Arshaka terkejut dengan sura benda terjatuh lantas bangkit untuk memeriksanya. melihat pintu yang sedkit terbuka membuat Arshaka menjadi curiga. seingatnya, ia telah menutup pintu itu dengan rapat.
Arshaka memeriksa dan melihat sekeliling, namun nihil, ia tak menemukan siapapun.Arshaka masuk ke dalam kembali kemudian berpamitan pada mertuanya. Ia ada meeting dengan klien dan menitipkan Alana padanya.Alana yang melihat Arshaka pergi, akhirnya bisa bernafas dengan lega. meskipun dibenaknya muncul berbagai pertanyaan, ia akhirnya memutuskan untuk mencari tahu sendiri.sementara itu, Arshaka yang telah tiba di perusahaan miliknya selalu menjadi pusat perhatian setiap karyawan. Bagaimana tidak, Arshaka, Ceo pemilik Arshaka group. Berparas tampan dengan tinggi 180 cm dengan netra berwarna almond, rahangnya yang tegas dengan alis tebal serta bibirnya yang tipis ditunjang dengan tubuh sixpacknya membuatnya begitu sempurna bak dewa yunani.Sifatnya yang dingin, ambisius dan kejam membuat lawannya begitu segan. Namun, bagi kaum hawa lain halnya, mereka sangat memuja dirinya, dan selalu berhayal bisa menjadi kekasih dari seorang Arshaka.Perusahaan Arshaka bergerak di bidang industri batu bara, konstruksi dan properti. Perusahaan legalnya hanya untuk menutupi usaha ilegalnya dibalik nama Arshaka group. Tapi jangan salah sangka, bisnis gelapnya tidak kalah besar dengan bisnis legalnya itu.Perdagangan senjata, berbagai mobil sport dengan harga fantastis selalu lolos dari pemeriksaan bea cukai. Hubungan baiknya dengan komisaris polisi, jaksa-jaksa dan para petinggi dalam kementrian membuatnya bak tak tersentuh."Tuan Muda, ini adalah laporan jenis senjata dan amunisi beserta jumlahnya, yang akan kita kirim ke kelompok Barbosa di utara."Arshaka melirik ke arah map di tangan Alex, asisten pribadinya."Letakkan saja di situ, aku akan memeriksanya nanti," ucap Arshaka lalu mengalihkan atensinya ke arah laptop di depannya lagi."Tuan Muda, Tuan Besar mengirimkan sebuah pesan agar anda mengujunginya segera. Ada yang ingin beliau bahas tentang almarhumah Nyonya Azalea.""Mau apa lagi bajingan tua itu! Sudah untung aku tidak membalas dendam terhadapnya atas kematian mama. Kalau tidak, sudah sejak lama ia membusuk di neraka!" seru Arsaka marah."Tuan Muda apakah kau akan mengunjunginya? Maafkan kelancanganku, tapi, Tuan Bauer berpesan agar aku mengabarinya terkait keputusanmu," ucap Alex tertunduk."Apakah kau sekarang sudah beralih profesi menjadi kaki tangan bedebah tua itu, hah?" tanya Arshaka geram dengan tatapan nyalang membuat Alex semakin menunduk."Maafkan aku, Tuan. aku tidak berani.""Sudahlah, aku akan menangani tua bangka itu nanti. Handle semua tugas yang aku berikan, lalu kirim laporannya padaku setelah selesai," titah Arshaka, bangkit dari kursi kebesarannya lantas berlalu pergi."Selamat datang, Tuan Muda," sapa kepala pelayan setibanya Arshaka di kediaman mertuanya. "Tuan Reyhan menunggu Tuan Muda di ruang keluarga," imbuhnya lagi.Tanpa menjawab maupun basa-basi, Arshaka langsung melenggang masuk di mana Reyhan berada.Memdengar langkah kaki Reyhan langsung mengalihkan atensinya, ia tersenyum gembira melihat