Alaric dan Emily kembali ke apartemen setelah menempuh perjalanan hampir satu jam. Mereka tidak pulang ke rumah karena sedang berada di mood yang buruk. “Kamu baik-baik saja, kan?” tanya Alaric saat melihat Emily baru saja keluar dari kamar mandi. Emily terkejut mendengar suaminya kembali menanyakan itu. Dia pun mencoba tersenyum untuk melegakan hati suaminya. Emily masih tak menyangka jika Alaric akan memilih mengabaikan Anya. Awalnya Emily berpikir jika Alaric akan masuk air untuk menolong Anya seperti drama-drama yang biasa ditontonnya, tapi siapa sangka semua itu salah, suaminya bersikap sebaliknya. “Aku baik-baik saja, kamu jangan cemas,” ucap Emily sambil mengusap lengan Alaric. Alaric memulas senyum lantas mengecup kening Emily dengan lembut. “Aku sudah memesan makanan, ayo makan!” ajak Alaric sambil menggenggam telapak tangan Emily. Mereka pun makan bersama, tapi Emily terlihat banyak diam sejak kejadian tadi, mungkin karena dia masih memikirkan Anya. Wanita itu lemah l
“Apa yang harus aku lakukan ke Anya?”Billy mengerutkan alis mendengar pertanyaan Alaric.“Memangnya kamu mau melakukan apa? Maksudku, kenapa kamu tiba-tiba bertanya seperti itu? Kamu tahu, pertanyaanmu ini bikin orang salah paham.”Billy benar-benar keheranan dengan maksud ucapan Alaric.Alaric menghela napas kasar. Seharian dia tak bisa fokus bekerja karena cemburunya Emily akibat kemunculan Anya.“Hubunganku dengan Emi bisa terancam jika Anya terus muncul di hadapanku. Apalagi akhir-akhir ini Emi gampang sekali marah dan berpikiran negatif,” ujar Alaric menjelaskan.“Terus, kamu maunya gimana? Kita tidak tahu apa sebenarnya niatan Anya muncul mencarimu. Tidak mungkinkan tiba-tiba kamu bilang ke dia agar menjauhimu? Bagaimana jika ternyata dia tak ada maksud mendekatimu lagi? Bukankah kamu malah seperti terlalu percaya diri jika dia mau mengejarmu lagi?”Billy tak ingin berspekulasi dulu karena sejauh ini Anya hanya menemui Alaric tanpa memperlihatkan niat dan alasan menemui Alaric.
Emily sempat menghentikan langkah sesaat saat melihat siapa yang menunggunya, hingga akhirnya berjalan dengan cepat menghampiri orang yang sudah menunggunya.“Emily!”Emily melebarkan senyum ketika melihat wajah-wajah wanita hebat yang dikenalnya beberapa waktu lalu. Akhirnya wanita-wanita yang ditemuinya di penjara, sekarang sudah bebas dan mendatanginya di kantor.“Kapan kalian bebas?” tanya Emily senang akhirnya bisa menepati janji membantu mereka keluar dari penjara.“Pagi tadi,” jawab Susi, wanita yang mencuri ayam hanya buat makan.“Kami langsung ke sini,” timpal Ira, wanita yang mencuri di minimarket.“Bagaimana dengan Leha?” tanya Emily.“Ya, Leha bilang ga usah dikeluarkan, dia juga dihukum ga lama, terus udah biasa keluar-masuk penjara,” jawab Ira.Emily hanya membentuk huruf O menggunakan bibir.Febry yang berdiri di belakang Emily hanya mendengarkan pembicaraan atasannya itu karena tidak kenal dengan dua wanita yang sedang ditemui.“Oh ya, aku ada rapat. Bagaimana kalau ka
“Maaf, maaf.” Susi panik sampai langsung berdiri untuk meminta maaf.Bahkan Susi mengambil tisu untuk membantu membersihkan rok miki wanita yang terkena dagingnya.“Sudah, tidak apa-apa.” Wanita itu ternyata Anya. Dia mundur saat Susi ingin membersihkan roknya.Fandy dan Ira berdiri melihat hal itu, mereka juga panik melihat Susi mengotori pakaian orang.Di sisi lain Emily baru saja selesai membahas pekerjaan dan baru berpamitan dengan klien. Emily melihat Susi sedang berusaha membersihkan pakaian seorang wanita.Emily pun mendekat untuk menghampiri dan menanyakan apa yang terjadi.“Aku benar-benar minta maaf,” ucap Susi karena panik jika wanita itu marah karena dia tak sengaja mengotori pakaian wanita itu.“Sudah, tidak usah dibersihkan. Aku tidak apa-apa,” ucap Anya yang seperti enggan disentuh Susi.“Ada apa ini?” tanya Emily yang muncul di belakang Anya.Anya membalikkan badan, terkejut melihat Emily di sana.Emily sama terkejutnya karena bertemu dengan Anay.“Itu, aku tidak senga
