu dengan meminta secara cuma-cuma pada Wildan melainkan dengan cara yang lebih halus, yakni bergabung dengan Haris dan Argan untuk bersama-sama menghancurkan Wildan. Lagipula, dengan begini, persenan yang akan didapatkan Aji pastinya lebih besar daripada Aji harus mempertaruhkan harga diri dengan meminta uang pada Wildan secara langsung.Dan, akhirnya di sinilah Vanilla berada. Duduk di dalam sebuah kafe elit di selatan Jakarta bersama tiga orang lelaki yang memiliki segudang pikiran jahat dan buruk terhadap Wildan.Hebatnya, kini mereka sedang berusaha memanipulasi Vanil
Vanilla baru saja melaporkan informasi yang berhasil dia dapatkan dari pertemuannya dengan Haris, Argan dan Aji pada Wildan.Gadis itu tersenyum bangga dan merasa bahwa apa yang telah dia lakukan adalah sesuatu yang hebat dan pantas diapresiasi.Meski saat itu, kekakuan ekspresi Wildan membuat Vanilla jadi ngeri sendiri.Sepertinya, Wildan terlihat sangat marah setelah mendengar isi percakapan itu."Aku nggak bisa menunggu lagi, Raga! Rekaman ini sudah cukup menjadi bukti bahwa Haris dan Argan sudah menjadi tersangka atas kasus kecelakaan yang menimpaku di tol! Aku akan segera melaporkan mereka ke polisi!" Ucap Wildan saat itu. Lelaki itu bangkit dari duduknya dan meremas kepalanya frustasi. Berjalan mundar-mandir seperti setrikaan di hadapan Vanilla dan Raga."Tenang, Bos. Sepertinya kita perlu rekaman Video yang dimiliki Aji untuk lebih memperkuat kejahatan Haris dan Argan," timpal Raga dengan sikapnya yang tenang."REKAMAN VIDEO APALAGI?" Jerit Wildan, membuat Vanilla terlonjak kag
Di dalam sebuah gudang tempat di mana Haris menaruh barang-barang pribadinya yang tak terpakai, seorang wanita tengah terduduk di lantai dalam posisi tubuh yang bersandar ke dinding dan kedua kaki yang selonjoran. Kedua tangan dan kaki wanita itu terikat. Bahkan mulutnya pun tertutup lakban.Perlahan-lahan mata sayup sang wanita mulai terbuka. Kesadarannya mulai kembali sedikit demi sedikit.Kepalanya pening. Pandangannya berkabut. Dia berusaha membuka mata, namun keadaan di sekelilingnya saat itu begitu gelap. Hanya ada seberkas cahaya yang mengintip masuk melalui ventilasi di atas pintu yang terhubung dengan ruangan di sebelahnya yang terang benderang. Mata si wanita masih berkedip-kedip. Kepalanya bergerak ke kanan dan ke kiri menatap keadaan sekitar, namun dirinya tetap tak bisa menangkap apapun saking gelapnya ruangan tersebut.Ketika kesadarannya sudah sepenuhnya kembali secara sempurna, Vanilla meronta dan menarik-narik tali yang mengikat kedua tangan dan kakinya. Panik. Vanill
Setelah berhasil memanjat tembok belakang kediaman pribadi Haris, dibantu oleh Argan, Vanilla pun berhasil melarikan diri.Berlari tanpa alas kaki, Vanilla mendatangi pangkalan ojek terdekat dan meminta diantarkan ke kediaman Wildan."Darimana Neng? Kok nggak pakai sandal?" Tanya si tukang ojek saat mereka sedang diperjalanan."Udah cepetan anterin saya pulang ke rumah suami saya, Pak, nggak usah banyak tanya," omel Vanilla saat itu.Sesampainya di kediaman Wildan, Vanilla melihat ada sebuah mobil polisi terparkir di sana.Perasaan was-was Vanilla semakin menguat tatkala dia masuk dan melihat Wildan, Raga, beberapa anggota kepolisian dan Ibunya, Kenari sedang berkumpul di ruang tamu rumah besar itu."Ibu?" panggil Vanilla dengan segenap perasaannya yang berkecamuk.Bukan hanya Kenari saja yang menoleh ke ambang pintu, namun Wildan, Raga dan anggota polisi pun ikut menoleh dan menatap Vanilla dengan penampilan Vanilla yang acak-acakkan.Bahkan saat melihat Vanilla tak memakai alas kaki