menantunya datang."Shaka, kau sudah datang, Nak? Kebetulan aku sedang menunggumu," ucap Reyhan berdiri menyambut kedatangan Arshaka."Apa ada sesuatu hal yang perlu aku bereskan, Pa?" tanya Arshaka serius."Tidak, Nak. tunggulah sampai Alana turun kemari dan kita bisa membicarakan hal ini bersama," ucapnya seraya menuntun Arshaka, dan mereka duduk bersamaan."Nah, mereka sudah turun," ucap Reyhan ketika melihat istrii dan anaknya menuruni tangga bersama."Kemarilah, Alana. Papa ingin membicarakan suatu hal mumpung kalian berdua ada di sini.""Ada apa, Pa? Adakah yang Papa inginkan dariku lagi?" tanya Alana dengan nada malas."Begini, setelah menikah, kalian belum pernah pergi kemanapun. jadi, Papa dengan mamamu telah memutuskan untuk mengirim kalian untuk berbulan madu," cetus Reyhan semangat, namun lain halnya dengan Alana yang mengetatkan rahangnya dengan ekspresi marah."Kalian tidak usah kuatir, kami sudah mengurus semuanya. Papa harap kepergian kalian kali ini bisa lebih mengenal dan belajar saling memahami satu sama lain.""Apa Papa kira aku bahagia dengan pernikahan ini? Tidak, Pa! Dan Papa jangan harap aku mau berdamai dengan pembunuh ini!""Alana jaga bicaramu, jangan keterlaluan!" bentak Reyhan menatap putrinya dengan tajam."Berapa banyak uang yang diberikan lelaki ini pada Papa? Berapa, Pa? Hinggga Papa tega menukarku untuk hidup dengannya!" cerca Alana sambil menunjuk Arshaka dengan murka."Alana! Hentikan omong kosongmu itu! Tak sepantasnya kau berbicara seperti itu pada orang tuamu sendiri!" sanggah Arshaka geram."Kenapa, itu kenyataannya bukan? Kalian yang mencampakkanku demi harta, dan memaksaku menikah dengannya. Lantas, apakah aku tidak boleh marah? Wah, kalian sungguh luar biasa!" sindir Alana seraya bertepuk tangan."Alana, suatu saat nanti kau pasti akan menyesal karena bersikap seperti ini padanya!" ucap Reyhan, ia tak berdaya akan keadaan karena tak mampu memberitahu yang sebenarnya pada putrinya itu."Kalau begitu, kalian saja yang pergi dengannya, karena aku tidak akan pernah mau!" tegas Alana seraya beranjak pergi."Shaka, Papa harap perkataan Alana tidak kau masukkan dalam hati, dan maafkanlah dirinya," pinta Reyhan pada menantunya."Papa jangan kuatir, lagipula, pergi di situasi seperti ini agaknya kurang tepat. Apalagi Dalangnya belum berhasil kita tangkap," ujar Arshaka, memandang ke arah lantai atas di mana kamar Alana berada.Grace menepuk bahu menantunya dengan lembut. "Bersabarlah, Nak. Mama yakin, suatu saat nanti Alana akan mengerti," ucapnya seraya tersenyum lembut.***"Jangan harap aku mau pergi berbulan madu denganmu, bahkan dalam mimpi sekaliapun aku tidak akan pernah sudi!" seru Alana pada Arshaka yan tengah membelakangi dirinya.Arshaka yang tengah berdiri sambil menghisap cerutu di balkon atas teralihkan atensinya mendengar suara Alana di belakangnya.Arshaka tersenyum sinis. "Apa kau mengira kau begitu menarik hingga dapat membuatku tertarik untuk melirik dirimu? Sangat mudah bagiku untuk mendapatkan perempuan manapun yang aku mau kalau hanya sekedar menghangatkan ranjangku!" ucap Arshaka membuat Alana tertegun."Bahkan, jika kau telanjang sekalipun aku tidak akan