Gavriel barusaja tiba di kantornya, ketika dia mendapat kabar dari Sutradara terkait hasil casting yang di ikuti oleh Daniella. Sutradara memberitahu Gavriel jika yang terpilih untuk menjadi model video clipnya adalah Allena. Sang Sutradara menjelaskan beberapa hal pada Gavriel kenapa Daniella tidak bisa mendapatkan peran itu. Walaupun dia kesal, tetapi Gavriel tetap menerima hasilnya, jika dia tetap memaksakan Daniella yang menjadi model Video Clip, nantinya hal itu membuat Daniella akan di hujat akibat aktingnya yang buruk. Dia pun mengakui kalau Allena memang bagus dalam berakting dan pilihan sang Sutradara sudah benar. "Setidaknya, Daniella sudah mencoba melakukannya." Dia bergumam.Gavriel sedang memeriksa beberapa file, ketika Alberto masuk ke ruangannya. "Ini ada laporan-laporan yang Bapak minta. Datanya juga sudah kami cocokan dengan data-data penjualan dari cabang." Alberto meletakan tumpukan laporan di depan meja Gavriel setelah itu Alberto keluar dari ruangan Gavriel.G
Malam itu, Daniella tampil cantik dan memikat, dia mengenakan dress panjang warna hitam dengan belahan pinggir yang menunjukan kaki jenjangnya, dia menggerai rambut panjangnya yang sudah dia curly. Daniella tersenyum kecil, melihat pantulan dirinya yang seperti Kendal Jenner, dia menggunakan make up yang tipis. Walaupun hanya makan malam dengan sang Kakek, dia selalu berpenampilan cantik. Dia takut jika saat mereka makan malam mereka akan bertemu dengan teman ataupun kenalan Kakek. "Kakek nggak boleh tau, tentang luka-luka ini." Gumamnya. Dia tau betul, Kakeknya akan heboh dan panik kalau dia tau Daniella sedang terluka. Sampai sekarang, Daniella tidak bisa membawa sepeda dan mengendarai motor, karena Kakeknya tidak mau dia terluka. Untuk mengendarai mobil saja, prosesnya begitu panjang. Jika tau dia terluka karena lari, Kakek akan menyuruhnya untuk tidak melakukan kegiatan itu lagi. Daniella mengisi tas kecilnya dengan bedak, lipgloss dan sisir kedalam tas kecilnya, dia berpikir s
Kakek Andreas sangat bahagia melihat Cucu dan calon istri cucunya datang bersama. Raut wajahnya yang bahagia membuat Gavriel mendesis pelan. "Kau menyuruhku untuk bersikap biasa-biasa saja. Kenapa wajahmu seperti itu pada Kakekmu?" bisik Daniella pada Gavriel. "Tadi kau menuduhku, kau bilang ini adalah bagian dari rencanaku. Sekarang kau bisa melihat dengan jelas, siapa yang merencanakan semuanya." Mereka memperhatikan ekspresi bahagia dia wajah Kakek mereka dan terlihat dengan jelas kalau mereka yang merencanakan semua ini. "Jadi, percakapan di telepon tadi hanyalah sebuah sandiwara? Ck! mereka sangat berbakat." "Bagaimana kabarmu, Nak?" Tanya Kakek Andreas pada Daniella. "Kakek sangat senang karena kamu mengijinkan Kakek dan Gavriel gabung dengan kalian." "Aku baik-baik saja. Bagaimana dengan Kakek?" tanya Daniella. Dia berusaha mengontrol ekspresi di wajahnya. Dia kesal dengan permainan Kakeknya dan Kakek Andreas. "Tidak apa-apa Kakek. Aku senang karena Kakek mau bergabung.
