Share

Part 7

"Dion tidak akan tinggal diam setelah kau membuat kekacauan seperti kemarin. Niatmu untuk menjaga Daniella malah menciptakan masalah baru dan menjadikan Daniella sebagai target Dion." Ray meniup-niup mie panas yang  dia buat untuknya dan juga Gavriel. Ray mengambil sumpit serta mangkok dan memberikan pada Gavriel. Tanpa mengajak Gavriel untuk segera menyantap mienya, Ray langsung menyeruputnya dengan penuh semangat. Setelah memasukan satu seruputan mie kedalam mulutnya, dia kembali melihat Gavriel. Pria itu masih menyilangkan kedua tangannya dan tampak tak tertarik untuk menyantap mie yang sudah di sajikan untuknya. Wajahnya mengkerut, dan sesekali dia menggerutu kesal.

Ray terus menyantap mie nya selagi panas, karena makan mie saat dingin, tidak enak menurut Ray. Dia mengabaikan segela gerutuan tak jelas yang keluar dari mulut Gavriel.

"Bagaimana dengan CCTV di studionya? Kau sudah membereskannya?" Tanya Gavriel. Kali ini dia meraih sumpit dan sendok lalu mengaduk-aduk mienya yang masih mengeluarkan uap panas. Dia menunduk dan menyeruput mienya.

"Tenang saja, aku tidak menyisahkan apapun yang bisa di jadikan bukti oleh Dion." Sahut Ray. Dia mengangkat mangkoknya dan meneguk kuah mie nya sampai habis.

Ray menatap Gavriel dan sedikit curiga padanya. Gavriel yang merasa sedang di tatap, mengangkat wajahnya.

"Apa?"

"Kau menyukai Daniella kan?" Tebak Ray. "Aku memang tidak tau seperti apa hubungan kalian di masalalu, menurutku dia bukan sekedar teman kuliah bagimu."

"Tidak." Jawabnya singkat.

"Kau yakin? Kalau kau tidak menyukainya, kau tidak akan menyuruh orang untuk mengikuti Daniella. Kau juga tidak akan menyuruhku menghancurkan studio foto Dion, hanya karena dia membentak model dari perusahaanmu."

"Aku melakukannya karena dia model dari JS Group."

"Kau tidak melakukan hal seperti ini untuk model JS Group yang lama."

"Hal itu baru terpikirkan sekarang. Aku harus memperhatikan setiap orang yang bekerja denganku. Apa sudah ada laporan dari orangmu?"

"Tentang siapa? Daniella? Kenapa kau tidak bertanya langsung pada Daniella?"

Gavriel mengangkat wajahnya dan menatap Ray dengan mata melotot. "Kau mau aku bunuh?" Tanya Gavriel. "Tadi aku tidak mengantarnya pulang karena masih ada urusan mendesak di kantor." Kata Gavriel. Sebelumnya dia kembali ke kantor untuk membahas produk baru yang sebentar lagi mereka release. Banyak yang menantikan produk itu, apalagi dengan ikon yang baru.

Ray mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang, dia meminta laporan dari orang yang dia hubungi.

"Apa katanya?" Tanya Gavriel setelah Ray menutup telponnya.

"Dia pergi dengan seorang pria." Ray memberikan ponselnya pada Gavriel, dan menunjukan video yang baru dia terima dari orang suruhannya.

Gavriel memperhatikan orang tersebut. "Anthonio?" Gumamnya. Dia kenal dengan Anthonio karena perusahaan Anthonio merupakan Distributor dari perusahaannya. "Kenapa dia bisa kenal Anthonio?" Dia melihat Ray, dan tatapannya seperti sebuah perintah agar Ray mencaritahu itu semua.

"Kau tidak ingin menghampirinya? Mereka sedang makan malam di sebuah hotel mewah dan kalau kau kesana kau akan menghabiskan sekitar 2 jam perjalanan." Ledek Ray.

Gavriel kesal dengan ledekan Ray dan menyuruh Ray untuk melaporkan hal sekecil apapun padanya.

Gavriel sudah tidak tertarik lagi untuk menyantap mie nya dan memilih untuk kembali ke apartemennya.

Dalam perjalanan pulang, dia selalu bertanya-tanya kenapa Daniella bisa kenal Anthonio? Pria itu memang sangat bagus untuk masalah pekerjaan tetapi dia seorang pemain wanita.

Cemas jika Daniella akan terbuai oleh Anthonio, dia pun menelpon Daniella dan sengaja ingin membuat suasana hati Daniella kacau.

"Kau dimana?" Tanya Gavriel ketika panggilannya sudah terhubung. "Kenapa lama sekali mengangkat telponku?"

"Aku mengangkat telponmu saat deringan pertama, apa itu masih kurang cepat?"

"Jawab pertanyaanku, kau dimana?"

"Aku di rumah." Jawab Daniella berbohong.  Dia takut Gavriel akan menghampirinya jika dia berkata jujur.

"Jangan membohongiku." Nada bicaranya terdengar marah.

"Aku sedang makan malam dengan temanku ..." panggilan berakhir setelah Daniella mengatakan hal itu, bahkan saat Gavriel menghubunginya lagi, ponsel Daniella sudah mati.

Sial! Apa Anthonio begitu penting baginya?

***

Sejak Anthonio menjemput Daniella dan mengantar Daniella pulang, dia terus menerus memuji Daniella, mengagumi kecantikan perempuan itu. Dia pandai mengolah kata. Daniella tentu saja merona mendengar pujian Anthonio, dia tampan dan tutur katanya bagus.

"Kau memang cocok menjadi model dari JS Group. Mereka memilih orang yang tepat." Puji Anthonio.