pernah tertarik dengan tubuh kurusmu itu! Jadi jangan pernah bersikap naif, aku tidak pernah tertarik untuk berhubungan seks denganmu, Alana," ejek Arshaka membuat wajah Alana merah padam."Kau! dasar kurang ajar! Sebaiknya kau pegang kata-katamu untuk tidak menyentuhku, bajingan!" sembur Alana marah, ia pergi meninggalkan Arshaka sambil menghentakkan kakinya. Alana tidak terima penghinaan yang dilontarkan Arshaka padanya hingga bertekat untuk membalasnya.Arshaka menghela nafas lelah, ia memijat pelipisnya umtuk menghilangkan segala penat yang dirasakannya. Begitu banyak masalah yang terjadi, namun belum terselesaikan.Arshaka menatap lurus ke arah taman, namun, pikirannya melayang entah kemana. Hingga sebuah notifikasi dari ponselnya mengembalikan kesadarannya.[Shaka, Papa harap kau segera datang mengunjungiku.][Ada yang perlu papa bicarakan.][Papa mohon, Shaka. Ini sangat mendesak.][Datanglah, Nak.]"Kurang ajar! Dari mana bedebah tua itu mendapatkan nomorku," desis Arshaka kesal. sepertinya ia harus menyelesaikan masalah dengan papanya dulu, agar ia tidak terus menerus diteror oleh olehnya.Arshaka mengacak-acak rambutnya dengan frustasi, ia lebih memilih dihadapkan dengan penjahat kelas kakap dari pada harus berhadapan dengan orang yang telah mencampakkannya dulu."Sepertinya aku harus mencari tahu, apa yang Tua Bangka itu inginkan, hingga, ia selalu mendesakku untuk menemuinya. Aku akan lihat omong kosong apa yang mau bedebah itu utarakan hingga membuang waktuku dengan percuma!"Bab 4"Tuan Besar, Tuan Muda Arshaka datang berkunjung!" lapor Enrique membuat Daniel yang sedang membaca laporan perusahaan di ruang kerjanya langsung menengadahkan wajahnya tak percaya."Benarkah? Apa itu benar?" Binar di wajahnya begitu kentara sekali, sungguh baginya itu adalah sebuah kebahagiaan yang tak mampu ia ungkapkan.Setelah lebih dari sepuluh tahun anak kandungnya pergi dengan penuh kebencian. Lantas mengibarkan bendera peperangan padanya.Daniel berpikir, kelakuan Arshaka layaknya kenakalan remaja, semua itu hanya sebagai bentuk protes akan kematian ibunya juga karena kekecewaan pada dirinya karena menikah lagi.Arshaka akan kembali karena ia pasti tidak akan bisa menghidupi dirinya sendiri, anak remaja tanpa uang dan fasilitas dari orang tua bisa apa?Nyatanya, ia menyesali semuanya. Ia begitu menyesali akan komunikasi buruk pada anak semata wayangnya itu, bahkan tidak berusaha mencari tahu keberadaannya.Sedangkan waktu anaknya datang ke mansionnya untuk pertama kalin
Bab 5"Sialan, brengsek! Aku tidak akan pernah memaafkan kalian, tidak akan pernah!" Raung Arshaka putus asa.Ia tidak pernah menyangka, keputusannya untuk bertemu papanya membuat luka hatinya kembali menganga. Apalagi, setelah mendengar semua harta yang dinikmati wanita ular itu adalah milik mama kandungnya.Arshaka kira, dirinya sudah kuat. Hatinya sudah sekeras batu dan tak mungkin goyah apalagi tersakiti. Tapi siapa sangka, justru bertatapan langsung dengan mereka malah membuat luka hatinya kembali menganga. Apalagi, setelah mendengar isi wasiat mendiang mamanya tadi membuat kebenciannya semakin berlipat ganda.Arshaka memukul setir mobilnya dengan beringas, ia melampiaskan amarah dan sesak di dadanya dengan menjerit sekuat tenaga. Sengaja ia memilih menghentikan mobilnya di pinggir jalan yang sepi, agar tidak ada seorang pun yang tahu bahwa seorang Arshaka sedang menangis, meratapi hidupnya yang malang.Sudah cukup lama ia menenangkan diri, sendirian dan kesepian sudah menjadi ba
