Baik Malik mau pun Wildan, keduanya tak mau lagi menunggu untuk melangsungkan pernikahan Wildan dan Vanilla setelah Vanilla telah dinyatakan sembuh total dari luka tembaknya.Sejak Vanilla keluar dari rumah sakit, Malik sempat mengajak sang anak untuk tinggal bersama di kediamannya, tapi saat itu Kenari justru menolak, membuat Vanilla benar-benar bingung dan tak habis pikir dengan apa yang sebenarnya diinginkan oleh Kenari.Kadang, Vanilla melihat adanya kebahagiaan dalam binar sendu mata indah sang Ibu ketika memandang kebahagiaan Malik bersama sang Istri yang kini tengah mengandung. Namun tatapan yang lebih sering di tangkap Vanilla setelahnya, adalah tatapan menusuk, penuh kebencian.Kadang, terbersit sekelebat pikiran untuk membawa sang Ibu pada seorang psikiater, tapi Vanilla tak ingin menyinggung perasaan Kenari jika dia sampai melakukan hal itu.Hingga akhirnya, tibalah hari itu.Hari di mana kini Vanilla akan kembali bersanding dengan Wildan di pelaminan.Bedanya, jika sebelum
Acara resepsi baru saja selesai.Kediaman Wildan sudah sepi.Tersisa beberapa pekerja yang tampak membersihkan rumah mewah itu.Sepasang pengantin sudah masuk ke dalam kamar pengantin mereka."Kamu mau mandi duluan?" Tanya Vanilla saat itu, ketika para penata rias baru saja keluar selepas membantu Vanilla membuka riasan pengantin yang dikenakannya."Terserah," jawab Wildan seraya melepas jas dan juga kemejanya.Lelaki itu menatap Vanilla yang masih sibuk membersihkan make up di depan meja rias.Setelah melepas sepatu, Wildan mendekati sang istri dan mendaratkan sebuah kecupan manis di kening Vanilla. Kedua bahu Vanilla dijadikan tumpuan telapak tangannya. Lelaki itu menatap wajah Vanilla dari balik cermin."Apa kamu bahagia Vanilla?" Tanya Wildan saat itu.Vanilla menangkap jemari Wildan di bahunya dan mengelusnya pelan. "Memang kamu liatnya gimana?" Tanya Vanilla balik.Wildan mengedikkan bahu. Dia menarik tangan Vanilla untuk bangkit dari kursi dan mengajaknya duduk di tepi ranjang
"Aku masih di rumah Bosku sayang, rencananya nanti aku akan dapat cuti kalau Bosku sudah berangkat bulan madu ke Swiss. Aku janji akan meluangkan waktu untukmu, sabar ya..." Ucapan Raga di telepon terputus saat dilihatnya Wildan datang menghampirinya di depan teras kediaman Wildan."Udah dulu ya sayang, nanti aku telepon lagi," ucap Raga segera menyudahi percakapannya di telepon dengan sang kekasih. Raga menatap bingung Wildan yang saat itu sudah berdiri di sisinya."Loh Bos, kok...""Siapkan mobil Raga, aku ingin keluar," perintah Wildan pada sang asisten.Tanpa banyak bicara, Raga pun bergegas menyiapkan mobil.Sepuluh menit kemudian, Raga dan Wildan sudah berada di dalam mobil. Wildan duduk di jok belakang dengan Raga yang mengendarai mobil.Tatapan Wildan terus tertuju ke arah ruas jalan saat itu, bahkan saking seriusnya lelaki itu melamun, dia sampai tak mendengar jika sejak tadi Raga sudah beberapa kali bertanya tentang kemana lokasi yang hendak dituju Wildan dalam perjalanan me
Malam itu Wildan tidak pulang.Lelaki itu menginap di apartemen Raga dan menghabiskan sepanjang hari di dalam apartemen Raga hingga sore harinya lelaki itu berniat untuk menemui Malik ke Restoran sang Ayah Mertua, namun Malik bilang saat ini dia sedang menjalani syuting di luar kota selama beberapa hari. Itulah sebabnya Wildan akhirnya memutuskan untuk pulang meski dalam hati dia enggan melakukannya.Kepulangan Wildan saat itu disambut oleh tatapan marah Kenari.Kenari yang langsung meluapkan kekesalannya pada Wildan yang sudah membuat Vanilla menunggunya seharian tanpa kabar."Ingat ya Wildan, kamu yang memohon padaku untuk merestui hubunganmu dengan Vanilla, tapi lihat, bahkan belum 24 jam kalian menikah, kamu sudah membuat anakku menangis semalaman? Ada apa sebenarnya? Apa salah Vanilla?" Cecar Kenali memarahi Wildan.Wildan hanya diam dengan menundukkan kepalanya. Dia sedang tidak ingin menjelaskan apapun saat ini. Lagipula jika memang Kenari ingin mengetahui alasan mengapa diriny