Mata Daniella tertuju pada ponsel Gavriel yang masih dia pegang. Wajahnya pun tiba-tiba panas mengingat kejadian semalam, muncul seulas senyum di bibirnya, senyuman yang tidak ia inginkan saat membayangkan wajah Gavriel. Daniella langsung menepis semuanya, dia mengibas-ngibaskan tangan di depan wajahnya seperti mengusir sesuatu. Dia tidak ingin jatuh cinta smdan terbuai dengan perlakuan Gavriel. Ciuman yang terjadi bukan karena cinta atau rasa tertarik yang ada di dalam hatinya. Itu hanya buaian sesaat yang tidak seharusnya dan tidak mau dia lakukan lagi. "Kenapa aku membiarkannya?" Dia mengeluh pelan, "Seharusnya aku mendorong pria menyebalkan itu saat dia menciumku. Ingatlah Daniella, kau membencinya." Keluhnya, dia terus memperingati dirinya sendiri agar tidak selalu mengingat tentang Gavriel.Tetapi semalam, tatapan mematikan Gavriel memang sangat sulit untuk di hindari. Tidak ada kata yang keluar dari mulut Gavriel ketika dia selesai mencium Daniella. Apakah dia juga malu setela
Sekitar jam sembilan malam, Gavriel baru keluar dari kantornya bersama Alberto. Hari ini ada begitu banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan di kantor. Dia dan Alberto berpisah di lobby kantor, walaupun sebelumnya Alberto menawarkan diri untuk mengantar Gavriel pulang, karena saat itu kondisi Gavriel terlihat sedang tidak baik-baik saja. Ada masalah terkait perilisan produk baru mereka.Dalam perjalanan pulangnya, Ponsel Daniella berbunyi, Zeva yang menelpon. Tanpa pikir panjang Gavriel langsung menerima telepon tersebut. Suara panik serta teriakan Zeva dari sebrang sana sambil menyebut nama Daniella, membuat Gavriel panik. Pria itu langsung banting stir dan menepi. "Ada apa?" Tanya Gavriel cemas. "Gavriel tolong datang kesini. Seseorang ingin mencelakai Daniella." Zeva memberitahu alamat dimana dia dan Daniella berada. Gavriel langsung meluncur ke lokasi dengan keadaan panik, beberapa kali dia memaki dirinya sendiri, dia menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi pada Dan
Gavriel duduk termenung di sofa ruang tengah pagi itu. Dia masih memikirkan Daniella, mengingat perempuan itu menangis ketakutan dalam tidurnya, membuatnya sedih dan menyesal dengan apa yang sudah dia lakukan. Apakah dengan keberadaannya nanti, akan membuat Daniella aman? dia juga mengingat lagi apa yang di katakan Daniella, walau sudah menikah belum tentu Gavriel bisa memantau Daniella selama 24 Jam. dia juga membenarkan apa yang di katakan Ray padanya, dia sangat keterlaluan dan membuat Daniella terlibat dalam semua kekacauan yang sudah dia buat. "Tetapi aku bisa meminta orang lain untuk mengawasinya. Aku bisa melakukannya karena dia istriku." Gumamnya. Gavriel menyandarkan kepalanya di sofa, sesekali terdengar helaan napas panjangnya. Gavriel menoleh saat dia mendengar suara pintu "Kau sudah bangun?" tanya Gavriel ketika Daniella berjalan melewatinya pergi kearah dapur. Dia pasti mendekatiku karena dia menginginkan jawaban dariku. Menikah dengannya lalu bercerai. Menikah hanya
"Daniella! Aku tidak perduli apapun alasanmu, kamu harus ikut denganku. Kita tak sekedar menghadiri pesta pernikahan Agatha, tetapi ini kesempatan kita untuk bertemu dengan pria keren yang sudah kita impikan sejak lama. Lupakan saja betapa muaknya kamu dengan segala hal buruk yang terjadi akhir-akhir ini." Zeva membujuk Daniella untuk ikut dengannya.Daniella bukanlah tipe orang yang suka menghadiri pesta pernikahan, bertemu dengan orang-orang yang membuatnya harus memaksakan senyuman di wajahnya. Dia juga malas untuk basa-basi dengan orang baru. Di awal pertemuan dia akan terlihat seperti seorang yang pendiam, namun sesungguhnya dia periang dan bawel, tetapi dia juga gampang sedih dan terpukul saat ada sesuatu yang menyakiti hatinya. "Nggak mau Ze! Aku males banget pergi ke nikahan orang." Dia menujukan betapa enggannya dia untuk datang ke pesta pernikahan. Dia malas jika nanti dia datang dan bertemu dengan orang-orang yang dia kenal, pasti akan ada pertanyaan yang di tujukan untukn
Daniella yang masih terlelap dalam tidurnya, tiba-tiba di bangunkan dengan deringan ponselnya. Dengan mata yang masih terpejam, dia mengulurkan tangannya keluar dari selimut dan meraba-raba meja kecil yang ada di samping kasurnya. Dia terus meraba sampai dia mendapatkan ponselnya. Tanpa melihat siapa yang menelponnya pagi itu, dia langsung menjawab panggilan itu dengan suara parau."Selamat Pagi Daniella. Saya Alberto dari JS Group." Pria di telpon itu memperkenalkan dirinya. Suaranya terdengar gagah dan berwibawa.JS Group? Apakah aku pernah melamar pekerjaan disana? JS group perusahaan apa? Pikirnya."Ya?" Sahutnya."20 menit lagi, mobil dari perusahaan kami akan tiba di rumah anda. Mohon untuk segera bersiap-siap."Takut telpon penipuan, Daniella langsung mengakhiri panggilannya. "Dasar orang kurang kerjaan, pagi-pagi begini dia sudah menipu orang." Gumamnya sambil mencoba untuk tidur lagi. Namun isi kepalanya saat itu di penuhi dengan JS Group. JS Group? Dia pernah mendengarnya, k