Alana pov“Oh ya? Kalau begitu, anggap saja kau beruntung, karena aku sudah mau mencicipi perempuan kurus dan tak menarik sepertimu!" “Tidak! Shaka, jangan lakukan itu! Aku mohon, jangan!” Aku menjerit dan meronta sekuat tenaga agar Arshaka menghentikan niatnya. Namun, bukannya berhenti malah membuat Arshaka bertambah bersemangat.“Sebaiknya kau diam dan menikmatinya, Alana. karena ini adalah hukuman bagi pembangkang sepertimu!” ucap Arshaka, seringainya membuatku semakin takut manakala tangannya juga ikut bergerilya dari atas sampai bawah tubuhku.“Shaka, aku mohon. Aku mohon lepaskan aku, aku mau melakukan apa saja asal kau mau melepaskanku,” harapku dengan mengiba.Arshaka tertawa sumbang. “Percuma kau memohon, Alana. Karena, semua itu sudah terlambat,” ucapnya dengan pongah.Aku menggeleng keras. Antara frustasi dan putus asa, apakah aku akan kehilangan kesucianku dengan cara seperti ini?Dengan beringas Arshaka membuka pakaianku, aku berusaha sekuat tenaga untuk lepas dari cen
David melangkah maju perlahan ke arahku, tatapannya sangat menjijikkan seakan ingin menerkamku hidup-hidup.“Kakak Ipar, kau begitu cantik dan menggoda. Aku mengakui, selera kakakku sangat bagus hingga semua wanita yang menghangatkan ranjangnya semuanya begitu menawan,” godanya mengerlingkan sebelah matanya.“Kalau kau mau, aku bisa menggantikannya menghangatkan malammu ketika ia pergi. Asal kau tahu, aku bisa memuaskanmu melebihi Arshaka,” tawarnya dengan smirk menghiasi bibirnya.“Oh ya, apa kau pikir kau lebih hebat dari Arshaka hingga aku mau berpaling darinya?” tanyaku dengan tatapan meremehkan.“Bahkan kau bagaikan sampah di matanya, bagaimana mungkin kau bisa setara dengannya. Oh ya, satu hal lagi. Aku dengar kau hanyalah anak tiri dan semua yang kau banggakan saat ini adalah hasil dari merebut milik Arshaka!” ejekku membuat raut mukanya berubah merah padam.“Lantas apa yang bisa aku lihat darimu sedangkan kau hanyalah bayangan Arshaka?”David marah, “Kau...”“Kenapa? Apa aku b
“Menjadi budak maupun jalangmu itu tak ada bedanya, dan jangan bermimpi aku akan menyenangkanmu, Shaka,” desisku kesal.“Sampai kapan pun, aku tidak akan pernah melemparkan tubuhku secara sukarela padamu!”Arshaka tertawa, terlihat betapa ia meremehkan ucapanku. “Tak peduli seberapa kuat kau menentangnya, pada akhirnya kau akan merangkak memohon padaku, Alana.” Arshaka memasang kembali kacamata hitamnya dan berlalu turun dari kapal.Kenapa hidupku sial sekali harus berhubungan dengan seorang seperti dirinya.Dengan kesal aku mengikutinya dan turun dari kapal yang dibantu salah seorang pengawalnya.Dengan berjalan kaki kira-kira lima belas menit kami sampai di Villa yang lumayan besar. Dikelilingi hutan kecil di samping Villa dengan struktur bangunan terlihat kokoh dengan design dinding sebagian besar dipasang kaca tebal tembus pandang.Hal itu tentu saja membuat siapa saja akan merasa kerasan karena kita bisa melihat langsung pemandangan dari dalam tanpa harus ke luar rumah.Terlihat