Alaric buru-buru turun dari mobil saat menjemput Emily. Siang tadi dia mendapat informasi dari Fandy kalau Emily sakit, tapi karena dia sedang menemui beberapa klien secara bergantian karena jadwal yang padat. Alaric belum bisa menemui istrinya itu, hanya sempat berbalas pesan.“Kenapa kamu tergesa-gesa?” tanya Emily saat melihat Alaric berjalan cepat ke arahnya yang baru saja keluar dari lift.“Bagaimana kondisimu?” tanya Alaric langsung menyentuh kening Emily untuk mengecek suhu tubuh istrinya itu.Staff yang melihat hal itu langsung menunduk karena tak ingin menganggu.Emily pun sangat terkejut, tak biasanya Alaric menunjukkan perhatian di tempat umum, membuatnya agak malu.“Aku baik-baik saja,” jawab Emily sambil menurunkan tangan suaminya dari kening.“Kamu yakin?” tanya Alaric memastikan lagi meski Emily sudah mengatakan kondisinya saat berbalas pesan dengannya siang tadi.“Iya, tadi ‘kan sudah aku bilang. Aku hanya telat makan, lalu makan mie, jadi lambungku tidak beres. Ini sa
Sudah dua hari semenjak Emily muntah. Dia tidak terlalu memikirkan karena mual setelah menggosok gigi, selebihnya dia baik-baik saja.Sama seperti pagi itu. Emily muntah setelah menggosok gigi, hal itu membuat Alaric cemas karena tiap pagi saat mandi, istrinya pasti muntah.“Emi, kamu serius tidak sakit? Sudah dua hari ini kamu terus muntah ketika mandi?” tanya Alaric saat istrinya itu baru saja keluar dari kamar mandi.Emily menatap Alaric yang sangat mencemaskannya. Seperti biasa dia melebarkan senyum lantas membalas, “Aku ga panas atau demam, Al. Tapi memang gara-gara makan mie waktu itu, tiap merasakan pasta gigi rasanya mau mual dan muntah.”“Jangan-jangan mienya waktu itu kadaluarsa, ya? Makanya aku jadi mual berkepanjangan? Kalau keracunan, tapi aku ga sakit?”Emily malah berpikiran sampai ke sana, tapi juga aneh karena merasa baik-baik saja.Alaric menyentuh kening istrinya, dingin karena Emily baru saja mandi.“Bagaimana kalau ke rumah sakit untuk memeriksa kondisimu? Kalau m
[Aku melihat pacarmu selingkuh dan mereka sedang berada di klub malam saat ini. Kumohon kali ini percaya padaku, Emi. Aku akan mengirim bukti fotonya kalau kamu tidak percaya.] Pesan yang dikirimkan sahabatnya benar-benar membuat Emily murka. Ia tak menyangka jika kekasih yang hendak dinikahinya ternyata berselingkuh di belakangnya. Lebih parahnya lagi, pria itu berselingkuh dengan rival Emily saat kuliah. Pesan itulah yang membuatnya sekarang berada di depan pintu ruang pribadi klub malam, malam ini. Emily mengepalkan kedua tangan di samping tubuhnya saat menatap pintu di depannya. Mereka terang-terangan bercumbu meskipun pintu ini terbuat dari kaca. Dua manusia itu benar-benar tidak peduli dengan sekelilingnya. Berengsek. Baru Emily ingin melabrak dua manusia itu, Emily sayup-sayup mendengar pria berengsek itu berkata, “Tenang saja, ketimbang Emi yang sok suci bahkan berciuman saja masih berpikir sepuluh kali, aku lebih memilihmu yang bisa menyenangkanku. Lagian, aku menjalin
“Mami,” lirih Emily masih terpejam.Emily belum ingin mati, meskipun dia tahu telah menjadi anak durhaka tetapi dia masih ingin hidup. Emily ingin memohon ampun pada kedua orang tuanya atas kesalahannya. Perlahan wanita itu akhirnya merasa bisa membuka kedua kelopak matanya, mencoba beradaptasi dengan ruangan yang tidak dia kenal. Dia berusaha mengenali ruangan itu, akan tetapi kepalanya berdenyut keras membuatnya meringis kesakitan.Sebelah tangan Emily memegang kepalanya yang berbalut perban. “Akh,” decit wanita itu. Saat Emily masih berusaha untuk sadar, samar-samar dia mendengar suara dua pria asing sedang saling bicara di hadapannya.“Hasil CT-Scan tak menampakkan kerusakan atau ada penggumpalan darah di otak, kemungkinan pasien syok karena benturan sangat keras juga luka yang didapat di kening, tapi selebihnya dia baik-baik saja.”“Jadi begitu, terima kasih informasinya, Dok.”Salah satu pria yang mengenakan jas putih pergi meninggalkan pria lain yang berdiri memunggungi ranja