Setelah tahu apa yang terjadi menimpa Ibunya, Vanilla terus mendesak Wildan agar lekas menyelamatkan sang Ibu.Gadis itu terus menangis tanpa henti.Bahkan Vanilla sempat nekat berlari keluar untuk mencari ibunya sendirian, jika saat itu Wildan tidak mengejar dan menyelamatkannya, bisa jadi nyawa Vanilla sudah terancam bahaya karena Vanilla hampir saja tertabrak mobil ketika menyebrang jalan.Sungguh, ini kali pertama Wildan melihat Vanilla begitu kacau seperti ini. Perempuan itu seolah kehilangan pijakan atas dirinya sendiri, tak bisa dikendalikan hingga akhirnya Wildan terpaksa mendatangkan dokter dari klinik saat Vanilla terus menerus mengamuk di kamar karena Wildan menguncinya.Kini, Vanilla dalam fase tenang setelah pihak dokter menyuntikkan obat tidur berdosis rendah untuknya.Wildan memasuki kamar Vanilla dan mendapati Vanilla sudah memejamkan mata, meski saat itu Vanilla masih terus saja menggumamkan nama ibunya bahkan yang lebih membuat hati Wildan tersayat adalah ketika dia
"Lepaskan Vanilla dan Ibunya jika kamu tidak ingin melihat Ayahmu mati sia-sia!" Ancam sebuah suara dari arah pintu yang baru saja berhasil di dobrak.Sontak Argan dan Edwin menoleh ke arah suara dan mendapati Wildan datang bersama Haris dengan kepala Haris yang tertodong pistol oleh Wildan.Melihat sang Ayah dalam keadaan bahaya, Argan jelas terkejut.Lelaki itu bangkit berdiri dan langsung menarik Vanilla bangkit bersamanya.Argan menjadikan Vanilla sebagai sandranya juga."Oke, jika kamu ingin perempuan ini selamat, maka lepaskan Ayahku!" Ancam Argan yang saat itu membekap tubuh Vanilla dari belakang dengan sebelah tangan lain yang menodongkan senjata ke kepala Vanilla.Vanilla yang saat itu sudah tak mampu berontak akibat benturan yang cukup keras di kepalanya hanya bisa terkulai pasrah dalam dekapan Argan.Beberapa polisi termasuk Raga tampak bersiaga di belakang Wildan.Mereka menodongkan senjata secara bersamaan ke arah Argan dan Edwin yang saat itu juga sudah menyandera Kenari
"Mulai detik ini, jangan ganggu anakku lagi! Pergilah jauh-jauh dari kehidupan Vanilla karena aku sama sekali tidak akan mengizinkan Vanilla menjalin hubungan denganmu lagi! Wanita yang seharusnya menjadi istrimu adalah Vanessa, jadi, lebih baik kamu hubungi Vanessa sekarang dan kembalilah padanya! Lupakan Vanila!"*Kalimat itu terus saja terngiang dalam benak Wildan bahkan setelah satu minggu berlalu dirinya tetap tak juga diizikan untuk bertemu dengan Vanilla oleh Kenari.Padahal Wildan sudah menempuh segala cara untuk membuat Kenari percaya akan niat baiknya. Sayangnya, Kenari tetap bersikukuh tidak memberi izin pada Wildan untuk menemui Vanilla.Hingga akhirnya, Wildan terpaksa menempuh satu cara yang memang sudah sejak awal dia pikirkan meski hal itu maju mundur untuk dia lakukan.Yakni, meminta bantuan Malik agar dirinya mendapat kesempatan untuk bertemu kembali dengan Vanilla.Sebagai seorang ayah, Malik memiliki hak untuk bertemu dengan Vanilla bukan?Hari itu, setelah memant
Vanilla baru selesai minum obat.Kenari membantunya merebahkan diri kembali dengan gerakan perlahan dan sangat hati-hati karena luka bekas operasi Vanilla memang belum sepenuhnya mengering.Ini sudah satu minggu berlalu sejak insiden penembakan itu dan kondisi kesehatan Vanilla sudah jauh lebih baik. Meski, di dalam hatinya Vanilla justru merasa seperti ada yang salah dalam dirinya.Ketika hati dan pikirannya terus tertuju pada Wildan.Mengenai alasan apa yang membuat Wildan sampai detik ini tak kunjung menunjukkan batang hidungnya di rumah sakit untuk menjenguknya.Bukankah seharusnya Wildan memiliki tanggung jawab juga untuk merawatnya di sini? Tapi, kemana lelaki itu? Kenapa dia tidak pernah datang barang sebentar saja untuk menengok keadaannya?Vanilla benar-benar tidak habis pikir."Bu," ucap Vanilla begitu dirinya sudah kembali tertidur nyaman di atas brankar."Ya?" Sahut Kenari yang saat itu sedang membenahi peralatan bekas makan Vanilla dan juga dirinya."Vanilla minta ponsel