Suara pintu kaca pecah terkena tembakan membuat Alana memekik ketakutan yang membuatnya refleks menutup telinganya. Ia tak mengerti apa yang tengah terjadi saat ini.Suara tembakan saling bersahutan dengan suara lolongan kesakitan membuat bulu kuduknya meremang membuat ketakutannya semakin bertambah.Arshaka menarik pergelangan Alana dan menyeretnya ke arah pintu belakang. Terlihat beberapa laki-laki berpakaian serba hitam menerobos masuk dan menembaki mereka.“Cepat Alana, atau kita akan mati di sini!” perintah Arshaka, ia mengeluarkan pistolnya dan mulai balas menembaki mereka sambil melindungi Alana.Mereka berlari setengah menunduk untuk menghindari peluru yang kapan saja bisa menembus kulit mereka.Rupanya musuh sudah mengepung seluruh Villa tanpa Arshaka sadari. Karena ketika keduanya tiba di belakang rumah, musuh sudah menghadangnya dengan tembakan yang bertubi-tubi.Arshaka balas menembak, meskipun saat ini situasinya sedang terdesak, namun pantang baginya menyerah begitu saja
“Alana... bangun... sadarlah!” pekik Arshaka putus asa sambil menekan-nekan dada Alana seraya memberikan nafas buatan padanya di atas deck kapal.“Sadar, Alana!” gumamnya lagi. Entah sudah berapa puluh kali ia mencoba melakukan pertolongan pertama pada Alana untuk membantunya sadar. Namun, sepertinya hal itu seakan sia-sia.Kuatnya deru ombak di bawah tebing tak ayal mengombang-ambingkan keduanya setelah nekat terjun bebas untuk menghindari musuh.Arshaka sekuat tenaga berenang dan berusaha menyelamatkan Alana yang nyaris tenggelam. Dalam kondisi normal, Alana cukup mahir berenang. Tapi, dengan riak ombak seganas itu ditambah kondisi fisiknya yang kelelahan sejak semalam juga tanpa makanan membuatnya lemah. Bahkan seorang atlet renang profesional sekalipun akan berpikir dua kali untuk melakukannya.Beruntung bagi keduanya, Alex datang secepat mungkin dengan membawa serta beberapa pengawal terlatih setelah mengetahui ada yang mengintai dan mencoba membunuh Arshaka.Sifat loyalnya tentu
“Apakah kau sudah tahu sebelumnya?” Alex bertanya kepada Arshaka dengan tatapan penuh arti.Arshaka mengangguk pelan. “Awalnya aku belum sadar, tapi kemarin saat aku sedang bersembunyi, aku mendengar salah satu dari mereka membahas orang itu!”“Kalau kau mau, kau bisa memerintahku untuk melenyapkan mereka segera!”“Tidak perlu! Biarkan saja untuk sementara waktu. Kau hanya perlu memantau pergerakan mereka,” titah Arshaka, seringainya terlihat begitu menakutkan dengan sorot mata bengis.“Mari kita lihat, sejauh mana mereka bermain-main dengan kita!”Alex mengaguk patuh. “Ada satu hal lagi yang ingin aku sampaikan. Tapi ... ” Alex berkata dengan ragu.Arahaka melirik ke arahnya lagi, ia merasa heran, tidak biasanya seorang Alex ragu-ragu. Karena, ia akan selalu menyampaikan sesuatu yang akurat dan tidak bertele-tele.“Katakan saja!”Alex tidak tahu, apakah keputusannya memberi tahu Arshaka itu hal yang baik atau tidak. Tapi, jika tidak, ia takut semuanya akan terlambat.Alex mendesah pel