Daniella tertawa malu-malu. Dia tidak menyahuti banyak ucapan Anthonio karena dia merasa lelah untuk menjawabnya. Anthonio selalu berbicara banyak hal. Jika saja Zeva tidak memaksanya untuk pergi dengan Anthonio, dia lebih memilih untuk diam di kamarnya sambil menonton film.

Mereka tiba di depan rumah Daniella, sebelum Daniella turun, Anthoni sudah turun lebih awal dan membukakan pintu untuk Daniella.

"Terima kasih."

"Sama-sama Daniella. Terima kasih karena malam ini, kamu mau menemaniku makan malam."

Daniella kembali tersenyum dan melambaikan tangannya saat Anthonio pergi darisana.

"Whoahh, wajahmu bahagia sekali Daniella. Tampaknya kau bersenang-senang malam ini."

Suara Gavriel membuat Daniella terperanjat. Dia kaget melihat Gavriel ada disana. Apa dia membuntutiku? Pikirnya.

"Apa yang kau lakukan disini Gavriel?"

"Menunggumu! Kau menutup telponku begitu saja, padahal aku ingin menyampaikan hal penting padamu. Sepertinya, kau tidak ingin aku menganggu waktu kencanmu sampai kau sengaja matikan ponselmu." Tanyanya sinis.

Daniella mengambil ponselnya dari dalam tas, ia tidak mematikan ponselnya tetapi ponselnya kehabisan batrei.

"Batrei ponselku habis!" Dia menunjukannya pada Gavriel, dia tidak mau kalau Gavriel berpikir yang tidak-tidak padanya. "Info penting apa yang mau kau sampaikan?"

"Besok kau harus ikut Casting. Aku sudah kirimkan alamatnya padamu."

"Kau datang kesini hanya untuk mengatakan hal ini? Kau bisa mengirim pesan padaku!" Kata Daniella, karena jadwal dan lokasi yang sebelumnya di infokan oleh Sutradara berubah.

Gavriel belum sempat menjawab ketika sebuah mobil berhenti di dekat mereka. Gavriel tau betul mobil itu milik siapa, dia semakin yakin ketika si pengendara mobil itu keluar dan membukakan pintu untuk seorang di bangku penumpang. Itu mobil kakeknya, karena dia melihat jelas wajah supir Kakeknya. Setelah pintu penumpang di buka, Kakek Michael turun.

"Loh, Kakek baru pulang?" Tanya Daniella melihat Kakeknya turun  dari mobil. "Kakek sama siapa?" Daniella ingin mengintip siapa orang yang ada di mobil. Konyol sekali jika Kakeknya kencan lagi, apalagi Kakeknya pergi tanpa memberitahukan Daniella.

"Ada Nak Gavriel. Kalian baru pulang juga?" Tanya Kakek Michael dengan senyuman cerah di wajahnya. "Senang sekali bisa melihat kalian berdua."

Gavriel mengangguk pelan, dia menyalami Kakek Michael, berbicara sebentar dan menanyakan kabar, setelah itu dia pergi kearah mobil yang di tumpangi Kakek Michael, di ikuti tatapan Daniella.

"Wah kebetulan sekali ada cucu ku disini." Kakek Andreas berbicara tanpa melihat Gavriel. Dia takut dengan ancaman Gavriel.

"Kakek kenal Kakeknya Gavriel?" Tanya Daniella.

Kakek menganggukan kepala dan bilang kalau hari ini mereka bertemu di rumah sakit saat Check up. Dia beralasan.

"Kita selesaikan semuanya di rumah." Kata Gavriel pada Kakeknya. Gavriel menutup pintu mobil dan pamit pergi pada Daniella dan Kakek Michael.

Daniella memperhatikan ekspresi Gavriel, dia tau betul kekesalan di wajah pria itu.

Sepeninggalan Gavriel, Kakek Andreas turun dari mobil dan menyapa Daniella.

"Sungguh sebuah kebetulan, bagaimana bisa cucu kita bisa saling mengenal satu sama lain?" Tanya Kakek Andreas penuh basa-basi.

"Dulu mereka satu kampus." Sahut Kakek Michael.

"Ah iya? Maklumlah, Kakek ini sudah tua jadi suka lupa." Kata Kakek Andreas.

Lupa? Keluh Daniella. Bagaimana bisa lupa kalau mereka berdua masih bisa bertemu seperti ini? Mereka juga masih saling mengingat tentang pertemuan mereka saat acara kelulusan mereka.

Kakek Michael dan Kakek Andreas tidak melanjutkan obrolan mereka tentang kedua cucu mereka, mereka sengaja karena takut jika kedua cucu mereka akan melakukan pemberontakan.

Kakek Andreas pamit pulang dan memberitahu Kakek Michael jika mereka berdua harus bertemu  2 hari lagi untuk pesta pernikahan dari cucu sahabat mereka.

"Aku nggak tau kalau Kakek sedekat itu sama Kakek Andreas." Kata Daniella sambil merangkul Kakeknya masuk kedalam rumah.

"Kakek sudah kenal sejak lama, karena kesibukan kami jarang bertemu."

Tadinya Daniella curiga kalau Kakek akan berbicara tentang rencana perjodohan, namun pemikirannya salah, Kakek tidak mengatakan hal itu. Bukannya dia menginginkan hal itu, hanya saja hal yang sering terjadi saat kedua orang tua atau Kakek dan Nenek sahabatan, mereka akan menjodohkan anak ataupun cucu mereka. Daniella berharap pemikiran Kakeknya tidak menuju arah perjodohan, karena dia tidak bisa membayangkan kalau dia di jodohkan dengan Gavriel.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status