"Good Morning..." Ucap Vanilla dengan senyuman lebar.Pagi ini dia memasak sarapan khusus untuk Wildan setelah sebelumnya dia menyiapkan pakaian untuk Wildan kenakan ke kantor."Sarapannya udah siap, Tuan Wildan. Mau sarapan di bawah apa di sini?" Tanya Vanilla bak pelayan yang masih menggunakan apron dengan lap tangan yang tersampir di bahunya. Sejak hari masih gelap, sebelum waktu shubuh tiba, Vanilla sudah bangun karena dia memang berniat ingin membuatkan Wildan sarapan.Meski, pada akhirnya Vanilla tetap meminta bantuan Kenari agar bisa menyajikan sarapan yang enak.Wildan yang saat itu sedang menggunakan dasi jadi menoleh. Lelaki itu tertawa melihat penampilan Vanilla yang kucel."Aku makan di kantor saja, sekretarisku bilang, dia mau membawakan aku bekal untuk sarapan hari ini," ucap Wildan saat itu. Melalui pantulan diri Vanilla di cermin, Wildan mencuri-curi pandang ke arah istrinya itu yang kini berdiri di belakangnya. Sekadar ingin tahu bagaimana reaksi Vanilla saat itu. Apa
"Jadi, Vanilla berpikir kalau Anda masih mencintai Nona Isna? Begitu?" Ucap Raga di kantor setelah Wildan baru saja menceritakan tentang keanehan demi keanehan yang terjadi di rumahnya, lebih tepatnya keanehan sikap Vanilla dan sang Ibu mertua.Wildan mengangguk. Dia masih tidak paham dengan apa yang sebenarnya terjadi dengan Vanilla. Hal apa yang membuat Vanilla bisa sampai berpikir seperti itu? Padahal selama ini, Wildan sama sekali tidak pernah membahas tentang Isna atau pun kisah masa lalunya bersama Isna pada Vanilla?Lagipula, intensitas pertemuan mereka pun sangat jarang dan harusnya Vanilla pun paham bahwa dunia Isna kini sudah berbeda. Isna sudah menjadi istri Malik terlebih wanita itu pun kini sedang mengandung anak kedua mereka. Kenapa Vanilla ini tidak bisa berpikir dewasa?"Selain itu juga, Vanilla bilang dia sedang berusaha mewujudkan permintaan Ibunya, impian Ibunya untuk bisa bersatu dengan Malik, apa maksudnya?" Ucap Wildan lagi."Apa mungkin, Nyonya Kenari itu mengi
Suara pintu mobil terdengar ditutup secara berbarengan.Vanilla keluar dari mobil dibarengi Rulli, sementara Wildan keluar dari mobilnya bersama Raga.Wah, perang dunia ke tiga bakalan pecah nih kayaknya!Gumam Raga dalam hati saat melihat tatapan Wildan yang berubah horor."Kamu baru pulang?" Sapa Vanilla yang langsung menghampiri sang suami. Meski pernikahan mereka hanya sandiwara, namun di hadapan orang lain, Vanilla akan bersikap seolah-olah dirinya dan Wildan adalah sepasang suami istri yang harmonis.Wildan membalas senyuman sang istri. Meski tatapannya tetap saja mengerikan. "Kamu darimana sayang?" Tanya Wildan seraya merangkul bahu Vanilla. Raga mundur dan menjaga jarak aman dari ke tiga manusia yang sedang berdiri berhadapan itu."Aku habis jalan-jalan aja sama temanku, kenalin ini temanku, Rulli," ucap Vanilla.Wildan mengangguk seraya mengulurkan tangan."Wildan,""Rulli,"Kedua lelaki itu saling berkenalan.Rulli pamit setelahnya.Sama halnya dengan Raga yang langsung pami
Setelah pertemuan tak disengaja hari ini di supermarket, Isna memaksa Vanilla juga Kenari mampir ke kediamannya. Isna berdalih di rumah sepi tidak ada orang dan dia sangat bosan.Hari ini Isna akan masak besar karena malam nanti rencananya Malik pulang dari luar kota."Sudah seminggu Mas Malik pergi. Sejak Ayahku meninggal satu tahun yang lalu, terus Hasna, adikku mengambil kuliah di luar kota, jadilah aku tinggal sendirian di rumah. Mana akhir-akhir ini Mas Malik banyak kegiatan keluar kota," keluh Isna begitu mereka sudah sampai di kediamannya. "Lagian Vanilla sih di suruh tinggal di sini nggak mau, hehehe," kekeh Isna dengan tawa lebarnya."Kalau aku tinggal di sini, bagaimana dengan Wildan nanti Tante," ucap Vanilla dengan pertanyaan yang menjurus.Isna mempersilahkan tamu-tamunya itu duduk. "Ya di rumah inikan kamar kosong banyak, kamu bisa ajak Wildan tinggal di sini sementara," jawab Isna apa adanya."Sebenarnya, kamu ini ingin Vanilla yang tinggal di sini atau hanya sekadar al